Lahir dan berkembang di zaman serba digital, membuat Generasi Z atau Gen Z memiliki banyak kemudahan untuk mendapatkan informasi yang tidak terbatas. Tak hanya itu, generasi kelahiran 1995-2012 ini juga memiliki karakteristik yang unik dengan kepribadian, ketertarikan, dan penampilan yang berbeda-beda.

 

Meski keterikatan Gen Z dengan dunia digital, khususnya media sosial, memberikan banyak kemudahan, di sisi lain juga memiliki dampak negatif. Mulai dari generasi komparasi, cyber bullying, depresi, hingga FOMO (Fear of Missing Out).

 

Karenanya, melalui peluncuran virtual Fres & Natural Dessert Collection dengan kampanye "This is Me", Gen Z diajak untuk membangun karakter sweet agar dapat tetap tampil sesuai dengan kepribadiannya masing-masing, tanpa harus takut atau malu terlihat berbeda.

 

Baca juga: Dampak Positif dan Negatif Media Sosial bagi Kesehatan
 

Membangun Karakter Sweet pada Gen Z

Melalui survei "Gen Z Social Media Behaviour 2021" yang dilakukan oleh Gadis pada bulan April 2021 terhadap 1.717 responden, ditemukan fakta bahwa rata-rata Gen Z menghabiskan waktu sekitar 3-5 jam menggunakan media sosial per hari. Waktu ini tidak hanya digunakan untuk sekadar mencari hiburan, melainkn juga untuk mencari berita atau isu terkini serta untuk terkoneksi dengan banyak hal.

 

Bagi Gen Z, media sosial dapat menjadi sarana tempat untuk berekspresi, menyalurkan suara mereka pada isu penting, dan mencari perubahan untuk dunia. Keberadaan media sosial juga membuat Gen Z cenderung memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi dan sangat percaya pada autentisitas, serta memegang teguh nilai yang mereka percaya.

 

“Dengan rasa percaya diri ini, Gen Z jadi merasa lebih aktif, positif, dan inovatif. Selain itu bisa menumbuhkan karakter sweet dalam diri mereka," ungkap Tara de Thouars, psikolog klinis, dalam virtual event peluncuran Fres & Natural Dessert Collection milik Wings Group Indonesia, pada Kamis (24/6) lalu.

 

Menurut Tara, karakter sweet ini penting juga untuk dimiliki Gen Z agar dapat menghindarkan mereka dari perilaku-perilaku negatif, seperti bullying, tidak peduli, tidak menghargai, tidak memiliki integritas, dan cemburu. Ada pun karakter sweet yang dimaksud oleh Tara adalah karakter ramah, menyenangkan, peduli, dan juga empatik. 

 

"Untuk membangun Gen Z yang aktif, positif, dan inovatif serta dengan karakter sweet, diperlukan 2 faktor yang mendukung, yakni dari faktor internal dan juga eksternal," jelas Tara. Dari segi faktor internal, upaya ini bisa dikembangkan oleh pribadi Gen Z itu sendiri, misalnya dengan peduli pada penampilan dengan menjaga tubuh dan tetap wangi, serta secara sadar membangun karakter baik.

 

Sementara dari faktor eksternal, lingkungan seperti keluarga, sekolah, sosial, perlu juga secara aktif menanamkan, memberi contoh, dan bersama-sama membangun nilai karakter yang baik untuk remaja Gen Z. "Jika remaja pede maka ia bisa yakin terhadap dirinya sendiri, memaksimalkan potensinya, dan bisa mengatasi tantangan hidup," tambah Tara.

 

Baca juga: Ajak untuk Mencintai Tubuh, Influencer Ini Ungkap Realita di Balik Postingan Media Sosial!
 

Menjadi Diri Sendiri, Kunci Penting Gen Z Menjadi Pribadi yang Positif

Sejalan dengan karakter sweet dan percaya diri yang dimiliki oleh Gen Z, Janine Intansari, beauty influencer, juga menekankan bahwa menjadi diri sendiri adalah kunci penting untuk menjadi pribadi yang positif.

 

"Tampil sedikit beda itu tidak apa-apa, yang penting adalah be yourself. Jadilah diri sendiri yang tidak merugikan orang lain, selalu berpikir dan bertindak positif. Penting banget untuk membangun karakter sweet, kita tak perlu membalas dengan perlakuan serupa terhadap orang-orang yang berperilaku buruk kepada kita," ujar gadis yang kerap tampil nyentrik dengan rambut dan alis warna-warni sebagai ciri khasnya tersebut.

 

Baca juga: 3 Gangguan Mental akibat Penggunaan Media Sosial