Bagi yang punya anak kecil, prediksi ini pasti terdengar mengkhawatirkan. Pada tahun 2050 nanti, kemungkinan besar lebih dari 500 juta anak usia sekolah akan menderita rabun jauh. Data ini dikumpulkan oleh Clearly, sebelum dipresentasikan dalam sebuah konferensi di London.

 

Bahkan menurut sumber lain, yaitu Pharmacy Business yang dirilis pada 11 Juni 2019, jumlah tersebut 200 juta kali lebih banyak dari saat ini. Dua negara yang diperkirakan akan mengalami penambahan tertinggi masalah ini adalah Tiongkok (65,7%) dan India (22,3%).

 

Selain Tiongkok dan India, beberapa negara lain yang juga diprediksi mengalami hal ini adalah Amerika Serikat (27,6%), Meksiko (18,6%), Nigeria (16,4%), Pakistan (12,3%), Bangladesh (9,3%), Brazil (8,5%), dan Jepang (8,0%).

 

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Ternyata negara kita berada di antara Meksiko dan Nigeria dengan persentase 17,2%.

 

Penyebab Rabun Jauh pada Anak

Hasil riset yang dilakukan oleh Brien Holden Vision Institute di University of New South Wales, Australia, memprediksi bahwa hampir separuh populasi manusia di bumi akan menderita rabun jauh atau miopi pada tahun 2050. Jumlah ini termasuk anak-anak.

 

Banyak biang keladi yang menjadi penyebab fenomena ini. Era digital membuat anak-anak semakin kurang berkegiatan di luar rumah. Bila tidak main game online, mereka berselancar di dunia maya lewat gawai, seperti laptop dan handphone.

 

Banyak juga yang memilih nonton video hingga menjelajahi media sosial. Bahkan, fenomena ini juga telah menyebabkan jumlah penderita rabun jauh di Australia naik 2 kali lipat selama 15 tahun terakhir.

 

Baca juga: Penyebab Rabun Jauh pada Mata

 

Solusi Kilat untuk Efek Buruk yang Menyerang

Saat ini, melihat anak bermain dengan gawai mungkin sudah menjadi pemandangan umum, terutama di daerah perkotaan. Apalagi bila orang tua sedang sibuk dan anak yang rewel menguji kesabaran mereka. Untuk menenangkan anak, membiarkan mereka bermain dengan handphone atau tablet adalah solusi kilat.

 

Sekilas, cara ini ampuh dalam jangka pendek. Anak akan disibukkan dengan tayangan video atau game online. Orang tua bisa melakukan kegiatan mereka sendiri dengan tenang.

 

Namun, cara ini ternyata membawa efek jangka panjang yang tidak sehat bagi si Kecil. Menurut Prof. Brian Holden dari Vision Institute, membiarkan anak berusia 4 tahun bermain-main dengan gawai selama 4 jam per hari berpotensi membuat mereka menderita rabun jauh di kemudian hari.

 

Baca juga: Mengobati Mata Minus, Plus, dan Silinder dengan Operasi LASIK

 

Batasan hingga Larangan Anak Bermain Gawai

WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia sudah meminta Prof. Holden dan timnya untuk terlibat dalam kampanye internasional pencegahan rabun jauh, terutama pada anak-anak.

 

Masih menurut Prof. Holden, sesungguhnya gawai, seperti tablet, masih bisa dijadikan alat bantu belajar. Namun, orang tua juga perlu membatasi anak dalam menggunakan gawai.

 

Taiwan sudah mengeluarkan larangan penggunaan gawai untuk anak di bawah usia 2 tahun. Ada juga pembatasan penggunaan komputer untuk anak-anak di bawah usia 18 tahun.

 

Baca juga: Mata Minus vs Melahirkan Normal

 

Rabun jauh merupakan gangguan penglihatan yang berpotensi menghambat anak belajar. Rabun jauh juga dapat mempersulit mereka saat dewasa dan bekerja. Ada beberapa profesi yang membutuhkan penglihatan sempurna, misalnya pilot.

 

Selain itu, rabun jauh juga membuat aktivitas anak terganggu. Makanya, sebelum terlambat, kurangi penggunaan gawai pada anak. Ajak mereka lebih banyak bermain di luar rumah. Manfaatkan masa kanak-kanak untuk membangun bonding antara anak dengan orang tua.

 

Baca juga: Ini Bahaya Bermain Handphone Sebelum Tidur!

 

Mitos Bahaya Flash Kamera untuk Mata Bayi - GueSehat.com

 

Sumber:

Liputan6.com: Jumlah Anak Rabun Jauh di Indonesia Meningkat Drastis pada 2050

Republika.co.id: Gadget Sebabkan Jumlah Anak Rabun Jauh Meningkat