“Tiga sendok lagi ya, nak. Kalo makannya abis, nanti adek boleh makan cokelat, deh.” “Ayo, makanannya cepet diabisin. Nanti ditangkep pak polisi, lho!” Rayuan yang terdengar familiar, Mums? Perlu Mums tahu, instruksi untuk menghabiskan makanan seperti itu, bisa saja mengandung risiko berbahaya untuk si Kecil, lho. Mari simak penjelasannya berikut ini.

 

Memaksa si Kecil Makan, Apa Kata Ahli?

Tak perlu diragukan lagi, nutrisi adalah komponen penting untuk menjaga kesehatan si Kecil, termasuk di antaranya stimulasi, sanitasi, dan imunisasi. Tanpa nutrisi yang lengkap, pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan si Kecil tak akan optimal.

 

Bahkan, sangat banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemenuhan nutrisi sejak usia dini, akan berdampak pada kualitas kesehatan dan kecerdasan si Kecil di kemudian hari. Selain itu, nutrisi yang baik akan menjamin stamina si Kecil terjaga di usia sekolahnya, sehingga ia tidak mudah sakit.

 

Walau begitu, tentu Mums setuju bahwa menjaga kebutuhan gizi si Kecil bukan tugas yang mudah. Di usia ini, kegiatan makan sering diwarnai dengan tangisan rewel si Kecil, ia hanya mau makan yang itu-itu saja, atau mau makan namun diemut cukup lama di dalam mulut.

 

Namun, bukan seorang ibu namanya jika cepat menyerah. Walau banyak rintangan yang harus dihadapi di setiap waktu makan si Kecil, banyak trik jitu yang bisa dilancarkan agar ia mau menghabiskan makanannya. Mulai dari menyembunyikan sayuran di balik lauk favoritnya, merayu dengan dessert setelah makan, atau mengiming-imingi dengan mainan.

 

Niatnya sih, memang baik. Mums tak ingin si Kecil kelaparan dan ingin ia mendapatkan nutrisi yang lengkap dari sepiring makanan yang sudah disiapkan. Namun, apa kata ahli soal ini?

 

"Memaksa anak makan tidak dianjurkan. Karena, ketika mereka menolak menghabiskan makanannya, bisa saja itu murni karena ia sudah kenyang, bukan karena ia tidak suka. Kemampuan membedakan rasa kenyang dan lapar inilah yang perlu ditanamkan sejak kecil, karena anak-anak membawanya hingga ia dewasa nanti,” kata juru bicara Asosiasi Ahli Diet Australia, Kate Di Prima. 

 

Baca juga: Tanda-tanda Ini Jangan Dijadikan Patokan Bayi Sudah Siap MPASI Ya, Mums!

 

Bukan hanya dari segi nutrisi, memaksa si Kecil untuk menghabiskan makanannya juga berimbas secara psikologi, lho. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Paediatric Psychology, menyatakan bhawa kebiasaan ini mengubah persepsi mereka terhadap rasa kenyang yang akan terus dilakukan olehnya hingga dewasa. 

 

Artinya, si Kecil tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan rasa laparnya sendiri dan cenderung akan makan hanya mengikuti emosi, bukan mengenali rasa kenyangnya. Jika dibiarkan, hal ini bisa mengantarkan si Kecil ke beragam penyakit berbahaya, seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit jantung. Waduh!

 

Perkara menghabiskan makanan ini, sering dikaitkan pula dengan tradisi atau budaya. Yang mana sebenarnya, mengikutsertakan budaya juga perlu memperhitungkan apakah si Kecil makan makanan yang tepat pada waktu yang tepat. Serta perlu diperhatikan, apakah Mums memberi makan si Kecil dengan porsi yang tepat. Karena sudah tentu, kemampuan makan si Kecil tentu berbeda dibandingkan orang dewasa atau si kakak sekalipun. 

 

“Intinya, semestinya makan tidak menjadi rutinitas yang membuat anak stres dan takut. Dengan memaksa anak untuk makan 'satu suap lagi', orang tua secara tidak sadar mengasosiasikan makanan dengan ketakutan dan membuat si Kecil ‘trauma’ dengan satu jenis makanan tertentu,” ujar Di Prima

 

Baca juga: Tambah Nafsu Makan Anak dengan Makanan Ini, Mums!

 

 

Berapa Banyak si Kecil Harus Makan?

Di usia ini, si Kecil memang terlihat selalu lincah dan tak berhenti bergerak. Itulah kenapa, sebagian orang tua mungkin melihat ini sebagai “kesempatan” untuk melonggarkan pengawasan kebutuhan kalori si Kecil dan membebaskan ia makan apa saja.

 

Eits, tunggu dulu, Mums. Akademi Nutrisi dan Diet Amerika Serikat, merekomendasikan anak-anak yang berusia 3 tahun harus mendapatkan 1000-1400 kalori per hari. Artinya, tetap perlu pengaturan jenis dan jumlah makanan yang si Kecil asup setiap harinya. Dari jumlah kalori tersebut, 45-65% di antaranya berasal dari karbohidrat, 30-40% dari total kalori harian berasal dari lemak, dan sisanya 5-20% berasal dari protein .

 

Nah, agar Mums tepat menentukan kebutuhan nutrisi si Kecil, ada beberapa rumus yang perlu Mums ketahui. Rumus ini ditujukan untuk menghitung Berat Badan Ideal (BBI) khusus usia 1-5 tahun, serta rumus menentukan estimasi kebutuhan kalori dan zat gizi total per hari berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). 

 

Cara menghitungnya sebagai berikut:

1. Rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8

2. Kebutuhan kalori = 1000 + (100 x usia dalam tahun)

3. Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan kalori dalam sehari, yang dapat dihitung dengan cara: (10% x Total Energi Harian) : 4

 4. Kebutuhan lemak adalah sebesar 20% dari total energi harian yaitu: (20% x Total Energi Harian) : 9

 5. Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari total kalori harian dikurangi persentase protein dan lemak.

 

Contoh :

  • Si Kecil berusia 3 tahun, maka BBI-nya adalah: (3 tahun x 2) + 8 = 14 kg.

 

  • Kebutuhan kalori : 1000 + (100 x 3) = 1300 kkal/hari.

 

  • Kebutuhan protein: (10% x 1300 kkal) : 4 = 32,5 gram.

 

  • Kebutuhan lemak: (20% x 1300 kkal) : 9 = 29 gram.

 

  • Kebutuhan karbohidrat:(70% x 1300 kkal) : 4 = 228 gram.

 

Baca juga: Anak Tidak Mau Makan, Apa Penyebabnya?

 

Sumber:

Parents. How Much Does Kids Need to Eat?

Jurnal Pediatri. Menentukan Kebutuhan Nutrisi Anak Balita.