Virus memang bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Namun virus dapat menyebabkan gejala lebih berat pada kelompok tertentu. Kali ini dunia tengah dihadapkan dengan wabah coronavirus baru yakni Covid-19. Dimulai di Wuhan China pada akhir Desember, kini wabah coronavirus menjalar sampai lebih dari 40 negara dengan jumlah korban mencapai lebih dari 80.000 kasus.

 

Kelompok mana yang paling rentan tertular coronavirus dan memiliki gejala lebih berat daripada kelompok lain? Dr. Michael Mina, PhD, asisten profesor dan pakar epidemiologi di Harvard menjelaskannya!

 

Baca juga: Mengenal Fenomena “Superspreader” dalam Penularan Coronavirus

 

Pria, Usia Tua, dan Perokok adalah Kelompok Paling Rentan

Covid-19, nama coronavirus baru yang berasal dari China, menurut dr. Mina, tampaknya semakin berbahaya jika menimpa orang lanjut usia.

 

"Batas usia orang yang tertular sepertinya 35 tahun. Karena hampir tidak ada kasus positif coronavirus pada kelompok usia di bawah 35 bahkan nol (kasus). Sebaliknya, seiring bertambahnya usia, mulai usia 40-an ke 80-an, kami melihat peningkatan kematian," kata dr. Mina.

 

Sebuah studi yang diterbitkan di The Journal of American Medical Association (JAMA) yang meneliti sekitar 45.000 kasus pertama di Cina menemukan bahwa 80% kasus yang dilaporkan memiliki gejala ringan.

 

Hanya 20% kasus coronavirus memiliki gejala sedang, berat, bahkan dalam kondisi kritis, termasuk sulit bernapas, radang paru-paru, dan kegagalan organ. Sekitar 2,3% dari keseluruhan kasus berakhir dengan kematian. Artinya tingkat mortalitas coronavirus sebenarnya tidak tinggi, hanya 2%.

 

Hampir sama dengan kasus Severe acute respiratory syndrome (SARS) yang merebak di tahun 2002. SARS juga lebih banyak menyasar orang yang berusia di atas 60 tahun. Saat itu lebih dari 8.000 orang tertular virus selama 8 bulan, dengan kematian hampir 10%.

 

Baca juga: Ini Dia Kandidat Obat untuk Mengatasi Infeksi Coronavirus COVID-19

 

Bagaimana dengan bayi dan anak-anak? Covid-19 nampaknya “tidak suka” dengan anak-anak. Buktinya, dari laporan di jurnal JAMA, hanya 1% infeksi coronavirus di Cina yang menjangkit anak usia 1-9 tahun, dan tidak ada kematian. Begitu pula pada anak usia 10-19 tahun, juga hanya 1%.

 

Kematian akibat coronavirus paling tinggi dialami pasien usia di atas 70-80 tahun. Sebanyak 8% pasien coronavirus yang berusia 70-an, berakhir dengan kematian. Kematian bahkan mencapai 15% pada mereka yang berusia di atas 80 tahun.

 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Cina, selain usia tua, coronavirus juga menunjukkan kefatalan lebih tinggi pada pria daripada wanita. Pria yang terinfeksi coronavirus juga berisiko dua kali lebih tinggi meninggal ddaripada wanita yang terinfeksi.

 

Penjelasan para ahli antara lain bahwa di Cina, kebanyakan pria adalah perokok. Laporan WHO tahun 2019 menemukan bahwa 47,6% pria Cina merokok, dan hanya 1,8% wanita Cina yang perokok. Wanita juga secara umum memiliki respons imun yang lebih kuat daripada pria.

 

Awas Penderita Penyakit Kronis

Orang dengan masalah jantung, diabetes, atau penyakit paru-paru seperti PPOK juga berisiko lebih tinggi mengalami kematian akibat coronavirus. Menurut dr. Jeanne Marrazzo, direktur penyakit infeksi di University of Alabama di Birmingham School of Medicine, Covid-19 dan penumonia karena virus cenderung memiliki gejala lebih buruk pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.

 

Jadi, kita boleh waspada dengan merebaknya wabah coronavirus namun tidak perlu berlebihan. Coronavirus tidak membunuh sendirian. Harus ada faktor risiko terutama, usia lanjut usia, pria perokok, dan memiliki penyakit kronis yang melemahkan daya tahan tubuh.

 

Baca juga: Antisipasi Gelombang Kedua Coronavirus!

 

 

Referensi:

WebMD.com. Coronavirus top targets men seniors smokers.