Remaja adalah kelompok usia yang kerap “ditinggalkan” untuk persoalan kesehatan. Dibandingkan bayi dan anak-anak, serta dewasa dan usia lanjut, remaja memiliki risiko terhadap penyakit kronis yang relatif lebih rendah. Namun bukan berarti remaja ini tidak memiliki masalah kesehatan sama sekali. Misalnya saja, kecelakaan, keinginan bunuh diri, dan aborsi cukup sering ditemukan pada remaja.

 

Umumnya, gangguan kesehatan pada remaja terkait dengan perilaku mereka yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Melalui tulisan yang diterima Guesehat, dr. Nicholas Renata L, menjelaskan bahwa selain didorong juga oleh keinginan menjadi orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa termasuk yang berkaitan dengan seksualitas.

 

“Perkembangan zaman saat ini ikut berperan mempengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran remaja. Hal ini misalnya dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan oleh remaja pada beberapa tahun yang lalu, seperti berciuman dan bercumbu kini telah dibenarkan oleh remaja zaman sekarang. Bahkan ada sebagian kecil dari mereka yang setuju dengan seks bebas. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan mengingat perilaku tersebut dapat menyebabkan Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang selanjutnya memicu praktik aborsi yang tidak aman, penularan penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/ AIDS, bahkan kematian,” ujar dr. Nicholas.

 

Baca juga: Mengenal Depresi dan Pikiran Bunuh Diri pada Remaja
 

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang KTD ini, berikut penjelasan selengkapnya:

 

Kehamilan di usia muda sangat berisiko

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan berisiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4 kali lebih tinggi dari reproduksi sehat. 

 

Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Selain itu, penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat.

 

“Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi pada remaja untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan seperti stress psikologis, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan terjadinya keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia, keracunan kehamilan, dan kematian ibu sendiri,” jelas dr. Nicholas.

 

Baca juga: Kecanduan Medsos Bisa Berbahaya

 

 

Faktor penyebab KTD

Kehamilan remaja merupakan masalah yang menjadi perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang. Inilah beberapa penyebabnya:

  • Tradisi pernikahan dini

  • Perilaku remaja yang dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan

  • Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi

  • Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual

  • Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat.

  • Kasus-kasus seperti pelecehan seksual yang mengarah pada pemerkosaan

 

Bagaimana mencegahnya?

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama di kalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga dapat menurunkan generasi sehat.

 

Sayangnya fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks dianggap justru akan mendorong remaja untuk berhubungan seks.

 

Baca juga: Mengapa Orang Bisa Mengalami Adiksi terhadap Narkoba dan Lainnya?
 
 

Berdasarkan sudut pandang psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.

 

Nah Gengs, semakin banyaknya kasus kehamilan di luar nikah yang dialami remaja telah menyebabkan hancurnya masa depan remaja tersebut. Oleh sebab itu rasanya pendidikan seks usia dini perlu dilakukan agar pengetahuan remaja dan penggunaan alat reproduksi sebagai identitas dirinya bisa lebih bertanggung jawab.