Di Indonesia sunat biasanya dilakukan pada anak usia 7-10 tahun, bahkan ada yg 12 tahun. Sunat memang ada unsur tradisi dalam masayarakat kita, selain faktor agama dan kesehatan. Alhasil, orang tua memilih mengkhitankan anak di usia sekolah dasar, diikuti syukuran atau pesta. Padahal manfaat sunat saat bayi itu lebih besar Mums. 

 

Beberapa ahli kesehatan menyarankan sunat dilakukan di saat bayi baru lahir, seperti yang biasa dilakukan di negara lain yang berkulit putih, misalnya di Australia dan Amerika. Di sana, sunat dilakukan semata-mata alasan medis, yakni mencegah berbeagai penyakit pada penis saat dewasa.

 

Apa alasan dan manfaat sunat saat bayi? Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Sunat Tanpa Jarum Suntik, tak Ada Lagi Cerita Anak Takut Sunat!

 

Manfaat Sunat Saat Bayi

Pemilik gerai Rumah Sunatan, dr. Mahdian Nur Nasution, di luar negeri, tindakan sunat atau sirkumsisi dilakukan begitu bayi lahir di rumah sakit. Hal ini karena sunat pada saat anak-anak sudah mengerti, tidak boleh dilakukan karena melanggar Hak Asasi Manusia. Sunat harus dilakukan atas kemauan sendiri, kecuali pada bayi.



Inilah keuntungan sunat saat bayi:

 

1. Memperkecil Risiko Trauma pada Anak

Prosedur sunat, atau membuang kulup atau kulit yang menutupi kepala penis, adalah tindakan bedah. Layaknya tindakan bedah pada umumnya, pasti dibutuhkan suntikan anestesi, pembedahan, dan jahitan. Ini terutama pada metode sunat konvensional.

 

Rasa sakit saat proses sunat dapat menyebabkan trauma. Paling ringan trauma akan jarum suntik, atau trauma dengan tindakan operasi. “Trauma akan jarum suntik, bisa terbawa sampai anak dewasa,” jelas dr. Mahdian. Maka ketika sunat dilakukan saat bayi, si Kecil tidak akan mengingat rasa sakit saat ia dewasa.

 

Baca juga: 8 Fakta Menarik Seputar Sunat

 

2. Lebih Mudah Perawatan Lukanya

Keuntungan lain sunat dilakukan saat bayi adalah mudah perawatannya. Tentunya saat bayi baru lahir sekali atau berusia di bawah 40 hari. “Ada yang memilih melakukan sunat saat bayi lahir, seminggu setelah lahir, tetapi yang dianjurkan memang di bawah usia 40 hari.

 

Hal ini karena semakin besar atau dewasa saat sunat dilakukan, semakin lama penyembuhan lukanya,” jelas dr. Mahdian. Lebih lanjut dr. Mahdian menjelaskan, sunat pada orang dewasa bisa memakan waktu sampai 30 hari untuk pemulihan luka. Pada usia sekolah dasar, bisa lebih cepat yakni sekitar 7 hari.

 

Tetapi jika sunat dilakukan pada saat bayi, usia di bawah 40 hari, masa penyembuhan lebih cepat. Hal ini karena sel-sel tumbuh dengan cangat cepat saat bayi. Misalnya, di usia dua bulan jumlah sel mencapai dua kali lipat dibandingkan ketika bayi lahir. Maka ketika ada luka, proses pergantian sel-sel baru di area luka pun akan lebih cepat.



3. Bayi Belum Banyak Bergerak

Usia paling tepat sunat pada bayi adalah sebelum bayi bisa tengkurap. Ini menjadi alasan lain mengapa sunat saat bayi lebih dianjurkan. Di usia sangat dini ini, bayi belum bisa menggerak-gerakkan badan dan tangannya.

 

Hari-harinya lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Maka tanggung jawab merawat luka sepenuhnya ada pada Mums dan Dads. Mums bisa dengan tenang membersihkan dan merawat luka sunat tanpa risiko akan digaruk oleh bayi.

 

Baca juga: Proses Pemulihan Pasca Sunat Pada Laki-Laki

 

Apakah Ada Risiko Sunat Bayi?


Setelah melihat berbagai keunggulan tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa di Indonesia sunat saat bayi masih jarang dilakukan? Selain alasan tradisi dan budaya, banyak dokter yang takut melakukan tindakan sunat pada bayi karena bayi masih sangat rapuh. Selain itu pembuluh darahnya masih sangat kecil.

 

Namun menurut dr. Mahdian, di tangan dokter bedah yang ahli, sunat pada bayi bisa dikatakan sangat aman. “Tidak pernah atau sangat jarang ditemui komplikasi yang berat apalagi kematian setelah sunat pada bayi,” jelasnya.


Selain hampir tidak ada risiko, justru ada banyak manfaat sunat pada bayi. Berikut di antaranya:

  • Kebersihan penis terjaga sejak kecil.
  • Melindungi anak dan pria dewasa sejak dini dari penyakit menular seksual misalnya HIV dan HPV. WHO merekomendasikan sunat untuk semua pria di Afrika untuk mengurangi penularan HIV
  • Mencegah kanker penis dan kanker serviks pada wanita, saat dewasa. Banyak wnaita terkena kanker serviks karena tertular virus HPV dari pasangannya yang tidak disunat.
  • Mencegah infeksi saluran kencing pada bayi.

 

Baca juga: Manfaat vs Risiko Sunat pada Pria