Penyakit

Infeksi Cacing (Askariasis)

Deskripsi

Askariasis merupakan suatu kondisi infeksi pada saluran intestinal yang disebabkan karena adanya parasit dari cacing Ascaris lumbricoides atau yang dikenal sebagai cacing gelang. Askariasis ini banyak terjadi di daerah dengan iklim tropis maupun subtropis seperti Indonesia, khususnya pada daerah yang memiliki sanitasi dan higienitas yang buruk. Askariasis terjadi jika seseorang tanpa sengaja menelan telur dari parasit Ascariasis lumbricoides, namun demikian tidak menutup kemungkinan dapat melalui permukaan kulit kaki. Telur maupun larva dari Ascariasis lumbricoides, akan berkembang menjadi cacing dewasa yang dapat berkembang biak atau bereproduksi. Ukuran cacing dewasa dapat mencapai panjang lebih dari 30 cm.

 

Baca juga: Waspada Cacing Hati pada Hewan Kurban!

Pencegahan

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah askariasis adalah dengan meminimalkan faktor risiko seseorang dapat terjangkit parasit tersebut, antara lain:
- Mencuci bahan makanan seperti buah, sayur, dll dengan air yang bersih agar terhindar dari kontaminasi
Ascaris lumbricoides
- Menjaga kebersihan sanitasi dan higien
- Mencuci setelah melakukan BAK maupun BAB
- Mencuci tangan sebelum makan
- Menghindari makanan mentah yang memungkinkan telur atau larva cacing tidak mati dalam proses pemasakan

Gejala

Pada kebanyakan kasus askariasis yang ringan, pasien yang sudah terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala yang berarti. Gejala klinis akan muncul pada kasus infeksi sedang hingga berat. Saat telur cacing masuk lewat mulut, akan bermigrasi ke saluran intestinal. Telur atau larva yang masuk masuk, dapat bermigrasi ke aliran darah atau system limfatik hingga paru-paru. Pada fase ini, gejala yang muncul hampir sama dengan kasus asma maupun pneumonia, seperti batuk terus menerus, nafas pendek, dan mengi saat bernafas. Setelah 10 hari dalam paru-paru, larva dapat bermigrasi menuju tenggorokan, sehingga saat pasien mengalami batuk, telur atau larva cacing dapat tertelan, dan menuju saluran cerna. Larva yang masuk akan berkembang menjadi cacing dewasa yang hidup menjadi parasite pada saluran intestinal. Pada kasus askariasis sedang hingga berat, menimbulkan gejala, seperti :
- Nyeri perut
- Mual dan muntah
- Diare atau BAB berdarah
Cacing dewasa ini dapat hidup dan bereproduksi dalam saluran intestinal hingga mati, sehingga jumlah cacing dewasa yang menjadi parasit pada saluran intestinal dapat berkembang jumlahnya. Jika jumlah cacing parasit berkembang banyak, dapat menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti:
- Nyeri perut yang hebat
- Kelelahan
- Mual muntah
- Penurunan berat badan secara signifikan hingga malnutrisi
- Adanya cacing pada saat buang air besar dan muntah

Penyebab

Penyebab utama askariasis adalah infeksi cacing Ascaris lumbricoides. Askariasis tidak secara langsung menyebar dari orang ke orang. Umumnya infeksi ini disebabkan karena seseorang kontak secara langsung dengan beberapa benda yang terkontaminasi telur maupun larva cacing Ascariasis lumbricoides, seperti feses manusia, air yang terkontaminasi, bahan makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, fasilitas toilet yang memiliki sanitasi buruk, dan hal lainnya yang terkontaminasi dengan telur maupun larva parasit tersebut. Tanpa disadari danya kontak langsung dengan benda-benda tersebut, menyebabkan telur maupun larva dapat tertelan masuk dalam tubuh manusia. Pada dasarnya penyebab utama infeksi parasit ini disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides. Namun demikian ada beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan kejadian seseorang terinfeksi oleh parasit ini, yaitu:
a. Usia.
ondisi askariasis lebih banyak terjadi pada usia anak-anak atau dibawah 10 tahun. Terutama pada anak-anak yang lebih sering bermain di area lapangan bertanah.
b. Kondisi iklim.
Cacing
Ascaris lumbricoides lebih mudah hidup dan berkembang biak pada suhu yang hangat, sehingga probabilitas kejadian askariasis di iklim tropis dan subtropis lebih tinggi
c. Sanitasi yang buruk.
Daerah dengan sanitasi yang buruk, meningkatkan kemungkinan kontaminasi dari
Ascariis lumbricoides.

 

Baca juga: 27 Sarden Kalengan Positif Mengandung Cacing, 11 di antaranya dai Indonesia!

Diagnosis

Penegakan diagnos askariasis dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan mikroskopik pada sampel feces dan darah, maupun melalui gambaran X-ray, CT test.
1. Sampel feces
Penegakan diagnosa askariasis dilakukan dengan melakukan pengamatan mikroskopis keberadaan telur dan larva dalam sampel feces. Namun untuk telur maupun larva ini dapat diketahui setelah 40 hari setelah pasien terinfeksi dan jika pasien terinfeksi cacing
Ascaris lumbricoides betina. Cacing betina dewasa pada saluran intestinal akan bereproduksi dengan menghasilkan telur yang dapat bermigrasi ke saluran pencernaan, sehingga dapat ditemukan larva maupun telur dalam sampel feces. Jika pasien terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides jantan, maka tidak ditemukan adanya telur maupun larva pada sampel feces.
2. Sampel darah Pada pemeriksaan sampel darah, parameter yang biasa digunakan adalah jumlah atau level sel darah putih, yaitu eosinofil. Adanya askariasis dapat meningkatkan jumlah eosinofil dalam darah. Namun tes ini kurang begitu spesifik untuk penegakan diagnosa askariasis.
3. X-
ray Jika terdapat infeksi, maka masa cacing dapt dilihat melalui gambaran Xray abdomen. Pada beberapa kasus dapat juga dilihat gambaran larva pada paru-paru
4. Ultrasonografi Hasil gambaran ultrasonografi juga dapat memberikan gambaran keberadaan parasit
Ascaris lumbricoides pada hati dan pankreas
5. CT
Scan atau MRI. CT Scan dan MRI memberikan gambaran pada organ apa parasit cacing Ascaris lumbricoides hidup dan berkembang biak. Kombinasi beberapa tes, akan memberikan gambaran yang pasti untuk penegakan diagnosa secara tepat. Pada beberapa kasus infeksi berat, sangat dimungkinkan ditemukan adanya cacing dewasa yang keluar bersamaan saat batuk maupun muntah. Jika ditemukan hasil tersebut, pasien dapat memberikan sampel tersebut untuk diidentifikasi lebih lanjut terkait dengan jenis parasit yang menginfeksi.

Penanganan

Dari penelitian tahun 2012, Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan albendazole dosis tunggal 400 mg merupakan terapi pilihan yang dapat memberikan signifikan pada proses sterilisasi telur atau larva Ascaris lumbricoides, dibandingkan dengan mebendazole. Namun demikian, baik mebendazole maupun albendazole memiliki kecepatan penyembuhan dan penurunan telur Ascaris lumbricoides. Selain dari albendazole, terapi farmakologi yang menjadi pilihan adalah penggunaan mebendazole 100 mg 3x sehari selama 3 hari atau dosis tunggal 500 mg. Pada kondisi askariasis yang disertai dengan adanya infeksi parasit Trichuris trichiura (whipworm), terapi mebendazole dengan dosis tiga kali lipat justru memberikan efikasi yang lebih baik. Namun demikian penggunaan albendazole dan mebendazole tidak direkomendasikan selama masa kehamilan. Terapi yang dianjurkan selama masa kehamilan adalah penggunaan pyrantel pamoate.

 

 

Terapi farmakologi yang diberikan, semuanya ditujukan untuk sterilisasi cacing dewasa, sehingga masih dimungkinkan adanya sisa telur maupun larva. Oleh karena itu dibutuhkan adanya pemeriksaan berulang setelah 3 bulan. Pasien yang tinggal di daerah endemik, memiliki resiko lebih besar hingga 80% untuk terjadinya reinfeksi setelah 6 bulan. Pasien dengan askariasis memiliki resiko komplikasi dan infeksi cacing lainnya selain dari askariasis. Oleh karena itu, pengobatan yang diberikan bisa jadi berupa terapi untuk askariasis, maupun untuk mengatasi komplikasi yang lainnya. Selain itu terapi farmakologi (terapi dengan obat-obatn) untuk askariasis, tidak hanya ditujukan untuk infeksi paru-paru aktif, karena pada tahap larva, keberadaan larva tersebut justru meningkatkan resiko pneumonitis. Gejala klinis askariasis yang menyerang paru-paru, biasanya dapat diberikana tambahan terapi bronkodilator atau kortikosteroid. Selain itu, pada pasien anak, juga sering ditambahkan supplementasi vitamin A untuk membantu memperbaiki perkembangan tumbuh kembang pada anak.

 

Baca juga: Ini Dia Fakta di Balik Produk Ikan Kalengan yang Mengandung Cacing

Rekomendasi Artikel

Lima Jenis Cacing Penyebab Cacingan

Lima Jenis Cacing Penyebab Cacingan

Cacingan tidak hanya menyerang anak, tapi juga orang dewasa. Ada beberapa jenis cacing yang menjadi penyebab cacingan, seperti cacing kremi dan cacing tambang.

GueSehat

24 February 2019

Setelah Ditemukan Cacing, Masihkah Sarden Aman Dikonsumsi?

Setelah Ditemukan Cacing, Masihkah Sarden Aman Dikonsumsi?

Kamu bisa memilih ikan sebagai bahan dasar dari menu makananmu. Namun Kamu harus hati-hati dalam pemilihan produk ikan dalam kaleng,ya Gengs!

GueSehat

23 March 2018

5 Penyebab Gatal pada Bokong Kamu

5 Penyebab Gatal pada Bokong Kamu

Banyak yang berasumsi jika gatal pada bokong merupakan awal dari penyakit cacingan. Namun, ada beberapa penyebab lainnya yang perlu Kamu ketahui.

Angkasa

23 November 2017

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...