Mendengar penyakit tetanus mungkin bukan hal yang asing lagi bagi sebagian orang. Namun kebalikannya, imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil, masih belum dipahami sepenuhnya manfaat dan pemberiannya. Padahal, pencegahan yang dilakukan melalui pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dapat secara signifikan mengurangi risiko kematian bayi akibat infeksi tetanus.

 

Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan Manfaatnya

Secara definisi, imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh, agar tubuh membangun zat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu.

 

Pemberian vaksin bermanfaat menjaga kesehatan Mums sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Imunisasi pada saat kehamilan juga melindungi bayi yang sedang dikandung dari penyakit, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan sampai bayi tersebut mendapatkan vaksin. 

 

Tetanus Toksoid, umumnya disebut juga dengan Tetanus atau lockjaw, adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang masuk melalui luka terbuka. Bakteri tersebut akan menghasilkan racun tetanus bernama tetanospasmin, kemudian menginfeksi sistem urat saraf dan otot. Efeknya, otot dan saraf menjadi kaku (rigid).

 

Gejala tetanus yang khas adalah kejang dan badan kaku, otot dinding perut terasa keras dan tegang jika diraba, serta mulut kaku dan sulit dibuka. Komplikasi yang bisa ditimbulkan dari tetanus adalah asfiksia (kekurangan oksigen), gangguan irama jantung (takikardia), hingga kejang. 

 

Tetanus pada ibu hamil (maternal) dan bayi baru lahir (neonatal) merupakan penyebab kematian yang paling sering terjadi akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih. Tetanus maternal (TM) terjadi pada kehamilan dan 6 minggu sejak melahirkan. Sementara itu, tetanus neonatorum (TN) terjadi pada bayi usia 3-28 hari setelah lahir.

 

Proses persalinan yang berlangsung di tempat yang tidak higienis, pemotongan tali pusat menggunakan alat yang tidak steril, serta tidak diberikan obat antiseptik adalah penyebab utama terjadinya infeksi tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

 

Faktor risiko lain yang dapat menjadi penyebab tetanus pada bayi baru lahir yaitu jika tidak ada pemberian imunisasi TT pada ibu hamil atau ada riwayat infeksi tetanus pada persalinan sebelumnya.

 

Baca juga: Pilihan Obat yang Aman selama Kehamilan

 

Amankah Imunisasi TT pada Ibu Hamil? 

Imunisasi TT pada ibu hamil menggunakan vaksin tetanus. Vaksin ini mengandung toksoid Tetanus, yang telah dilemahkan kemudian dimurnikan. Imunisasi diberikan sebanyak 2 kali dengan dosis 0,5 cc.

 

Jarak pemberian imunisasi TT pertama dan kedua serta jedanya dengan waktu persalinan sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam tubuh bayi. Artinya, jika interval pemberian imunisasi TT pertama dan kedua, serta jeda imunisasi TT kedua dan persalinan cukup panjang, maka akan meningkatkan respons imunologis. Ini juga akan memberikan cukup waktu untuk memindahkan antibodi tetanus dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya. 

 

Toksoid tetanus disuntikkan untuk membentuk kekebalan aktif, dengan merangsang tubuh membentuk antibodi. Kekebalan tubuh yang didapat dari imunisasi TT pada ibu hamil, disalurkan melalui plasenta dan tali pusat kepada janin yang dikandungnya. Tak berhenti sampai di situ, setelah melahirkan ibu pun tetap menyalurkan kekebalan tersebut melalui air susu ibu (ASI).

 

Terdapat efek samping imunisasi TT yang umum terjadi, berupa reaksi lokal dalam bentuk rasa nyeri, kulit kemerahan, dan pembengkakan yang terjadi selama 1-2 hari di area suntikan. Namun, efek samping tersebut akan sembuh dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan khusus.

 

Imunisasi TT mengandung bakteri inaktif, sehingga dipastikan aman jika disuntikkan selama kehamilan berlangsung. Bahkan, WHO juga telah menjamin bahwa manfaat pemberian imunisasi TT pada ibu hamil melebihi potensi efek sampingnya, terutama bila kemungkinan paparan penyakitnya tinggi. Imunisasi TT sendiri sebenarnya jarang menimbulkan kerugian.

 

Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disarankan sebelum memasuki usia kandungan 8 bulan. Tujuannya, agar Mums mendapatkan imunisasi TT lengkap. Imunisasi TT bisa diberikan pertama kali saat Mums dinyatakan positif hamil (umumnya dilakukan saat pemeriksaan kehamilan pertama kali). Lalu, dilanjutkan dengan imunisasi TT kedua dengan jarak 4 minggu dari waktu perkiraan bersalin.

 

Berdasarkan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang imunisasi TT pada ibu hamil, pemberian imunisasi TT dan masa perlindungannya dijabarkan sebagai berikut:

Imunisasi TT

Jeda minimal

Lama perlindungan

TT 1

 

Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap tetanus.

TT 2

1 bulan setelah TT 1

3 tahun

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

TT 4

12 bulan setelah TT3

10 tahun

TT 5

12 bulan setelah TT 4

>25 tahun


Baca juga: Imunisasi MR dan Imunisasi MMR, Apa Bedanya?

 

Keberhasilan Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Indonesia

Seperti yang ditulis oleh  FX Wikan Indrarto, dokter spesialis anak sekaligus Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, di Media Indonesia tahun 2017 lalu, program imunisasi TT pada wanita usia subur mampu mengatasi tetanus neonatal pada bayi baru lahir di 3 wilayah pada 4 kepulauan yang luas di Indonesia.

 

Meski demikian, cakupan vaksinasi yang lebih rendah di wilayah dengan berpendapatan paling rendah, yaitu di Provinsi Papua, menandakan bahwa tetanus neonatal tersebut tetap menjadi ancaman utama di sana.

 

Pada Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, jumlah ibu hamil yang diberi imunisasi TT adalah 3.263.992 atau 61,44% dari total ibu hamil di Indonesia. Di Papua, dari 78.157 ibu hamil, tidak ada seorang pun yang diberi imunisasi TT.

 

Jumlah total kasus tetanus neonatal pada 2016 adalah 14 kasus, yaitu terjadi di Kalimantan Barat (4 kasus), Papua (3), Sumatra Selatan (3), Aceh (2), Sumatra Barat (1), dan Gorontalo (1). Jumlah kasus meninggal adalah 6 bayi dengan case fatality rate 42,9%.

 

Faktor risiko terjadinya tetanus neonatal meliputi pemeriksaan kehamilan rutin secara tradisional (5 kasus), status imunisasi ibu tidak diimunisasi TT (8 kasus), penolong persalinan secara tradisional (9), perawatan tali pusat secara tradisional (7), dan pemotongan tali pusat dengan bambu (8).

 

Hasil tersebut mengartikan bahwa kurang dari 1 kasus tetanus neonatal terjadi per 1.000 jiwa kelahiran di setiap kabupaten. Jadi, bisa dinyatakan bahwa  Indonesia telah menghapuskan tetanus neonatal pada tahun 2016.

 

Pencapaian tersebut bisa diraih setelah upaya pemerintah Indonesia memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan di daerah terpencil serta meningkatkan vaksinasi di daerah yang paling kurang beruntung.

 

Baca juga: 5 Cara Jitu Hamil Anak Laki-laki

 

 

Sumber

WHO. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination.