Gangguan mental menjadi kondisi yang ternyata kian lazim terjadi di tengah masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan menyebut 15,8% keluarga di Indonesia memiliki anggota penderita gangguan mental.

 

Data tersebut juga memperlihatkan bahwa 9,8% remaja mengalami gangguan mental, dan 7 per 1.000 rumah tangga mempunyai anggota penderita skizofrenia atau gangguan psikosis. Sayangnya, sebagian besar justru menghindar untuk membicarakannya, dan lebih memilih menyembunyikan kondisi tersebut.

 

Dampaknya, penderita gangguan mental semakin terisolasi dan sulit mendapatkan pertolongan. Padahal, gangguan mental bisa disembuhkan. Terapi gangguan mental bisa melalui pendekatan medis dan psikologis, atau kombinasi keduanya.

 

Apapun bentuk terapinya, memberikan akses pengobatan kepada penderita gangguan mental sangat penting, sebelum terlambat. Aktivitas di dunia seni, ternyata bisa menjadi sarana penyembuhan penderita gangguan mental.

 

Baca juga: 8 Gejala Depresi yang Tidak Disangka-sangka

 

Art Healing, Terapi Gangguan Mental Melalui Seni

Dalam rangkaian kegiatan Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019, yang diselenggarakan pekan lalu, Golden Space menggelar masterclass bertema “Wellbeing Series: Healing Through Art” di Jakarta. Bahasan unik ini menghadirkan pembicara Atreyu Moniaga, seniman dan pendiri Atreyu Project dan Yodhananta Soewandi, praktisi meditasi The Golden Space Indonesia, serta melibatkan 60 orang wanita peserta.

 

Atreyu Moniagamemilih lukisan untuk kesembuhan emosinya. Ia mengaku sulit mengekspresikan perasaan saat merasa sedih. “Bagaimana menggambar bisa menjadi proses healing? Sebab, ketika menggambar kita benar-benar sendirian sehingga bisa mengekspresikan semua kegalauan maupun kesedihan melalui imajinasi yang tanpa batas,” ujarnya.

 

Dengan menggunakan media gambar sebagai diari, kenangan akan menetap selamanya. “Berbeda dengan tulisan dalam buku harian yang bisa mudah dibaca oleh orang lain, sebuah lukisan hanya bisa kita pahami sendiri. Meski saat menggambar kita sedang marah, tetapi percayalah, perasaan yang tertuang akan menjadi memori yang indah,” tandas Atreyu.

 

Baca juga: Mums, Ajarkan si Kecil Mengelola Emosi dengan Melukis 

 

Yodhananta Soewandi, praktisi meditasi The Golden Space Indonesia menjelaskan bahwa ia adalah seorang mantan penderita gangguan mental. Yodha, pria ini disapa, mengalami tiga gangguan mental sekaligus yaitu gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kepribadian ganda.  

 

Menurut Yodha, ada banyak faktor yang memicu gangguan mental, Sebagian penderita mengalami gangguan mental akibat trauma yang tidak bisa dihadapi. "Saya adalah korban pencabulan di usia 10 tahun. Sayangnya saya tidak didukung oleh keluarga sehingga seumur hidup setelah itu saya hidup dengan pandangan hidup yang sangat negatif. Tidak hanya keinginan bunuh diri, tetapi tidak ingin berpartisipasi dan puncaknya saya menciptakan karakter lain di diri saya," ungkap Yodha.

 

Gangguan mental berkembang dan memburuk saat penderita tidak didukung dan merasa sendiri. Yodha mengaku pernah menjalani terapi secara medis dan harus minum banyak obat. Ia tidak tahan dengan efek sampingnya yang menurut dia membuatnya seperti kosong dan tak berjiwa. Hingga akhirnya ia mengenal meditasi

 

Inti dari meditasi, menurut Yodha, adalah mencapai akar masalahnya kemudian mencoba melupakan dan memaafkan diri sendiri. Forgive and forget. “Meditasi membantu penyembuhan secara emosional, memungkinkan kita untuk mengeskpresikan semua emosi, berdamai dan mencintai diri sendiri. Apabila sudah menerima kondisi diri, maka proses penyembuhan dimulai,” ujar  Yodha yang kemudian memilih menjadi guru meditasi dan kini sudah memiliki sertifikat resmi sebagai pengajar meditasi.

 

Art healing bisa menjadi alat atau media untuk menuangkan kesedihan dan perasaan kita. Tidak ada aturan tentang cara mengekspresikan pikiran kita yang selalu bergerak dan kadang kusut, jadi bisa dengan apa saja.

 

Intinya ungkapkan dan keluarkan emosi melalui media apapun, jika Geng Sehat tidak bisa mengungkapkannya melalui verbal. Ikuti saja kata hati karena tujuannya bukanlah menciptakan seni yang indah untuk dinikmati namun sekadar membangun kesadaran dan membebaskan diri.

 

Baca juga: Sering Stres? Yuk, Coba 4 Aplikasi Meditasi Ini!

 

 

Sumber:

Masterclass “Wellbeing Series: Healing Through Art” di ajang Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019, di Jakarta, 26 November