Kita semua sudah tahu bahwa orang dengan diabetes sangat berisiko mengalami gejala yang berat apabila terinfeksi COVID-19. Namun, bukan berarti orang yang tidak punya diabetes dan sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19 boleh merasa aman.

 

Penelitian terbaru menemukan, bahwa efek jangka panjang infeksi COVID-19 yang tidak diinginkan siapapun salah satunya adalah diabetes. Bagaimana bisa infeksi COVID-19 menyebabkan diabetes? Ada cerita lengkapnya di sini, jadi baca dengan seksama ya!

 

Baca juga: Bila Kamu Termasuk OTG Di Era Pandemi Covid-19, Ini yang Bisa Kamu Lakukan

 

Temuan yang Mengejutkan 

Cerita berawal Selama musim semi tahun 2020 di New York. Para dokter di New York City, pusat pandemi AS pada saat itu, memperhatikan ada sejumlah besar orang yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 memiliki terlalu banyak gula dalam darah mereka. Suatu kondisi yang disebut hiperglikemia yang merupakan ciri khas. diabetes.

 

Pasien dengan peningkatan gula darah ini, sebelumnya tidak memiliki diabetes. Seorang ahli biologi sel induk bernama Shuibing Chen dari Weill Cornell Medicine, menceritakan pengalamannya, “Rekan saya dan saya sendiri merasa sangat sulit untuk mengontrol kadar gula darah beberapa pasien COVID-19, bahkan mereka yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya,” katanya.

 

Yang lebih mengejutkan, kata Chen, adalah beberapa pasien yang tidak memiliki diabetes sebelum infeksi, akhirnya menunjukkan gejala awal diabetes setelah pulih dari COVID-19.

 

 

Baca juga: Tengkurap, Posisi Tidur yang Dianjurkan untuk Pasien COVID-19. Ini Alasannya!
 

Menyerang Pankreas, COVID-19 Menyebabkan Diabetes

Virus penyebab COVID-19, yakni SARS-CoV-2, terkenal karena mendatangkan malapetaka di paru-paru dan menyebabkan gangguan pernapasan akut. Tetapi bagaimana dan mengapa seorang pasien COVID-19 tiba-tiba memiliki penyakit kronis seperti diabetes adalah sebuah misteri. Begitu pula jumlah orang yang kemudian harus menghadapi komplikasi ini.

 

Para ahli pun kemudian melakukan analisis secara global di sepanjang tahun 2020-2021. Penelitian yang dipimpin oleh ahli endokrinologi Paolo Fiorina di Harvard Medical School dan diterbitkan pada tahun 2021, melaporkan bahwa dari 551 pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 di Italia, hampir setengahnya menjadi hiperglikemik.

 

Peter Jackson, seorang ahli biokimia di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, memperkirakan sebanyak 30 persen pasien dengan COVID-19 yang parah dapat memiliki diabetes.

 

Penasaran dengan hubungan mengejutkan antara COVID-19 dan diabetes, Chen dan Jackson keduanya meluncurkan penyelidikan independen untuk mengungkap bagaimana SARS-CoV-2 dapat memicu hiperglikemia. Kedua kelompok menerbitkan hasil mereka dalam jurnal Cell Metabolism, Mei 2021.

 

SARS-CoV-2 mempengaruhi orang yang terinfeksi dengan cara yang sangat berbeda. Banyak orang hanya mengalami gejala ringan, tetapi ada pula yang mengalami gejala berat bahkan mengancam jiwa. Ternyata virus ini dapat menyebar ke luar paru-paru dan merusak organ penting lainnya, termasuk hati, jantung, dan ginjal, bahkan pankreas.

 

Dalam studi sebelumnya, kelompok Chen menumbuhkan berbagai jenis jaringan di laboratorium dan menguji mana yang rentan terhadap virus COVID-19. “Sangat mengejutkan, kami menemukan bahwa sel beta pankreas sangat permisif terhadap infeksi SARS-CoV-2,” kata Chen.

 

Pankreas, yang terletak di belakang lambung, adalah organ kompleks yang terdiri dari berbagai jenis sel yang membantu pencernaan. Di sini juga terdapat sel beta yang membuat insulin, hormon yang mengantar molekul gula dari darah ke sel-sel tubuh untuk digunakan untuk energi.

 

Namun meksipun di laboratorum virus dapat menginfeksi sel, tidak berarti virus itu menyerang tubuh dengan cara yang sama. Untuk memastikan pengamatan di laboratorium adalah cerminan sebenarnya dari apa yang terjadi pada manusia yang hidup, baik tim Chen dan Jackson memperoleh sampel otopsi dari pasien yang meninggal karena COVID-19. Kedua kelompok peneliti ini mendeteksi SARS-CoV-2 ada dalam sel beta pankreas dari pasien yang meninggal ini.

 

Baca juga: Berawal Dari Pankreas, Inilah Proses Terjadinya Diabetes Melitus

 

Bagaimana Virus Berpindah dari Paru-paru ke Pankreas?

Setelah pasien mengalami pneumonia, infeksi paru-paru bagian bawah dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang memungkinkan virus bocor dari alveoli paru-paru dan masuk ke pembuluh darah.Begitu beredar, virus dapat memasuki jaringan lain seperti pankreas, otak, dan ginjal.

 

Peneliti lain berspekulasi bahwa virus bisa masuk ke aliran darah karena keluar dari usus, yang mungkin terjadi pada pasien yang kekurangan bakteri usus yang sehat. Ketika masuk ke pankreas, maka sel beta yang terinfeksi SARS-CoV-2 berhenti membuat insulin. Sel-sel beta akan mati terinfeksi virus.

 

Jika sel beta tidak rusak atau mati, mereka akan mengalami transdiferensiasi, yang berarti mereka diubah menjadi jenis sel lain yang tidak lagi memproduksi insulin.

 

Lewat dua mekanisme ini, bisa disimpulkan bahwa ketika virus COVID-19 menyerang sel beta pankreas, produksi insulin menurun. Inilah yang menyebabkan pasienn Covid-19 pada akhirnya mengidap diabetes.

 

Temuan baru ini menekankan bahwa ada banyak yang harus dipelajari tentang COVID-19 dan efek sampingnya. Tampaknya jelas bagi sebagian orang yang tidak beruntung, mengalahkan virus hanyalah permulaan saja. Masih ada ancaman komplikasi tambahan, tergantung sistem atau organ mana yang terdampak dan rusak setelah infeksi virus.

 

Baca juga: Tak Perlu Pilih-pilih Vaksin Covid-19! Kata Ahli, Semuanya Aman

 

 

 

Sumber:

Nationalgeographic.com. Can COVID-19 lead to diabetes? Here’s what you need to know