Hari libur seharusnya menjadi momen yang ditunggu, karena bisa menjadi waktu beristirahat dan bersantai setelah sibuk bekerja selama seminggu penuh. Tetapi hal ini tidak berlaku bagi seorang workaholic alias pekerja keras. Seorang workaholic menghabiskan waktu liburnya dengan membawa laptop, melakukan panggilan telepon, ataupun membalas email yang berkaitan dengan pekerjaan. Tidak ada satu hari yang dilewatkan tanpa bekerja, walaupun di rumah atau di tempat liburan sekalipun. Kok bisa ya?

 

Workaholic bisa dikatakan sebagai kondisi di mana seseorang memiliki kecanduan bekerja. Hal ini tentunya akan mengganggu keseimbangan hidup seorang workaholic, karena kehidupan personal akan terus terganggu dengan pekerjaan. Ketidakseimbangan ini akan memengaruhi hubungan dengan keluarga, teman, dan bahkan integritas diri sendiri.

 

Yuk kenali beberapa gejala yang bisa mengindikasikan bahwa Kamu mengidap sindrom ini:

  • Menelantarkan kehidupan personal, hubungan, rekreasi, dan tidur.
  • Sulit merasa rileks.
  • Merasa cemas dan sedih ketika tidak bekerja.
  • Tidak bisa mendelegasikan pekerjaan dengan baik, karena cenderung menjadi control freak.
  • Selalu menghubungkan hal lain dengan pekerjaan, misalnya mencoba mengubah hobi menjadi bisnis.
  • Merasa lega ketika bekerja.
  • Ketika jauh dari pekerjaan, akan muncul perasaan panik dan takut jika melewatkan hal-hal penting dalam pekerjaan.
  • Selalu dekat dengan gadget agar tidak ketinggalan info pekerjaan (telepon, email, pesan, dan lain sebagainya).

 

Kok bisa sih seseorang kecanduan bekerja?

Konsultan psikologi klinis dan terapis psikoanalis, Dr. Pulkit Sharma mengatakan bahwa seorang workaholic cenderung menderita dari 2 jenis ketakutan utama. Pertama yaitu rasa takut terhadap kegagalan, sehingga mereka menggunakan pencapaian untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Kedua, yaitu takut terhadap diri mereka sendiri. Secara tidak sadar, seorang workaholic sebenarnya tidak nyaman dengan diri mereka sendiri. Mereka menggunakan pekerjaan untuk membuat pikirannya tetap sibuk.

 

Risiko medis

Selain bisa mengganggu kesehatan psikologis, seorang workaholic juga berpotensi mengidap berbagai penyakit seperti darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, GERD, depresi, hingga OCD (obsessive compulsive disorder). Gangguan psikologis terutama disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara istirahat dan bekerja.

 

Bagaimana cara menguranginya?

  • Kenali penyebabnya. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap pekerjaan, karena itu ketahui apa yang menjadi alasan mengapa pekerjaan menjadi sangat penting.
  • Lakukan perubahan perlahan. Seorang workaholic tidak bisa langsung dijauhkan dari pekerjaannya, karena dapat membuatnya menjadi lebih depresi. Kurangi waktu bekerja secara perlahan, dan coba lakukan hal lain untuk mengganti pekerjaan, misalnya melakukan hobi.
  • Ciptakan keseimbangan antara kehidupan personal, pekerjaan, dan waktu untuk diri sendiri, dan coba berusaha untuk penuhi keseimbangan tersebut.
  • Jangan lari dari emosi. Berikan waktu untuk marah ataupun menangis ketika dibutuhkan.