Kata “herd immunity” tiba-tiba menjadi tren sejak beberapa hari terakhir ini, karena disebut-sebut dalam pemberitaan mengenai wabah Covid-19. Beberapa negara seperti Inggris dan Swedia, menerapkan “herd immunity” sebagai  upaya mengontrol penularan Covid-19. 

 

Apa itu Herd Immunity?

Herd immunity atau yang disebut imunitas komunitas dapat menghentikan penularan jika banyak penduduk yang sudah kebal terhadap penyakit infeksi tersebut, sehingga tidak dapat terkena dan menularkan ke orang lain.

 

Herd Immunity didapatkan melalui infeksi alami atau dengan vaksinasi:

  1. Banyak orang telah memiliki imunitas natural. Imunitas natural timbul saat seseorang telah terkena penyakit tersebut, dan tubuh telah memproduksi antibodinya. Setelah memiliki antibodi, jika orang sekitarnya menderita penyakit yang sama, ia bisa tidak tertular lagi oleh penyakit tersebut.
  2. Orang yang telah divaksin juga akan kebal terhadap penyakit tersebut karena tubuhnya sudah memproduksi antibodi daripartikel virus yang dimasukkan melalui vaksin.

 

Banyak penyakit akibat virus dan bakteri menular antar manusia. Rantai penularan ini akan berhenti jika kebanyakan manusia sudah kebal dan tidak dapat terinfeksi penyakit itu lagi. Dengan berhentinya penularan, akan mencegah orang yang belum menerima vaksin, atau yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti pada lansia, bayi dan anak, wanita hamil, penderita penyakit kronis dan penyakit yang menurunkan imun, untuk tidak tertular penyakit ini dari orang di sekitarnya.

 

Baca juga: Belum Ditemukan Vaksin, Begini Cara Sel Imun Melawan Virus Corona!
 

Kapan Herd Immunity Terbentuk?

Secara teori, penyebaran penyakit akan berhenti ketika 80-95% populasi sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu. Contohnya 19 dari 20 orang harus divaksin campak agar herd immunity ini dapat berhasil. Jika 1 anak terkena campak, sisanya yang telah divaksin sudah memiliki kekebalan sehingga tidak tertular dan tidak menularkan.

 

Tujuan dari  herd immunity adalah untuk mencegah orang lain terkena dan menularkan penyakit infeksius seperti campak. Jika lebih banyak anak yang belum divaksinasi, penyakit dapat menular lebih mudah dan luas karena tidak ada herd immunity.

 

Covid 19 dan Herd Immunity

Seperti yang sudah digalakkan pemerintah sejak awal pandemi, physical distancing dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir adalah salah satu cara mencegah penularan Covid-19. Namun penularan terus berlanjut dan sudah sekitar 2 juta orang di seluruh dunia terinfeks. Namun, mengapa herd immunity belum menjadi jawaban dalam mencegah penularan Covid 19? Inilah beberapa alasannya:

 

  1. Vaksin Covid-19 belum ditemukan. Padahal vaksin adalah cara yang paling aman untuk memberikan herd immunity pada penduduk. Penelitian mengenai obat dan antivirus untuk menangani Covid -9 juga masih berjalan
  2. Peneliti belum mengetahui apakah seseorang dapat terinfeksi Covid-19 lebih dari 1 kali.  Selain itu juga belum diketahui mengapa beberapa pasien positif Covid-19 hanya mengalami gejala ringan, sementara sebagian lagi mengalami gejala berat walaupun dalam kondisi muda dan sehat.
  3. Jika mengandalkan imunitas natural, artinya hampir seluruh penduduk harus mengalami gejala Covid 19. Tentu saja ini akan sangat memakan waktu lama, dan sangat berisiko meningkatkan angka kematian karena semakin banyak orang yang terinfeksi dan sebagian mengalami gejala yang berat.
  4. Fasilitas kesehatan akan kewalahan. Jika membiarkan imunitas natural terjadi, maka faslitas kesehatan tidak mampu menampung pasien jika sakit dalam waktu yang sama.

 

Baca juga: Bisakah Vaksin Influenza Mencegah Coronavirus? Ini Menurut Ahli!

 

Jadi para ahli sepakat, untuk saat ini, herd immunity belum memberikan solusi yang dapat dilakukan dalam mengurangi penularan penyakti Covid 19 ini. Cara yang paling aman dalam mendapatkan herd immunity adalah dengan vaksiknasi, dibandingkan dengan membiarkan masyarakat mendapatkan kekebalan natural.

 

Karena dengan membiarkan banyak orang terpapar penyakit, artinya harus disiapkan fasilitas kesehatan yang daya tampungnya luar biasa. Belum lagi bicara tenaga medis yang terbatas, peralatan medis dan sebagainya. Intinya selama belum ada vaksin, herd immunity sangat berisiko dan berbahaya.

 

Selain itu belum dapat dipastikan juga mengapa pada beberapa orang terjadi gejala berat dan sebagian lagi mengalami gejala ringan. Maka dari itu, tetap lakukan kampanye di rumah saja, physical distancing dan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap sebelum menyentuh mata, hidung dan mulut.

 

Baca juga: Selain Masker, Inilah Alat Perlindungan untuk Mencegah Tertular Coronavirus

 

Referensi:

John Hopkins Bloomberg School of Public Helath. What is Herd Immunity and How Can We Achieve It With COVID-19?

Sciencealert.com. Here's Why Herd Immunity Won't Save Us From The COVID-19 Pandemic