Ruam atau luka pada kulit harus diatasi sesegera mungkin. Pasalnya, jika dibiarkan, ruam atau luka bisa menjadi "pintu masuk" bagi sejumlah bakteri dan kuman penyebab infeksi penyakit. Untuk mencegah risiko tersebut, menempelkan plester pada bagian yang terluka bisa menjadi solusi tepat.
Akan tetapi, pada beberapa kasus, anak-anak justru mengalami alergi terhadap lem perekat pada plester. Lantas, apa yang harus dilakukan ya Mums dalam kondisi seperti ini? Adakah cara lain yang bisa dilakukan untuk menutupi luka si Kecil? Yuk, cari tahu selengkapnya melalui ulasan berikut ini!
Baca juga: Tanda Alergi pada Kulit Anak
Karakteristik Kulit Bayi dan Anak-anak
Bayi dan anak-anak memiliki kondisi kulit yang lebih tipis serta lebih sensitif dibanding orang dewasa. Tak heran jika sedikit saja gesekan terjadi, kulit bayi dan anak-anak sangat mudah mengalami ruam atau bahkan terluka.
“Pada umumnya, kulit bayi lebih tipis dan sensitif daripada kulit orang dewasa. Hal ini membuat kulit bayi lebih rentan terhadap trauma dan iritasi. Seperti misalnya, gangguan kulit yang paling sering terjadi pada bayi adalah ruam popok, yaitu kondisi di mana bayi usia 0-24 bulan mengalami iritasi berupa ruam kemerahan mengilap, yang muncul di area kulit yang tertutup popok. Selain itu, iritasi juga dapat terjadi karena adanya gesekan pada kulit anak usia 3-18 tahun," jelas Ns. Novardian, M.Kep., Sp.Kep.A., Praktisi Keperawatan Perinatologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, seperti dikutip dari Siaran Pers 3M yang diterima GueSehat bertajuk "Teknologi dan Inovasi 3M untuk Membantu Melindungi dan Merawat Kulit si Kecil".
Alergi dengan Plester, Harus Apa?
Untuk anak-anak di atas 1 tahun, penggunaan plester penutup luka bisa menjadi solusi yang tepat untuk menghindarkan risiko terkena infeksi. Namun, dalam beberapa kasus, anak-anak justru ada yang mengalami alergi terhadap plester.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa alergi terhadap plester sebenarnya dipicu oleh kandungan bahan perekat yang digunakan, seperti akrilat dan metakrilat. Jenis alergi yang umum muncul akibat penggunakan plester adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Kedua kondisi ini memiliki gejala yang mirip, meski sebenarnya berbeda.
Gejala umum dari kedua jenis dermatitis kontak ini di antaranya:
- Kemerahan
- Ruam
- Gatal-gatal
- Kulit pecah-pecah dan bersisik
- Lecet atau bahkan mengeluarkan cairan
- Pengerasan kulit di atas ruam atau lepuhan
Pada kondisi dermatitis kontak alergi, gejala yang muncul bisa lebih parah. Hal ini disebabkan oleh reaksi kekebalan tubuh terhadap alergen. Sementara, dermatitis kontak iritan terjadi ketika kulit bersentuhan dengan bahan beracun atau mengiritasi. Bahkan, bisa disebabkan oleh penggunaan plester. Gejala dermatitis kontak alergi dapat bertambah parah pada setiap paparan, sedangkan gejala dermatitis kontak iritan intensitasnya akan sama setiap waktu.
Baca juga: Kenali dan Kendalikan Alergi Susu Sapi pada Anak
Mengobati Alergi Terhadap Plester
Dalam kebanyakan kondisi, reaksi alergi akan mulai hilang setelah plester dilepas. Kendati demikian, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu meredakan rasa gatal dan membuat ruam lebih cepat hilang, seperti:
- Menggunakan krim atau losion anti gatal.
- Minum obat antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
- Jaga agar area alergi tetap lembap.
- Hindari menggaruk ruam karena dapat menyebabkan luka dan meningkatkan risiko infeksi.
- Gunakan kompres dingin pada area yang gatal.
Plester umumnya digunakan untuk menutupi luka dan mengurangi risiko infeksi. Akan tetapi, beberapa anak mungkin mengalami alergi terhadap kandungan bahan perekat pada plester. Untuk mengatasi rasa gatal dan ruam yang timbul akibat plester tersebut, cobalah lakukan beberapa hal yang telah disebutkan ya, Mums! (AS)
Baca juga: Biang Keringat dan Alergi pada Bayi Tak Sama, Lho!
Referensi
Press Release 3M. "Teknologi dan Inovasi 3M untuk Membantu Melindungi dan Merawat Kulit si Kecil".
Healthline. "Can You Be Allergic to Band-Aids and Other Adhesive Bandages?".
