Halo, Mums. Hari ini usia anak saya yang kedua sudah seminggu alias 7 hari. Selama itu, ia baru dijemur sekali, karena kondisi di daerah rumah saya selalu hujan. Alhasil, badan anak saya pun mulai menguning. Menurut yang saya baca, salah satu penyakit yang bisa dialami oleh bayi baru lahir adalah penyakit kuning atau disebut juga dengan jaundice.

 

Penyakit ini disebabkan oleh fungsi hati yang belum sempurna dalam menjalankan tugasnya sebagai penghancur sel darah merah. Kondisi tersebut menyebabkan pembentukan bilirubin, sehingga merubah warna kulit menjadi kekuningan.

 

Biasanya kadar bilirubin akan hilang setelah memasuki minggu kedua dan ketiga. Namun, penyakit kuning juga dapat berbahaya di minggu kedua dan ketiga jika tidak kunjung hilang. Penyakit kuning muncul pada 24 jam pertama kelahiran atau muncul pada hari ke-3. Si Kecil jadi tidak mau menyusu dan warna urine cokelat pekat seperti teh.

Baca juga: Gejala dan Penanganan Eksem pada Bayi

 

Beruntungnya, si Kecil selalu mendapatkan ASI yang cukup dan masih mau menyusu di saat kondisi cuaca yang sedang hujan begini. Padahal pas kemarin saya cek, daerah sekitar mata dan mulut bagian dalamnya sedikit menguning. Justru yang saya khawatirkan adalah jika kadar bilirubinnya tinggi.

 

Biasanya jika kadar bilirubin sudah tinggi, dokter akan menyarankan anak untuk dirawat di rumah sakit untuk disinar dengan sinar UV di dalam sebuah boks bayi. Tapi kalau masih dalam batas normal, seharusnya bayi hanya cukup dijemur di bawah sinar matahari setiap pagi pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.00. Cara tersebut sangat efektif dalam menurunkan kadar bilirubin. 

 

Untuk mengetahui secara pasti berapa kadar bilirubin yang diderita bayi, kita tidak bisa mengecek sendiri, ya. Ini harus melalui pemeriksaan dokter, apakah kadar bilirubinnya tinggi atau tidak. Nah, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana bila bayi mengalami penyakit kuning di saat cuaca mendung atau musim hujan seperti di kota saya sekarang ini? Menurut beberapa artikel yang saya baca, ada beberapa alternatif terapi untuk bayi kuning, seperti:

 

1. Terapi Sinar

Terapi sinar biasanya dilakukan selama 24 jam atau sampai kadar bilirubin dalam darah kembali normal. Sinar yang digunakan pada proses terapi ini biasanya menggunakan sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu tersebut disusun sebanyak 12 buah secara pararel.

 

Di bagian bawah lampu, dipasang sebuah kaca yang berfungsi untuk meningkatkan energi sinar sehingga lebih efektif. Pada saat proses terapi sinar berlangsung, biasanya sinar yang berasal dari lampu diarahkan pada tubuh bayi, dengan seluruh pakaiannya dilepas kecuali bagian mata dan alat kelamin.

 

Posisi bayi pun diubah telentang lalu tengkurap, agar penyinarannya berlangsung secara merata. Terapi ini biasanya didapatkan atas saran dokter anak, untuk disinar di rumah sakit. Ini membutuhkan waktu, bahkan bisa berhari-hari, apabila kadar bilirubinnya tinggi.

 

2. Terapi Transfusi

Kalau terapi transfusi ini saya baru tahu, ya. Jika dalam 2 hari kadar bilirubin si Kecil tetap meningkat, maka harus dilakukan terapi transfusi darah. Pasalnya, dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menyebabkan kerusakan sel saraf otak, yang menyebabkan gangguan motorik dan bicara.

Baca juga: Waspada, 8 Hal Ini Mengakibatkan Diare pada Bayi!

 

 

Oleh karena itu, darah bayi yang sudah teracuni bilirubin akan dibuang dan ditukar dengan darah yang baru. Namun, efek sampingnya yaitu darah yang masuk ke dalam tubuh bayi bisa menularkan kuman penyakit. Terapi ini menurut saya sedikit berisiko, apalagi Kita tidak bisa memastikan apakah darah yang masuk itu sudah steril atau belum. Bahkan, darah belum tentu bisa cocok di tubuh bayi yang masih sangat kecil, yang usianya baru hitungan hari.

 

3. Terapi Obat-obatan

Selain itu, pengikatan bilirubin di sel hati bisa dengan menggunakan obat, contohnya obat phenobarbital dan luminal. Bisa juga dengan menggunakan obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin. Namun, efek samping dari obat biasanya bayi jadi sering mengantuk, sehingga konsumsi ASI pun semakin berkurang. Dikhawatirkan kadar gula dalam darahnya berkurang dan memicu peningkatan bilirubin.

 

Bila Mums ingin memberikan obat tradisional penyakit kuning pada bayi baru lahir, pilihlah obat tradisional yang paling aman. Namun karena bayi masih terlalu kecil, lebih baik berhati-hati dalam pemberian obat. Kalau bisa masih dalam pengawasan dokter, karena bayi sampai usia 6 bulan hanya boleh mengonsumsi ASI eksklusif.

 

4. Terapi Menyusui

Menurut saya, ini terapi yang paling mudah dan tidak mengandung risiko yang berlebihan. Terapi menyusui dilakukan agar bilirubin pecah melalui urine dan feses. Jadi, bayi harus mendapatkan asupan ASI yang cukup, karena terdapat kandungan zat-zat terbaik untuk memperlancar buang air besar dan buang air kecilnya.

 

Sebenarnya terapi untuk bayi kuning bisa juga dilakukan di rumah dengan menggunakan lampu TL sinar biru. Hanya saja, kita harus tahu benar bagaimana cara menyinarinya. Jadi untuk sekarang ini, saya hanya menggunakan terapi menyusui saja. Sebab, menurut saya kadar bilirubin bayi belum terlalu tinggi, dan ini bisa dilihat dari bagian putih matanya.

 

Puji Tuhan, semenjak dikasis ASI secara rutin, bayi saya sering buang air besar dan fesesnya berwarna kuning pekat. Kulit bayi pun tidak terlalu kuning seperti sebelumnya. Saya juga terkadang menjemur bayi di atas jam 10, karena baru muncul sinar mataharinya jam segitu.

 

Meskipun matahari di atas jam 10 tidak terlalu bagus buat kulit kita apalagi kulit bayi, menjemurnya jangan terlalu lama. Jangan pula menjemur di tempat yang terlalu panas, cukup disinari secukupnya saja sesuai perasaan kita. 

Baca juga: Bayi Juga Bisa Mengalami Katarak selayaknya Anak Kedua Asri Welas