Mengkonsumsi makanan olahan bahkan ultra-olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2, menurut sebuah studi baru yang dilakukan di Perancis. Mungkin Kamu sudah sering mendengar makanan olahan, yakni makanan yang sudah diolah dan ditambahkan bahan-bahan tambahan termasuk gula dan garam.

 

Nah makanan ultra-olahan adalah kategori makanan olahan yang sudah mengalami rantai pengolahan makanan yang panjang. Contoh makanan ultra-olahan, misalnya keripik dan sosis. Makanan ultra-olahan ini biasanya tinggi kalori dan kandungan gizinya sudah jauh berkurang.

 

Penelitian-penelitian sebelumnya  sudah menemukan bahwa diet tinggi makanan ini terkait dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, obesitas, dan kanker tertentu.

 

Baca juga: Apakah Makanan Kaleng Sehat? Ini Jawabannya!

 

Makanan Olahan Meningkatkan Risiko Diabetes

Dalam penelitian terbaru yang dilakukan di Perancis, ada lebih dari 104.000 orang dewasa yang tidak memiliki diabetes tipe 2 yang dilibatkan. Rata-rata usia peserta 43 tahun dan dan mayoritas (79%) adalah wanita.

 

Setiap peserta diminta mencatat diet mereka sehari-hari dalam 24 jam, dan rata-rata menuliskan enam jenis makanan. Makanan yang mereka konsumsi sehari-hari ini kemudian dipilah berdasarkan cara pengolahannya.

 

Hasilnya, 17% peserta ditemukan menjalani diet tinggi makanan ultra-olahan. Mereka yang mengkonsumsi lebih banyak makanan jenis ini cenderung memiliki asupan kalori yang lebih tinggi, lebih tidak aktif, dan lebih mungkin mengalami obesitas.

 

Pada akhir periode penelitian selama enam tahun, 821 orang didiagnosis menderita diabetes tipe 2. Risiko terkena diabetes tipe 2 naik 5% untuk setiap tambahan 100 gram makanan olahan yang dikonsumsi per hari.

 

Peneliti Mathilde Touvier mengatakan, makanan ultra-olahan memiliki karakteristik merangsang keinginan untuk selalu makan lagi dan lagi sehingga akhirnya Kamu makan berlebihan.  Karena kenyang, Kamu tidak akan berminat lagi mengonsumsi makanan sehat seperti biji-bijian, buah-buahan dan sayuran. 

 

Ada banyak faktor, menurut peneliti, yang membuat kita lebih sering mengonsumsi makanan ultra-olahan, antara lain mudah didapatkan, harga terjangkau, ukuran porsi besar, dan promosi yang menggiurkan.

 

Baca juga: Benarkah Daging Olahan Menyebabkan Kanker Payudara?

 

Perbedaan Makanan Olahan dan Ultra-olahan 

Makanan dibedakan menjadi makanan alami (unprocessed food), makanan olahan, dan ultra-olahan. Makanan alami atau setengah alami adalah makanan yang tidak diolah atau hanya diproses secara minimal dari asalnya, sehingga vitamin dan nutrisinya masih utuh.

 

Misalnya hanya dengan menghilangkan bagian yang tidak bisa dimakan, mengeringkan, menghancurkan, memanggang, merebus, membekukan, atau pasteurisasi, sehingga membuatnya dapat disimpan dan aman untuk dikonsumsi.

 

Pemrosesan makanan mengubah makanan dari keadaan aslinya. Makanan olahan pada dasarnya dibuat dengan menambahkan garam, minyak, gula, atau zat lain. Contohnya termasuk ikan kaleng atau sayuran kaleng, buah-buahan dalam sirup, dan roti . Sebagian besar makanan olahan memiliki dua atau tiga bahan tambahan lain.

 

Beberapa makanan olahan ada yang diproses sangat intensif (sangat diproses atau ultra-olahan). Biasanya akan lebih banyak bahan tambahan seperti gula, garam, lemak, dan pewarna buatan atau pengawet.

 

Makanan ultra-olahan sebagian besar terbuat dari zat yang diekstraksi dari makanan, seperti lemak, tepung, gula tambahan, dan lemak terhidrogenasi. Mereka juga mungkin mengandung aditif seperti pewarna buatan, perasa atau stabilisator. Contoh makanan ini adalah makanan beku, minuman ringan, sosis, makanan cepat saji, kue kering, kue, dan makanan ringan asin.

 

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan The British Medical Journal, makanan ultra-olahan adalah sumber utama (hampir 58%) dari kalori yang dimakan di Amerika Serikat, dan menyumbang hampir 90% dari energi yang kita dapatkan dari gula tambahan.

 

Berikut ini adalah contoh makanan alami, olahan, dan ultra-olahan:

 

Alami/pengolahan minimal

Makanan olahan

Makanan ultra-olahan

Jagung

Jagung kaleng

Keripik jagung

Apel

Jus Apel

Pie apel

Wortel

Jus Apel

Kek wortel

Kentang

Kentang panggang

Keripik kentang

Gandum

Tepung terigu

Kukis

 

“Untuk mengidentifikasi produk ultra-olahan, periksa daftar bahan di kemasan. Jika Kamu melihat daftar bahan yang sangat panjang dengan banyak nama yang terdengar kimia, itu mungkin indikasi yang baik bahwa itu adalah makanan yang sangat diproses," saran peneliti.

 

 Baca juga: Ini Dia Pentingnya Membaca Label Pangan Olahan!

 

 

Referensi:

Diabetes..co.uk. Ultra processed food linked to increased type 2 diabetes risk.

Health.harvard.edu. What are ultra-processed foods and are they bad for our health?