Sunat umumnya dilakukan pada bayi atau anak-anak usia 5-12 tahun. Mengingat manfaatnya untuk kebersihan dan kesehatan, saat ini sunat pada pria dewasa pun mulai banyak dilakukan.

 

Sejumlah metode mulai dari konvensional, laser atau electric couter, dan klamp bisa menjadi prosedur pilihan ketika seseorang ingin dikhitan. Pada pria dewasa, prosedur apakah yang paling dianjurkan?

 

Baca juga: 8 Fakta Menarik Seputar Sunat

 

Metode Sunat Pria Dewasa

Saat ini prosedur sunat pada pria dewasa bisa menggunakan bedah konvensional, laser, maupun klamp. Prof. Andi Asadul Islam, Ketua PP Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI), dalam webinar yang digagas oleh Forum Jurnalis Online, Kamis (8/3) menjelaskan, "Dulu awalnya sunat dilakukan dengan cara konvensional. Didahului anestesi, terus kulup dipotong sedikit dari atas dulu bagian kanan, melingkar ke kanan, lalu melingkar ke kiri baru dijahit. Dengan pemotongan tersebut banyak risiko yang bisa dihadapi saat khitan seperti perdarahan dan infeksi yang cukup tinggi karena adanya luka terbuka," terang Prof. Andi.


Pada metode laser, digunakan semacam lempeng besi tipis yang dipanaskan dengan listrik. Prinsipnya, sama seperti solder. Ketika ujung lempeng menyala proses pemotongan pun dilakukan.

 

Sedangkan pada metode klamp, prosedur dilakukan tanpa jahitan dan menggunakan semacam alat penjepit. Namun penggunaan klamp untuk pria dewasa, memiliki keterbatasan karena ukuran klamp maksimal berdiameter 3,4 cm.

 

Keputusan penggunaan metode khitan kembali lagi pada pasien. “Risiko perdarahan saat khitan, tergantung ukuran penis. Sebab, makin besar ukuran penis, makin besar juga pembuluh darah sehingga risiko perdarahan makin besar,” jelas Prof. Andi.

 

Baca juga: Prosedur Sunat Menggunakan Klem

 

Apakah Sunat Berdampak Pada Kepuasan Seksual?

Praktisi kesehatan seksual dr. Boyke Dian Nugraha SpOG MARS menjelaskan sejumlah dampak positif sunat, khususnya sunat bagi orang dewasa. Di antaranya adalah mengurangi risiko tertular penyakit menular untuk pasangannya. “Hal ini karena sunat terbukti membuat penis lebih bersih dan sehat,” jelasnya.

 

Penelitian menunjukkan, penularan seperti infeksi HPV atau Human Papillomavirus dan bahkan HIV bisa diturunkan. Penelitian di 3 negara Afrika, menurut dr. Boyke, menunjukkan kejadian HIV/AIDS lebih rendah 50-70% pada pria yang disunat dibandingkan yang tidak disunat.

 

Selain HIV dan HPV, penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore, klamidia, serta infeksi saluran kemih (ISK) juga bisa dicegah. Hal ini karena spegma yang tersembunyi di kulup (kulit kepala penis) yang tidak bersih berpotensi menjadi sarang virus dan bakteri. HPV adalah penyebab utama kanker serviks dan kanker rongga mulut dan tenggorokan, yang diduga ditularkan melalui seks oral.

 

Meskipun terbukti bermanfaat untuk kesehatan, menurut Boyke, tidak ada perbedaan signifikan dalam hal performa seksual pada pria yang disunat dengan yang tidak disunat. “Hanya mungkin secara estetika bentuknya menjadi lebih bagus pada penis pria yang disunat, tetapi tidak ada pengaruhnya pada kepuasan seksual,” jelas dr. Boyke.

 

Namun, seorang wanita yang dihadirkan dalam acara ini, mengaku sebelumnya pernah menikah dengan pria yang telah disunat. Sedangkan saat ini suaminya belum disunat. “Saya merasakan ada perbedaan antara suami yang telah disunat dan belum disunat, agak kerepotan untuk kebersihan dan merasa kurang nyaman saat berhubungan. Jadi kami memutuskan suami juga harus disunat agar pernikahan kami bahagia,” pungkasnya.

 

Baca juga: Proses Pemulihan Pasca Sunat Pada Laki-Laki