Bagi banyak orang tua, berteriak atau memerintah si Kecil dengan suara keras adalah satu-satunya cara yang ampuh untuk membuat anak mendengarkan orang tuanya. Tapi, apa Mums yakin membentak adalah cara yang benar-benar efektif? Atau  jangan-jangan, justru berteriak yang membuat anak berperilaku buruk?

 

Berteriak adalah Kekerasan pada Anak

Mums, pernahkah tersinggung saat seseorang membentak Mums? Atau, Mums dan Dads menjadi bertengkar karena tak suka dengan volume suara tinggi yang diucapkan ketika berbicara? Ketika bentakan itu telanjur terjadi, tentu ada perasaan negatif tertinggal di hati, yang membuat Mums ingin menghindar dari orang yang membentak agar tidak dibentak lagi.

 

Ya, seperti itulah yang si Kecil rasakan ketika ia dibentak atau dimarahi dengan suara keras oleh orang tuanya. Bedanya, si Kecil tidak bisa langsung mengungkapkan kemarahan dan kekesalannya ketika ia dibentak oleh orang tuanya. Namun, di situ bahayanya, kemarahan dan sakit hati yang anak rasakan kian menumpuk jika bentakan dan teriakan sering ia dengar. 

 

Tak heran, para peneliti mengatakan bahwa membentak dan berteriak pada anak merupakan salah satu bentuk kekerasan emosional pada anak. Dan anak-anak dengan orang tua yang secara konsisten berbicara dengan volume tinggi atau menggabungkan bentakan dengan penghinaan, kritik, atau cemoohan, dapat membuat anak depresi, tidak percaya diri, atau malah berperilaku lebih agresif.

 

Bahkan yang lebih ironisnya lagi, para peneliti mengatakan dengan jelas, bahwa kekerasan emosional pada anak berdampak lebih buruk ketimbang kekerasan fisik. Walau perlu diluruskan di sini, tidak ada bentuk kekerasan apa pun yang lebih baik. Kekerasan tetaplah kekerasan bagaimanapun bentuknya.

 

Baca juga:  Waspadai Kekerasan Seksual pada Anak

 

 

Dampak Membentak Anak

Tajamnya kata sama sakitnya ketika kulit dihantam dengan pukulan. Kekerasan emosional yang diterima anak akan sama menyakitkannya seperti kekerasan fisik dan efeknya dapat bertahan seumur hidup.

 

Lalu, dampak apa orang tua tinggalkan ketika membentak anak. Di bawah ini adalah beberapa di antaranya:

 

1. Perilaku anak tidak akan membaik

 

Ketika si Kecil berperilaku tidak baik di tempat umum, atau ketika ia melakukan kesalahan, bentakan biasanya dianggap menjadi solusi untuk mendisiplinkan anak. Namun tunggu dulu. Nyatanya ada harga mahal di balik bentakan yang orang tua berikan pada sang anak.

 

"Membentak tidak akan bisa mengurangi atau memperbaiki masalah perilaku anak. Sebaliknya, orang tua justru membuatnya lebih buruk jika mendisiplinkan anak-anak mereka dengan bentakan. Masa perkembangan seorang anak adalah masa yang sangat sensitif karena ia sedang mengembangkan identitasnya. Ketika orang tua membentak, itu malah merusak citra diri anak, membuat anak merasa ia mampu, tidak berharga, dan tidak berguna, “papar Ming-Te Wang, salah satu peneliti yang terlibat dalam penelitian Child Development tentang kekerasan anak dalam bentuk bentakan.

 

2. Merusak anak secara emosional

Membentak si Kecil tidak hanya memicu perilaku buruk, namun juga merusak anak secara emosional. Penelitian menunjukkan bahwa, gejala depresi yang ditimbulkan seorang anak di usia remaja, berawal dari kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh orang tuanya di masa kecil. Hal tersebut lalu bisa mengantarkan anak pada gangguan kesehatan mental seperti gelisah, depresi, dan fobia. Juga, membuat anak sulit mengatur emosi saat ia dewasa nanti.

 

Baca juga: Inilah 10 Negara yang Paling Bahagia dan Paling Tidak Bahagia di Dunia!

 

Tidak hanya sampai di situ, dampak membentak anak juga bisa mengakibatkan beberapa hal berikut ini:

 

3. Si Kecil mengembangkan kebiasaan yang tidak sehat atau kurang baik sebagai strategi untuk menghilangkan rasa takutnya. Contoh: mengisap jari, menggigit kuku/bibir, menggoyangkan kaki, menyakiti diri sendiri.

4. Tidak mampu atau kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

5. Berperilaku merusak, agresif, atau antisosial.

6. Mengalami gangguan pertumbuhan.

7. Mengalami gangguan tidur atau makan.

8. Kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya.

9. Mengalami gangguan belajar atau bicara.

10. Mengalami gangguan fisik atau masalah kesehatan.

11. Memiliki perilaku yang terlalu adaptif. Bisa saja ia menjadi sangat patuh atau justru defensif.

12. Merasa rendah diri.

 

Jadi, masih menganggap bentakan dan suara keras adalah hal yang biasa? Sebelum terlambat, yuk mulai berubah, Mums!

 

Baca juga: Apa Itu Cyber Bullying?

 

Sumber: 

New York Times. Scream at Your Own Risk (and Your Children's).

Kids Help Line. Understanding Child Emotional Abuse.

American College of Pediatrics. Yelling Hurts Your Kids.