Jika dulu banyak yang bilang bahwa menjadi orang tua itu susah karena tidak ada buku petunjuknya, rasanya hal itu sekarang tak lagi berlaku. Pasalnya, sudah begitu banyak ilmu pengasuhan anak yang disampaikan oleh para ahli sebagai panduan agar bisa menjadi orang tua terbaik bagi si Kecil. Apalagi di era serba cepat seperti saat ini, Mums dan Dads bisa mengakses informasi dari ujung jari melalui smartphone.

 

Menjadi orang tua yang terbaik bagi si Kecil tentunya dibutuhkan kerja sama antara Mums dan Dads. Untuk itu, Mums maupun Dads perlu mengetahui karakter masing-masing terlebih dahulu dan mempelajari bahasa cinta yang sesuai bagi satu sama lain.

 

Baca juga: Waspada Munculnya Kejenuhan Dalam Pernikahan

 

 

Bahasa Cinta dan Kepribadian 

Bahasa cinta tentu disesuaikan dengan karakter masing-masing orang. Pada dasarnya, ada 3 jenis kepribadian, yaitu:

 

1. Auditori

Seseorang yang sangat suka berbicara dan mudah untuk mengutarakan perasaannya dalam bentuk verbal. Dalam hubungan suami-istri, seseorang berkarakter auditori cenderung akan mudah mengomel jika menemukan ketidaksesuaian dari pasangan atau kondisi sekitarnya. Namun, juga bisa menjadi pendengar yang baik untuk pasangannya.

 

2. Visual

Kepribadian ini menyukai keindahan dan senang memperhatikan detail. Pasangan seperti ini biasanya senang memakai pakaian berwarna senada saat bepergian. Sementara ketika terjadi konflik dengan pasangan, mereka hanya akan memberikan sinyal dari raut muka, bukan secara verbal.

 

3. Kinestetik

Orang dengan kepribadian ini gemar mengerjakan sesuatu untuk menyibukkan diri karena baginya menghadapi sesuatu secara langsung jauh lebih mudah. Dalam mengungkapkan emosi, mereka cenderung langsung beraksi, seperti memeluk, membelai, atau mencium.

 

Baca juga: 11 Ujian dalam Pernikahan yang Harus Dihadapi

 

Menurut psikolog sekaligus pakar hypnobreastfeeding, Fonda Kuswandi, bahasa cinta bisa diajarkan menggunakan pendekatan “I-message” saat ingin mengungkapkan suatu pendapat atau mencoba menyelesaikan masalah dengan pasangan. Contohnya, jika Dads tak kunjung membalas pesan singkat yang Mums kirimkan, cobalah konfirmasi hal tersebut dengan berkata, “Aku nungguin balasan chat dari kamu lho, Yah. Soalnya aku mau minta pendapat kamu soal itu.”

 

Cara tersebut nyatanya akan lebih efektif untuk menyampaikan apa yang kita pikirkan atau inginkan kepada orang lain, ketimbang menggunakan metode berbicara “U-message”. Contoh U-message adalah: “Kamu kok enggak bales chat aku, Yah? Kamu lagi ngapain, sih?” Cara kedua ini cenderung akan menimbulkan konflik karena objek bicara akan membalas pertanyaan tersebut untuk membela diri, bukan untuk didengarkan. Akhirnya, terciptalah pertengkaran.

 

Kesalahan Pola Asuh Karena Komunikasi yang Tidak Sejalan

Lalu, apa kaitannya mempelajari bahasa cinta dengan pola asuh si Kecil? Fonda menjelaskan ada 12 gaya populer pengasuhan yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dianggap sebagai bentuk pola asuh yang baik. Padahal, cara tersebut sebenarnya salah dan bisa berefek pada proses perkembangan mental anak. Nah, semua itu bisa bermula dari ketidaktahuan kita untuk berkomunikasi dengan pasangan.

 

Kesalahan pengasuhan anak yang dimaksud adalah:

1. Memerintah.

2. Menyalahkan.

3. Meremehkan.

4. Membandingkan.

5. Mencap atau melabeli.

6. Mengancam.

7. Menasihati.

8. Membohongi.

9. Menghibur.

10. Mengkritik.

11. Menyindir.

12. Menganalisis.

 

Nah, Mums dan Dads, sebaiknya menghindari ke-12 pola pengasuhan yang salah tadi. Mulai sekarang perbaiki kualitas berkomunikasi dengan pasangan dan buat perspektif baru tentang cara mendidik anak yang baik. 

 

 Baca juga: 11 Kebiasaan Buruk yang Melenyapkan Gairah Seks dalam Pernikahan