Puasa sebagai ibadah yang mulia dan menyehatkan memang boleh saja dilakukan oleh wanita dalam kondisi hamil dan menyusui. Namun ingat, kondisi tubuh Mums harus dipastikan sehat karena janin sedang berkembang di dalam rahim serta bayi masih tergantung pada setiap tetesan ASI Mums. Lalu, kapan ya bumil dan busui harus segera membatalkan puasanya? Terus scroll down untuk penjelasan lengkapnya!

 

Keunggulan Puasa dari Kacamata Medis

Berpuasa telah banyak diteliti oleh para pakar kesehatan. Dari segala sisi, menghentikan segala kegiatan makan dan minum selama beberapa belas jam nyatanya mendatangkan banyak manfaat, bahkan untuk mereka dengan penyakit penyerta yang membutuhkan asupan makanan serta obat secara teratur, seperti diabetes dan hipertensi.

 

Di tahun 1994, sebuah kongres kesehatan internasional bertajuk Health and Ramadan diselenggarakan di Casablanca, Maroko. Di situ, dipresentasikan 50 artikel penelitian tentang etika medis puasa dari seluruh dunia.

 

Kesimpulannya, berpuasa selama bulan Ramadan merupakan rekomendasi ideal untuk pengobatan penyakit ringan hingga sedang, seperti diabetes yang tidak tergantung insulin, hipertensi esensial, manajemen berat badan, dan penyakit saluran pencernaan lainnya.

 

Puasa juga merupakan pilihan yang baik untuk menurunkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol, serta menurunkan kadar lipid yang menjadi pemicu penyakit jantung, obesitas, dan diabetes tipe 2. Puasa baru dianggap berbahaya dan dilarang untuk dilakukan jika menderita penyakit parah, seperti diabetes tipe 1, penyakit arteri koroner, batu ginjal, dan lain-lain.

 

Sementara untuk ibu hamil, puasa terbukti menurunkan risiko diabetes gestasional dan kenaikan berat badan yang berlebihan. Hal itu terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Hawler Maternity Teaching Hospital, di kota Erbil, Irak, pada tahun 2018. Partisipan penelitian terdiri dari 301 ibu hamil trimester dua, dengan perbandingan 155 berpuasa dan 146 sisanya tidak.

 

Baca juga: Bumil, Jangan Suka Marah-marah, Ya!

 

Puasa di bulan suci juga terbukti tidak memengaruhi berat badan bayi saat lahir, beserta tinggi badan dan lingkar kepalanya. Selain itu, pada wanita sehat dengan nutrisi yang tepat, puasa tidak mendatangkan efek yang buruk pada pertumbuhan janin maupun waktu kelahirannya. Kuncinya adalah puasa paling baik dilakukan ketika Mums sudah memasuki trimester kedua kehamilan.

 

Bagaimana dengan ibu menyusui? Saat berpuasa, tubuh akan beradaptasi dengan perubahan pola makan Mums secara lebih efisien, menggunakan kalori untuk mempertahankan produksi ASI.

 

Penelitian pada ibu menyusui yang berpuasa menunjukkan bahwa memang terjadi sedikit perubahan dalam jumlah ASI yang diproduksi dan komposisi nutrisi mikro di dalamnya, seperti seng, magnesium, dan kalium. Namun, perubahan ini tidak mengubah komposisi nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak) di dalam ASI. Ditambah lagi, perubahan ini hanya ditemukan pada ibu menyusui yang berpuasa lebih dari 24 jam.

 

Artinya, berat dan pertumbuhan si Kecil kemungkinan besar tidak akan berdampak selama Mums tetap rutin menyusui. Tubuh akan mengolah cadangan lemak menjadi ASI, sehingga si Kecil tetap mendapatkan asupan lemak untuk pertumbuhannya. Namun ingat, utamakan berpuasa ketika si Kecil sudah berusia lebih dari 6 bulan dan mulai makanan padat, serta pertambahan berat badannya normal.

 

Baca juga: Cerita Para Bumil yang Mencoba Berpuasa

 

 

Segera Batalkan Puasa Jika…

Walau begitu, perlu tetap disadari bahwa Mums berada dalam kondisi yang berbeda, yakni sedang hamil dan menyusui. Jadi, berpuasa bisa saja menimbulkan efek yang berbeda dibandingkan ketika tubuh dalam kondisi normal.

 

Berdasarkan penjelasan dr. Bambang Triono Cahyadi, SpOG, M.Kes., pada Kelas Online di aplikasi Teman Bumil beberapa waktu lalu, dijelaskan beberapa kondisi yang mengindikasikan Mums harus segera membatalkan puasa, yaitu:

  1. Jika mengalami kondisi pusing dan lemas, mual dan muntah, penurunan berat badan, gerakan janin berkurang, gangguan kehamilan, dan menderita penyakit yang sudah ada sebelum berpuasa.
  2. Wajar saja jika Mums mengalami keroncongan selama berpuasa. Namun jika merasa lemas, pusing, keringat dingin, atau jarang berkemih, sebaiknya segera dibatalkan karena hal tersebut merupakan tanda dan gejala dehidrasi serta hipoglikemia (kadar gula dalam darah berada di bawah batas normal).

 

Sedangkan untuk busui, jangan sampai lengah untuk memperhatikan beberapa tanda penting yang menunjukkan bahwa asupan nutrisi si Kecil tidak memadai jika Mums memutuskan untuk berpuasa, yaitu:

  • Berat badan turun.
  • Frekuensi berkemih berkurang.
  • Tinja berwarna kehijauan.
  • Menangis terus-menerus.

 

Jangan lupa, perhatikan kondisi Mums ketika mencoba berpuasa saat menyusui. Ingat, tubuh Mums bekerja keras untuk memproduksi ASI sekaligus berpuasa. Awasi tanda-tanda dehidrasi yang mungkin terjadi, seperti:

  • Merasa sangat haus.
  • Urine berwarna gelap dan berbau tidak wajar.
  • Terasa sangat pusing hingga seperti akan pingsan.
  • Merasa sangat mengantuk walaupun tidur cukup.
  • Sakit kepala. (AS)

 

Baca juga: Tips Berpuasa dari Para Busui

 

Referensi

BMC Pregnancy and Childbirth. Ramadan Fasting in the Second Trimester of Pregnancy.

NCBI. The Effect of Ramadan Fasting on Outcome of Pregnancy.

Breastfeeding Support. Breastfeeding During Ramadan.

Daily Star. Breastfeeding During Ramadan.