Bulan Ramadan sudah di depan mata. Kedatangan bulan suci ini dirayakan dengan suka cita oleh semua umat Muslim. Tapi, para ibu hamil biasanya jadi galau nih, memasuki bulan ini, karena ingin ikut merasakan nikmatnya beribadah puasa namun khawatir dengan kondisi kehamilannya. Apakah Mums salah satunya? Yuk, simak puasa dari kacamata medis dalam kondisi kehamilan. Serta, cerita para Mums yang mencoba berpuasa di fase kehamilan.

 

Puasa dari Segi Medis di Masa Kehamilan

Dilema untuk berpuasa di kala hamil dan menyusui memang bagaikan pertanyaan yang tak pernah usai. Pasalnya, puasa merupakan ibadah yang justru menyehatkan, bukan menyakitkan. Namun harus diakui, puasa juga ibadah yang mudah bagi seorang wanita yang sedang mengandung.

 

Secara aturan agama, ibu hamil mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa. Wanita yang sedang hamil di bulan Ramadan, diperbolehkan mengganti ibadah puasanya dengan membayar fidyah (memberikan uang pada fakir miskin sesuai biaya makannya sehari-hari) dan berpuasa di bulan lain ketika kondisi badannya lebih fit dan sehat.

 

Dari segi medis, juga telah dilakukan penelitian untuk meneliti kaitan antara puasa dan kehamilan. Dari 375 catatan dan 22 studi yang mengikutkan 18.920 ibu hamil yang berpuasa, didapatkan hasil yang positif. Ibu hamil yang tidak makan dan minum selama beberapa belas jam, nyatanya tidak memengaruhi berat badan lahir bayi, panjang badan bayi, dan lingkar kepala bayi. Selain itu, pada wanita sehat dengan nutrisi yang tepat, puasa Ramadan tidak mendatangkan efek yang buruk pada pertumbuhan intrauterin (janin) dan indeks bayi saat kelahiran.

 

Baca juga: Cara Mengurangi Kebiasaan Menyentuh Wajah

 

Agar bisa lancar berpuasa selama hamil, Mums perlu melakukan beberapa hal berikut ini:

  1. Berpuasa saat kehamilan berusia 13-26 minggu atau trimester kedua. Mums tidak disarankan untuk berpuasa jika masih berada di fase awal kehamilan atau sudah memasuki trimester ketiga. Faktanya, risiko berat lahir rendah menjadi 1,5 kali lebih besar pada ibu yang berpuasa di trimester pertama dibandingkan dengan yang tidak berpuasa.
  2. Penuhi asupan cairan di saat berbuka, di antara waktu berbuka dan sahur, serta saat sahur. Jumlah asupan cairan yang direkomendasikan adalah 2 liter/hari.
  3. Berbuka puasa dengan makanan tinggi protein dan serat, serta asupan gula yang baik seperti kurma.
  4. Segera berbuka ketika merasa sangat lemas.
  5. Hindari aktivitas yang terlalu menguras energi saat berpuasa.
  6. Cukupi tidur di malam hari dan sempatkan tidur siang.

 

Selain melakukan tips di atas, segeralah hubungi dokter dan berbuka puasa jika mengalami kondisi sebagai berikut:

  1. Berat badan tidak bertambah atau malah turun berat badan.
  2. Merasa sangat haus dibanding biasanya, frekuensi berkemih sangat berkurang, serta warna urine menjadi pekat dan gelap. Ini semua merupakan tanda dehidrasi yang berisiko infeksi saluran kemih atau komplikasi lainnya.
  3. Sakit kepala atau demam.
  4. Mual atau muntah.
  5. Gerakan janin berkurang dan tidak seaktif biasanya.
  6. Merasakan kram perut seperti kontraksi, yang ditakutkan merupakan tanda persalinan prematur.
  7. Merasa pusing, pingsan, lemah, bingung, atau lelah, bahkan setelah Mums beristirahat dengan baik. Segeralah berbuka puasa dan minum air yang mengandung garam dan gula, atau larutan rehidrasi oral.

 

Baca juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Balita Juga Bisa Bau Mulut!

 

 

Cerita Para Bumil yang Berpuasa

Setelah mengetahui teorinya, keputusan untuk memilih berpuasa atau tidak berpuasa, tentunya dikembalikan lagi ke individu masing-masing. Seperti beberapa cerita yang terangkum di sini:

“Rasanya sayang banget melewatkan bulan suci tanpa berpuasa. Untungnya, di Ramadan tahun lalu kehamilan saya memasuki trimester dua dan enggak ada keluhan apa-apa. Setelah dapat lampu hijau dari dokter, saya beraniin puasa. Dari 29 hari puasa, lumayan lah, saya dapat setengahnya. Saya memilih untuk puasa selang-seling karena takut berat badan janin saya berkurang. Syukurlah enggak kenapa-kenapa. Saya sehat, bayi juga sehat.”

Fita, 23 tahun

 

“Waktu hamil anak kedua, saya beraniin buat puasa. Waktu itu keyakinan saya, saya bisa, saya kuat, Insya Allah anak saya bisa dan kuat juga. Eh beneran lho, saya enggak ngerasa apa-apa. Mual enggak ada, makan juga tetep lahap. Seperti orang biasa pada umumnya. Dari segi janinnya, anaknya sehat dan ga kurang apa pun.”

Nita, 36 tahun.

 

“Di kehamilan pertama saya dulu, saya mencoba berpuasa. Sayangnya, ga selancar harapan karena saya merasa gerakan janin berkurang. Waktu cek ke dokter, detak jantung janin ternyata lemah. Saat itu juga saya disuruh berbuka puasa oleh dokter. Saran saya buat bumil lainnya yang ingin mencoba berpuasa, pastiin kondisi diri sendiri dan janin baik. Dan, sebaiknya jangan di trimester akhir seperti yang saya lakukan dulu. Karena di fase ini pertumbuhan janin lagi pesat banget.”

Sari, 27 tahun

 

Bagaimana dengan Mums? Apakah kondisi hamil saat ini memungkinkan untuk berpuasa?

 

Baca juga: Bayi Terlalu Kurus, Apa yang Harus Mums Lakukan?

 

Sumber:

NCBI. The Effect of Ramadan Fasting on Outcome of Pregnancy.

NCBI. Ramadan Fasting Exerts Immunomodulatory Effects: Insights from a Systematic Review.

Khaleej Times. Should pregnant women fast during Ramadan?