Penyakit demam berdarah dengue atau DBD tetap akan menjadi masalah di Indonesia karena letak geografis wilayah negara kita sebagai negara tropis di katuliastiwa.

 

Tidak heran, nyaris setiap tahun, ditemukan kasus DBD di semua area, baik itu perkotaan maupun pedesaan hingga daerah terpencil. Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri Kementerian Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono dalam diskusi publik yang diselenggarakan Farid Nila Moeloek Society bekerja sama dengan Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines dengan tema “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue” di Jakarta, 17 Januari 2024.

 

Telan Biaya Tinggi, Perlu Upaya Efektif Kendalikan DBD

Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, memaparkan, tahun lalu terjadi peningkatan kasus DBD sehingga biaya pembiayaan pun meningkat. BPJS Kesehatan mengeluarkan dana mencapai 1.3 Triliun di tahun 2022 naik dari sebelumnya 626 M

 

“Untuk itu, kami sangat menyambut baik inisiatif diskusi publik ini, agar kita dapat bersama-sama mencari solusi efisiensi beban penyakit dengue, dan melihat bagaimana BPJS dapat berperan lebih jauh dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat Indonesia. BPJS Kesehatan juga tentu akan ikut serta mewujudkan aksi bersama menuju ‘nol kematian akibat dengue’ di tahun 2030,” jelasnya.

 

Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah peningkatan DBD, terutama mencegah fatality rate atau kasus yang berat dan menyebabkan kematian. Sebenarnya. bila terdiagnosis secara dini, case fatalty rate bisa ditekan.

 

Upaya-upaya inovatif menekan DBD antara lain dengan langkah promotif untuk mengedukasi masyarakat agar mengenali dengue. Tahun 1980-an, dilakukan upaya larvasida, kemudian fogging pada tahun 1990an, jumantik pada tahun 2000an, hingga kampanye 3M Plus dan vaksin dengue.

 

“Mudah-mudahan kita akan mendapatkan berbagai macam upaya lagi yang lebih advanced dan lebih baik dalam upaya mengatasi DBD pada masa yang akan datang,” harap Wamen.

 

Dalam RPJMN 2020-2024, sudah tertuang 6 strategi nasional pengendalian DBD yaitu manajemn vektor, surveilans, tatalaksana, partisipasi masyarakat, komitmen pemerintah, serta dan kajian dan inovasi.

“Kajian dan inovasi seperti pengembangan nyamuk Wolbachia dan vaksin dngue bisa menjadi harapan baru dalam strategi penangulangan dengue nasional. Semua regulasi diperlukan untuk evaluasi untuk penanggulangan dengue,” ujar Wamen.

 

Anak-anak adalah Kelompok Rentan

Perwakilan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, PhD, menekankan pentingnya proteksi yang lebih luas mengingat virus dengue dapat menyerang anak-anak hingga dewasa bahkan lansia.

 

 

“Siapa yang bisa kena DBD? Yang lebih rentan memang anak-anak dan angka kematian juga lebih banyak terjadi pada usia 5-14 thn. Tapi pada dewasa dengan komorbid seperti diabetes, hiprtensi, asma atau CPOD, dan penyakit ginjal juga berisiko mengalami DBD berat,” jelas Prof. Erni.

Menurut Erni, gejala DBD bisa tidak bergejala sehingga orang menjadi lengah. Misalnya, pada ibu hamil. Studi tahun 1980-an meneliti penyebab kematian ibu hamil yang tidak dapat dijelaskan dan peningkatkan kasus keguguran pada ibu hamil. Ternyata banyak yang berhubungan dengan infeksi dengue.

Vaksin dengue yang ada sekarang, lanjut Prof. Erni, bisa melidungi kita dari keempat serotipe virus dengue. “Vaksin dibuat dari virus dengue, sehingga risiko vaksin untuk menimbulkan gejala berat seperti yang terjadi ketika terjadi infeksi sekunder, sangat minimal,” lanjutnya.

 

Program Nasional Vaksin Dengue

Dijelaskan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, DR. dr. Maxi Rein Rondonuwu DHSM MARS, agar vaksin dengue bisa menjadi program naisonal, maka perlu dilakukan program introduksi yang minimal diimplementasikan di 4-5 kabupaten kota yang insidennya tinggi.

 

“Kita tahun lalu sudah melakukannya di Tabalong, Kalimantan Timur. Karena tahun ini Kemenkes sedang menjalankan program perluasan vaksin HPV, maka kemungkinan tahun depan baru kita mulai lagi program introduksi untuk vaksin Dengue,” jelas dr. Maxi.