Geng Sehat, bula Februari dan Maret kita memasuki·musim yang sedikit anomali. Sadar enggak Gengs, kalau kita masih sering diguyur hujan, bahkan bisa sepanjang malam hingga siang hari. Namun, dua tiga hari berturut-turun cuaca panas tidak ada hujan. Fenomena hujan-panas-hujan, ini ternyata tidak menguntungkan buat kita. Mengapa? Ini menciptakan lingkungan yang nyaman buat nyamuk Aedes aegypti untuk bersarang dan bertelur.

 

“Hujan, kemudian panas akan menyebabkan air menggenang dan menjadi breeding places atau sarang-sarang nyamuk bertelur dan berkembang biak. Lebih baik hujan terus menerus atau karena air akan terus berganti, tidak sempat menggenang lama,” papar dr. Imran Pambudi, MPHM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI dalam talkshow #Ayo3mplusVaksinDBD yang diselenggarakan Takeda Innovative Medicines dan Kemenkes, di Jakarta, 21 Maret 2024.

 

Faktanya, lanjut dr. Imran, di awal tahun ini (Januari – Maret 2024), di tengah cuaca panas dah hujan datang berganti, terjadi lonjakan kasus demam berdarah dengus yang cukup signifikan. Beberapa daerah telah menetapkan status Kondisi Luar Biasa (KLB) Dengue, yaitu Jepara, Enrekang, Kutai Barat, Lampung Timur, dan Kab Nagekeo.

 

Sampai dengan minggu ke-11 tahun 2024, terdapat 35.556 kasus DBD di Indonesia dengan 290 kematian. Mengingat musim yang belum bisa diprediksi, maka perlu dilakukan upaya bersama mengendalikan demam berdarah dengue.

 

3M Perlu Tetap Disosialisasikan Plus Vaksin DBD

Lebih jauh dr. Imran Pambudi menyatakan, bahwa untuk mencapai target nol kematian akibat dengue di tahun 2030, diperlukan peran aktif seluruh lapisan masyarakat, dalam menerapkan 3M Plus.

 

“Implementasi 3M Plus masih memegang peran yang sangat krusial dalam pengendalian kasus DBD di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah tidak pernah bosan untuk terus menekankan pentingnya 3M Plus, dan termasuk mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti Wolbachia dan vaksin DBD.”

 

Vaksin DBD menurut dr. Imran, merupakan inovasi yang perlu dikombinasikan dengan upaya utama, berupa pengendalian vektor nyamuk. Masing-masing keluarga sehausnya wajib menjaga lingkungan rumahnya dari jentik nyamuk dan membasmi sarangnya. Setelah itu, lakukan perlindungan dengan vaksin.

 

Dijelaskan oleh Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, saat ini vaksin dengue sudah bisa didapatkan di seluruh rumah sakit dan klinik di seluruh Indonesia. Namun ia mengingatkan bahwa vaksin saja tidak cukup untuk mengendalikan dengue. Perlu upaya lain yang konsisten yaitu 3M Plus.

 

Untuk membentuk pondasi yang kuat, Takeda dan Kementerian Kesehatan menyusun program kerja bersama dan meluncurkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD, yang bertujuan mengajak lebih banyak masyarakat untuk semakin memahami tentang DBD beserta tindak pencegahan, termasuk memberikan edukasi seputar upaya preventif yang inovatif, seperti Wolbachia dan vaksinasi.

 

Kampanye ini kemudian diperkuat dengan berbagai serangkaian dialog, baik dengan para pembuat kebijakan, maupun komunitas sosial, untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan DBD di Indonesia.

Kampanye Dengue Raih Penghargaan

Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD oleh PT Takeda Innovative Medicines dianggap berdampak luas, sehingga diganjar penghargaan perunggu yang didapat dari ajang PR Indonesia Award 2024, untuk kategori Program Corporate PR untuk Perusahaan Swasta.

 

Penghargaan ini mengakui program corporate PR yang dijalankan oleh Takeda dalam kemitraan dengan Kementerian Kesehatan RI dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia sebagai serangkaian kegiatan yang komprehensif dan berdampak besar.

 

Andreas Gutknecht, menyampaikan, “Kami sangat bangga untuk menerima penghargaan yang luar biasa dari PR Indonesia ini, sebagai pengakuan atas komitmen kuat kami bersama dengan Kementerian Kesehatan dalam memerangi DBD di Indonesia. Hal ini tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya dukungan dan sambutan baik dari pihak-pihak terkait, di antaranya Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Kesehatan, para mitra di dunia kesehatan, komunitas, serta masyarakat umum. Prestasi ini bukan hanya milik Takeda, tetapi juga milik semua pihak yang sudah dengan gigih melakukan pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia.”

 

dr. Imran sepakat bahwa sangat krusial untuk membangun sebuah sinergi yang kuat antara sektror publik, yaitu pemerintah, dan sektor swasta. “Blueprint pengendalia degue sudah ada dalam Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target <10/10.000 penduduk.”