Di masa pandemi yang kian meresahkan akibat kasus positif meningkat tajam dan rumah sakit penuh, masyarakat mencoba berbagai cara untuk bisa “survive”. Pemandangan minggu lalu yang banyak kita saksikan di media sosial adalah masyarakat ramai-ramai memborong produk susu merek tertentu, yang dipercaya menyembuhkan dan mencegah penularan Covid-19.

 

Dr Ir. Epi Taufik, kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Institut Pertanian Bogor, memberikan tanggapannya. Menurut Epi, susu bukan obat atau vaksin, susu adalah bahan pangan (makanan).

 

Baca juga: Konsumsi Susu, Cara Mudah Memenuhi Kebutuhan Protein Hewani

 

Mengapa Susu Diserbu?

Menurut Epi, susu selain mengandung komponen makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak, juga mengandung mineral, vitamin dan mikronutrien lainnya.  Protein susu, sebagaimana protein hewani lainnya, memiliki kandungan asam amino esensial dan nilai biologis/net protein utilization yang tinggi (90%) dibanding sumber protein lainnya. Nilai biologis menunjukkan persentase protein yang benar-benar diserap dan digunakan oleh tubuh.

 

Komponen-komponen yang terkandung dalam susu tersebut selain sumber nutrisi juga banyak yang memiliki karakteristik bio-fungsional atau bio-aktif. Bio-fungsional/bio-aktif artinya komponen/senyawa asal susu tersebut selain menjadi sumber nutrisi juga berkontribusi terhadap perbaikan fungsi fisiologis tubuh sehingga meningkatkan status Kesehatan.

 

Komponen-komponen bioaktif tersebut memiliki fungsi di antaranya sebagai: antikanker, antipatogen, anti inflamasi, aktivitas antioksidan, meningkatkan imunitas tubuh dan lain-lain. 

 

Konsumsi susu dalam konteks pola makan sehat dan berimbang serta sesuai saran penyajian dapat membantu menjaga dan meningkatkan status kesehatan tubuh termasuk didalamnya meningkatkan imunitas tubuh terhadap serangan patogen dan virus.

 

“Jadi memang benar konsumsi susu dapat membantu menjaga kondisi fisiologis tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah infeksi Covid-19. Tetapi masyarakat tidak perlu panik, karena semua jenis olahan susu cair baik itu pasteurisasi, steril dan atau UHT dari berbagai merek yang beredar di pasaran memiliki kandungan nilai gizi yang hampir sama sehingga manfaat kesehatan yang didapatkan pun relatif sama,” jelas Epi.

 

Baca juga: Jangan Lupakan Protein Hewani, Zat Gizi Penting Selama Pandemi

 

Perbedaan Susu Steril dan Susu UHT

Dijelaskan Epi, prinsip dasar dari kualitas nutrisi bahan pangan, termasuk susu, adalah semakin segar bahan pangan tersebut saat dikonsumsi, maka kandungan nutrisinya relatif masih lengkap. Dalam konteks susu, maka susu pasteurisasi memiliki kandungan gizi alami yang relatif masih lengkap dibandingkan susu UHT/steril.

 

Komponen nutrisi yang berkurang akibat pengolahan dapat disubstitusi dengan proses fortifikasi/suplementasi. Beberapa aktivitas dari nutrien susu bahkan meningkat akibat pengolahan, seperti meningkatnya aktivitas antioksidan susu pasteurisasi atau sterilisasi/UHT dibanding susu segar (mentah).

 

Menurut Epi, susu dengan “merek tertentu”, yang sempat menjadi berita viral di medsos, adalah salah satu jenis susu steril. Dalam konteks komponen nutrisinya, kandungan dalam susu tersebut tidak berbeda dengan jenis susu sejenis (steril dan/atau UHT) dari merek-merek lainnya.

 

“Perbedaan yang ada biasanya pada bahan baku atau formulasi susu steril/UHT tersebut. Susu “merek tertentu” ini dalam kemasannya mencantumkan 100% berbahan baku susu segar, namun demikian susu sejenis dari “merek lain” pun ada yang berbahan baku 100% susu segar. Beberapa susu sejenis dari “merk lain” memang ada yang hanya menggunakan bahan tambahan lain selain susu segar, misalnya: susu bubuk skim, laktosa, penstabil dan lain-lain,” lanjut Epi.

 

Selain itu ada perbedaan dalam proses pembuatannya. Susu steril: dipanaskan pada suhu 110-120 derajat Celcius selama 20-40 menit sedangkan susu UHT: dipanaskan pada suhu tinggi (135-150 derajat Celcius selama 2-4 detik).

 

 

Epi mengimbau masyarakat untuk meneruskan mengkonsumsi susu dan protein hewani lainnya (daging, telur) juga protein nabati (sayur, sereal dan buah) sebagai sumber serat yang tidak dimiliki susu, dalam rangka melakukan pola makan yang sehat, beragam, dan seimbang.

 

Ia juga menghimbau kepada para pelaku pasar untuk tidak mengambil keuntungan sesaat dengan menaikkan harga jual produk susu diluar kewajaran dengan memanfaatkan kepanikan masyarakat disaat kondisi pandemi.

 

 

Baca juga: Inilah Manfaat Minum Susu Berdasarkan Usia