Suhu bumi kian meningkat, begitu pun volume air di lautan. Apa yang ada di benakmu jika yang tersisa di bumi hanya dataran tinggi dan lautan? Hewan-hewan punah, tumbuhan hilang, bahkan hanya beberapa pasang manusia yang dapat bertahan hidup. Semoga saja khayalan tersebut hanya ada film. Namun, apakah semua kondisi tersebut memang bisa terjadi?

 

 

Menjawab pertanyaan tersebut, sekelompok ilmuwan kemudian memberikan laporan bahwa planet ini memang sedang 'memanas'. Dalam studinya, mereka menjelaskan jika suhu rata-rata bumi kian meningkat antara 0,4-0,8°C dalam 100 tahun terakhir. Perubahan suhu inilah yang menjadi bukti dan dikaitkan dengan pemanasan global.

 

 

Kira-kira apa penyebabnya? Dikutip melalui livescience.com, dalam sebuah studi, para peneliti melihat ada keseragaman aktivitas yang dilakukan manusia, khususnya dalam 50 tahun terakhir. Mulai dari pembukaan lahan dengan pembakaran hutan, aktivitas pertanian yang kian menurun karena mulai tergantikan dengan pertumbuhan pabrik, hingga adanya peningkatan volume karbon dioksida dan gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Bahkan, para ilmuwan yang berasal dari Intergovernmental Panel on Climate itu pun telah memprediksi jika rata-rata suhu global akan terus meningkat 1,4-5,8°C pada tahun 2100.

 

suhu bahagia

 

Hubungan Pemanasan Global dan Peningkatan Alergi

Pada April 2016 lalu, nationalgeographic.com mengisyaratkan salah satu dampak dari pemanasan global melalui kisah percintaan antara dua buah pohon. Ketika sebuah pohon mencintai pohon lainnya, ia akan melepaskan serbuk sari untuk membuahi ovula pohon tersebut. Namun, ketika suhu bumi memanas, serbuk sari akan meledak dan berhamburan terbang tertiup angin. Bayangkan jika setiap pasangan pohon di dunia mengalami peristiwa ini secara bersamaan, apa yang akan terjadi?

 

Baca juga: Sudahkah Bahasa Cinta Kamu dan Pasangan Sama?

 

Leonard Bielory, profesor dan spesialis alergi di Pusat Penelitian Lingkungan, Universitas Rutgers, mengatakan, kita perlu takut jika peristiwa tersebut terjadi. Pasalnya, serbuk sari dapat meningkatkan risiko seseorang terkena alergi. Serbuk sari memang menjadi salah satu alergen yang muncul pertama kali pada masa revolusi industri.

 

Charles W. Schmidt dalam sebuah artikel yang bertema Environmental Health Perspectives menjelaskan, ini sebenarnya disebabkan oleh perubahan iklim. Ia mengatakan, “Saat suhu lebih hangat dan tingkat CO2 semakin tinggi, tanaman akan tumbuh lebih giat dan menghasilkan lebih banyak serbuk sari.”

 

Cara Mencegah Risiko Alergi saat Perubahan Cuaca Ekstrem Terjadi

Bukan hal yang mudah untuk menghindari serbuk sari dan risiko alerginya. Namun, aafa.org memberikan tips, khususnya bagi penderita alergi dan asma, untuk mengurangi risiko alergi terjadi, seperti:

  • Konsultasikan dengan dokter dan mintalah saran untuk menghindari tempat yang berisiko tinggi pada reaksi alergi.

  • Sebelum meninggalkan rumah, sebaiknya periksa indeks kualitas udara terlebih dulu, untuk melihat bagaimana polusi udara di sekitarmu.

  • Beri dukungan pada pemerintah maupun organisasi lainnya, yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan.

 

Mitos dan Fakta Alergi - guesehat.com

 

Selain semua cara tersebut, cara terbaik untuk mencegah alergi serbuk sari adalah dengan menjaga lingkungan rumah tetap bersih, tutup jendela dan pintu saat musim panas dan cuaca berangin, serta keluar rumah saat jumlah serbuk sari lebih rendah, misalnya setelah hujan. Apabila reaksi alergimu kian memburuk, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapat perawatan. (BD/AS)