Kian hari, jumlah kasus terinfeksi virus COVID-19 di Indonesia semakin bertambah. Dan dalam beberapa pekan terakhir, angka ini juga didominasi dengan kasus pada anak-anak. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, peningkatan kasus terinfeksi COVID-19 pada anak-anak ini memiliki kecenderungan dengan varian COVID-19 yang baru, yakni varian Delta.

 

Dengan peningkatan kasus COVID-19 pada anak-anak, orang tua tentu perlu meningkatkan kewaspadaan, baik dari segi pencegahan dan juga penanganan apabila anak menunjukkan gejala infeksi COVID-19. Berkaitan dengan kondisi ini pula, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menginformasikan panduan khusus untuk isolasi mandiri anak dengan COVID-19. Simak panduan tersebut selengkapnya berikut ini!

 

Baca juga: Hati-hati, Benda-benda Ini Berpotensi Menjadi Sumber Penularan Covid-19!
 

Berapa Banyak Kasus COVID-19 pada Anak-anak?

Ketua Umum IDAI, Profesor Aman Bhakti Pulungan mengatakan, kasus positif COVID-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5%. Itu artinya, satu dari delapan kasus konfirmasi COVID-19 terjadi pada anak-anak. Tingkat kematiannya pun mencapai 3% hingga 5%.

 

Persentase kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia saat ini menjadi yang tertinggi di dunia. "Dari seluruh data anak yang meninggal itu, 50% adalah balita", ujar Profesor Aman, seperti dikutip dari Kata Data.

 

Berdasarkan data dari Databoks, Satgas Penanganan COVID-19 mencatat pada periode 30 Mei hingga 20 Juni 2021, tingkat kematian anak akibat COVID-19 tertinggi dialami oleh usia 0 hingga 2 tahun. Persentasenya mencapai 0,81%.

 

Jumlah kelompok anak usia tersebut yang meninggal mencapai 261 kasus. Sementara, jumlah yang terkonfirmasi positif sebanyak 32.264 kasus. Sebagai informasi tambahan, secara kumulatif, kasus COVID-19 di Indonesia pada usia anak tertinggi berasal dari kelompok usia 7 hingga 12 tahun (28,02%). Selanjutnya, diikuti oleh kelompok usia 16 hingga 18 tahun (25,23%), dan 13 hingga 15 tahun (19,92%).

 

Mencegah_Coronavirus_pada_Anak

 

Mengapa Varian Delta Lebih Mudah Menyerang Anak-anak?

Para ahli menyebutkan bahwa varian Delta ini memang lebih mudah menular dibanding varian Alpha. Hal ini diduga karena adanya beberapa mutasi kunci yang memicu lonjakan protein, sehingga memungkinkan virus menembus sistem imun dan menginfeksi sel sehat. Akibatnya, potensi penularan pada banyak orang menjadi lebih tinggi

 

Di samping itu, menurut Daeng M Faqih, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), penularan masif pada anak-anak ini juga dinilai akibat belum adanya program vaksin virus corona pada anak di bawah 18 tahun.

 

Baca juga: Mencegah COVID-19, Tunda Dulu Membawa Si Kecil ke Dokter Anak
 

Bagaimana Panduan Isolasi Mandiri Bagi Anak yang Mengalami Gejala COVID-19?

Meningkatnya kasus infeksi COVID-19 serta fasilitas kesehatan yang semakin tidak memadai jumlahnya, membuat beberapa pasien, termasuk anak-anak disarankan untuk melakukan isolasi mandiri. Namun, seperti apa ketentuan isolasi mandiri untuk anak-anak ini? Dan bagaimana langkahnya yang tepat? Berikut panduan selengkapnya dari IDAI.

 

Syarat Isolasi Mandiri untuk Anak

1. Tidak bergejala atau asimptomatik.

2. Gejala ringan, seperti batuk, pilek, demam diare, muntah, dan ruam-ruam.

3. Anak aktif, bisa makan dan minum.

4. Menerapkan etika batuk.

5. Memantau gejala atau keluhan.

6. Pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam).

7. Lingkungan rumah atau kamar memiliki ventilasi yang baik.

 

Isolasi mandiri pada anak dapat dilakukan dengan catatan sebagai berikut:

1. Orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif.

2. Orang tua atau pengasuh berisiko rendah terhadap gejala berat COVID-19.

3. Jika ada anggota keluarga yang positif, maka anak dapat diisolasi bersama.

4. Jika orang tua dan anak berbeda status COVID-19, disarankan memberi jarak tidur 2 meter atau di kasur terpisah.

5. Berikan dukungan psikologis pada anak.

 

Selama isolasi mandiri, periksa secara berkala laju napas anak. Kenali tanda bahayanya, jika laju napas si Kecil berada pada kisaran berikut:

- usia kurang dari 2 bulan 60 kali per menit.

- usia 2 hingga 11 bulan 50 kali per menit.

- usia 1 hingga 5 tahun 40 kali per menit.

- usia > 5 tahun 30 kali per menit.

 

Segera bawa anak ke rumah sakit bila Mums atau Dads menemukan gejala-gejala berikut:

- Anak banyak tidur

- Napas cepat

- Ada cekungan di dada dan hidung kembang kempis

- Mata merah, ruam, leher bengkak

- Demam lebih dari 7 hari

- Kejang

- Tidak bisa makan dan minum

- Mata cekung

- Intensitas buang air kecil berkurang

- Terjadi penurunan kesadaran

 

Peningkatan kasus terinfeksi COVID-19 pada anak mengalami kenaikan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Oleh karenanya, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terkait langkah pencegahan dan juga terhadap gejala-gejala yang mungkin dialami si Kecil. Melalui panduan isolasi mandiri yang telah diuraikan di atas, semoga dapat membantu Mums dan Dads untuk mengurangi kepanikan jika si Kecil dinyatakan terinfeksi virus COVID-19. (BAG)

 

Baca juga: Cara Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Si Kecil Selama COVID-19
 

Referensi

Kata Data. "Covid-19 Banyak Serang Anak-Anak, Apa Penyebabnya?"

Buku Diary Panduan Isolasi Mandiri Anak dengan COVID-19 oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia.