Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular dengan angka kejadian yang cukup tinggi, baik di Indonesia maupun di dunia. Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyebutkan ada sekitar 422 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan diabetes.

 

Sedangkan, data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 menyatakan sekitar 2% populasi Indonesia didiagnosis mengalami diabetes melitus. Itu berarti, sekitar 5,2 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes melitus.

 

Bulan November adalah bulan yang cukup ‘spesial’ terkait dengan diabetes melitus. Pasalnya, setiap bulan November, tepatnya setiap tanggal 14 November, diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia. Nah, di bulan November ini saya ingin mengajak Geng Sehat mengenal lebih jauh mengenai komplikasi dari penyakit diabetes melitus.

 

Pasien dengan diabetes melitus memang manjadi lebih berisiko mengalami penyakit-penyakit lain jika gula darahnya tidak dikontrol dengan baik. Hal inilah yang disebut dengan komplikasi. Komplikasi pada penyakit diabetes melitus sendiri secara garis besar dibagi menjadi komplikasi makrovaskular dan komplikasi mikrovaskular.

 

Komplikasi makrovaskular adalah komplikasi yang melibatkan pembuluh darah berukuran besar, dan biasanya menyebabkan penyakit jantung dan kardiovaskular. Sedangkan komplikasi mikrovaskular adalah komplikasi yang melibatkan pembuluh darah yang berukuran lebih kecil. Komplikasi mikrovaskular karena diabetes melitus paling sering menyebabkan kerusakan pada mata, ginjal, serta sel-sel saraf.

 

Sebagai seorang pekerja kesehatan di rumah sakit, saya sering bertemu pasien dengan kasus komplikasi mikrovaskular ini. Saya mendapati kasus beberapa pasien hingga harus cuci darah karena ginjalnya rusak, atau dilakukan amputasi pada kakinya. Semuanya karena komplikasi penyakit diabetes melitus. Mari kita mengenal lebih jauh mengenai komplikai mikrovaskular pada diabetes melitus!

 

Retinopati diabetikum

Retinopati diabetikum (diabetic retinopathy) adalah suatu kondisi kerusakan pada pembuluh darah di mata, tepatnya di retina, akibat tidak terkontrolnya kadar gula darah. Retinopati diabetikum dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan penglihatan hingga kebutaan.

 

Hal inilah yang terjadi pada salah seorang sepupu saya. Pada usia muda ia didiagnosis diabetes melitus, tetapi menolak segala bentuk pengobatan dan ‘membiarkan’ gula darahnya tidak terkontrol. Akibatnya, salah satu matanya kini kehilangan fungsi normalnya.

 

Gejala retinopati diabetikum antara lain penglihatan yang terasa kabur. Pemeriksaan mata secara rutin untuk melihat fungsi dan kondisi retina dapat membantu mendeteksi komplikasi ini sejak dini.

 

Deteksi dan penanganan sejak dini dapat mencegah pasien dari kondisi yang semakin parah seperti hilangnya penglihatan. Adapun retinopati diabetikum ini biasanya terjadi kurang lebih 7 tahun setelah seseorang menderita diabetes melitus.

 

Nefropati diabetikum

Komplikasi mikrovaskular lain pada pasien diabetes melitus adalah nefropati diabetikum (diabetic nephropathy). Kondisi ini menyebabkan rusaknya organ ginjal sehingga ginjal tidak bisa bekerja dengan baik.

 

Pada kondisi yang lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan kegagalan ginjal. Jika sudah begini, maka pasien biasanya harus rutin menjalani terapi cuci darah atau hemodialisis, bahkan transplantasi ginjal.

 

Untuk mencegah kerusakan ginjal, selain pemantauan gula darah, pasien diabetes melitus juga wajib memantau tekanan darah mereka. Hal ini karena kerusakan fungsi ginjal juga dapat disebabkan oleh tekanan darah yang tidak terkontrol baik.

 

Neuropati diabetikum

Neuropati diabetikum (diabetic neuropathy) juga salah satu komplikasi mikrovaskular pada diabetes melitus yang sering terjadi. Sesuai namanya, terjadi kerusakan saraf pada bagian-bagian tubuh tertentu akibat tidak terkontrolnya kadar gula darah.

 

Kerusakan sel saraf pada diabetes melitus ditandai dengan hilangnya rasa, rasa kesemutan, rasa seperti disetrum listrik, penurunan fungsi anggota gerak, dan pada pria dapat juga menyebabkan impotensi.

 

Diabetic foot atau kaki diabetes adalah salah satu bentuk neuropati diabetikum yang bahkan dapat berujung pada amputasi. Hal ini karena pada kondisi kerusakan saraf, pasien tidak akan merasa sakit jika ada luka atau infeksi.

 

Akibatnya, luka atau infeksi tidak dirawat dengan baik. Lama-kelamaan, infeksi yang terjadi bertambah parah dan mau tidak mau harus dilakukan amputasi. Kadar gula darah yang tidak terkontrol sendiri menjadi salah satu faktor luka sulit sembuh.

 

Gengs, itu dia sekilas informasi mengenai komplikasi mikrovaskular pada penyakit diabetes melitus. Ternyata jika tidak dikontrol dengan baik melalui gaya hidup sehat dan penggunaan obat-obatan secara benar, kondisi diabetes melitus dapat mencetuskan penyakit-penyakit lain.

 

Semua komplikasi ini tentu saja sangat dapat dicegah apabila pasien diabetes melitus mengontrol kondisinya melalui hal yang sudah saya sampaikan tadi. Dan jangan lupa, sesuai dengan tema dari Hari Diabetes Sedunia tahun ini, keluarga memegang peranan penting dalam keberhasilan terapi pasien diabetes melitus agar terhindar dari komplikasi semacam ini. Salam sehat! (AS)

 

Referensi

Fowler, M. (2008). Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical Diabetes, 26(2), pp.77-82.

World Health Organization. (2019). About Diabetes.