Meskipun menjadi jenis penyakit mental yang paling umum, kesadaran masyarakat Indonesia tentang derpesi masih sangat rendah. Masih banyak orang yang tidak tahu apa itu depresi dan tidak percaya bahwa depresi adalah gangguan mental yang serius.

 

Dijelaskan dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, SpKJ (K) dokter spesialis kedokteran jiwa dari RSCM, depresi adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami penurunan mood atau alam perasaan. Penurunan mood yang dialami penderita depresi sangat bermakna, hingga menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam beraktivitas.

 

"Gejala klinisnya tidak hanya penurunan mood, tetapi akan diikuti dengan penurunan kemampuan berpikir. Proses pikirnya melambat, tidak bisa berkonsentrasi, pesimis, semua situasi di pandang dari sudut negatif," jelas dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani kepada GueSehat.

 

Penyebab depresi dibagi menjadi dua, yaitu akibat faktor biologis dan faktor eksternal. Faktor biologis berarti ada masalah di dalam regulasi neurohormonnya. Terjadi ketidakseimbangan hormon serotonin di dalam otak. Hormon serotonin adalah hormon yang mengatur perasaan senang. Pada umumnya, penderita depresi mengalami penurunan kadar serotonin di otaknya.

 

Sementara itu, faktor eksternal berarti disebabkan oleh lingkungan atau situasi luar yang menyebabkan seseorang merasa putus asa. "Namun, kalaupun faktor eksternal menjadi penyebab utama depresi berat, itu biasanya memang sudah ada faktor biologisnya," jelas dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani. (UH)

 

Baca juga: Kamu Depresi atau Hanya Merasa Sedih? Begini Cara Membedakannya!

 

Kesadaran Masyarakat Rendah

Kasus gangguan psikologis di dunia maupun Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang menghasilkan beban terbesar di Indonesia. Beban yang dimaksud seperti tidak bisa bekerja serta bergantung dengan orang lain, sehingga mengakibatkan beban finansial.

 

Untuk faktor eksternal, beban hidup seringkali menjadi faktor pencetus munculnya depresi pada masyarakat Indonesia. Namun sayangnya, mayoritas masyarakat masih belum mementingkan kesehatan mental. Bahkan, gangguan psikologis masih dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang.

 

"Ya mungkin tantangan di Indonesia karena masih adanya stigma negatif. Banyak yang menganggap, oh ini hanya kurang iman saja, atau ini karena enggak bersyukur," ujar dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani. Ini tantangan pemerintah untuk mengedukasi terkait kesehatan mental.

 

Menurut dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat, diperlukan kerja sama dari tokoh-tokoh dan orang-orang penting dari semua sektor. "Orang harus tahu bahwa ini bukan karena kurang iman dan segala macam, tapi memang ada gangguan yang harus dibantu dengan pengobatan, sama dengan penyakit fisik," ujarnya.

 

Baca juga: Obesitas Bisa Menyebabkan Depresi, Begitu Juga Sebaliknya

 

Selain itu, pemerintah perlu lebih giat lagi dalam penanganan kasus depresi di Indonesia. Saat ini, semakin banyak komunitas support group khusus untuk penderita depresi. Menurut dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani, akan lebih baik jika pemerintah bekerja sama dengan para komunitas support group untuk bisa merangkul lebih luas para penderita depresi.

 

Saat ini, fasilitas kesehatan untuk orang yang mengalami gangguan psikologis belum maksimal. Contohnya saja, sebelumnya pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memiliki nomor hotline untuk pencegahan bunuh diri. Namun, karena pengelolaannya tidak maksimal, fasilitas ini ditiadakan. "Niatnya ada, tapi kurang kelola. Jadi perlu diadakan lagi dengan manajemen yang lebih baik," jelas dr. A. A. Ayu Agung Kusumawardhani.

 

Sementara itu, dr. Lahargo Kembaren Sp. KJ dari PDSKJI mengungkapkan bahwa diperlukan peningkatan layanan kesehatan jiwa masyarakat dengan infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai. "Pemerintah juga perlu melengkapi penyediaan obat-obatan dan terapi yang merata di seluruh daerah," jelasnya kepada GueSehat.

 

Baca juga: Mengenal Istilah Kesehatan Mental