Saya ingin berbagi pengalaman tentang olahraga lari malam yang kerap saya lakukan malam hari di Senayan selama Ramadan 2016. Seturut dengan aturan jam pulang kantor yang dipercepat satu jam menjadi pukul 17.00 selama bulan tersebut dan karena kelas gym yang biasa saya ikuti baru dimulai 18.30 setiap harinya, saya memutuskan untuk mencoba alternatif lain untuk berolahraga di malam hari. Saya pun memilih untuk lari malam di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Hari pertama saya mencoba olahraga di Senayan, ojek motor online menjadi pilihan transportasi yang cukup cepat untuk menembus kemacetan Jakarta. Bisa dibayangkan selama bulan Ramadan, kondisi jalan raya Jakarta di atas pukul 15.00 hingga menjelang berbuka puasa, mengalami kepadatan yang cukup membuat pusing kepala. Dengan layanan ojek motor jarak Slipi–Senayan hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. Sekitar pukul 17.30 pun saya sudah tiba di GBK Senayan, Pintu I. Hal yang biasa saya siapkan sebelum berlari adalah pakaian olahraga senyaman mungkin, sepatu lari, run tracking (berupa wristband), dan pengukur jarak (menggunakan aplikasi Nike Run) dan sebuah tas pinggang. Sedikit tips, untuk Anda yang berlari di GBK Senayan, tidak perlu repot memikirkan untuk menitipkan tas, di pintu 9 dan 7 ada tempat untuk menitipkan barang bawaan Anda dengan membayar uang jasa sekira Rp7.000,-  jadi Anda dapat berlari dengan tenang.

Baca Juga : Olahraga di Malam Hari, Kenapa Tidak?

Pengalaman Olahraga di Senayan

Setelah pertama kali mencoba berlari malam hari di Senayan, beberapa fakta dan pengalaman baru pun mulai dirasakan. Pertama, lari di malam hari cukup menyenangkan, selain lari punya manfaat untuk kesehatan tubuh, mungkin karena pengalaman baru di tambah terhindar dari panasnya sinar matahari serta beberapa kali merasakan hembusan angin malam. Kedua, kebetulan saat berlari malam hari tersebut bertepatan dengan bulan Ramadan, kondisi Senayan cukup sepi dan saya jarang menemukan penjual makanan ringan (well, sebut saja tukang tempe mendoan yang jadi destinasi kuliner favorit beberapa pelari malam setelah berolahraga) sehingga tujuan berlari malam di GBK Senayan pun tetap terfokus, LOL! Ketiga dan ini tidak kalah penting, berlari malam di tempat ini dapat dibarengi jenis olahraga lain karena banyaknya fasilitas public fitness tools yang sengaja didirikan di sekeliling GBK Senayan. Seperti rangkaian besi yang biasa digunakan untuk pull-up, sit-up bench, hingga fasilitas refleksi kaki berupa pijakan batu koral. Saya cukup sering, lho berlari malam di GBK Senayan selama bulan puasa, sekitar 2-3 kali seminggu, dan setiap berlari tentu tidak lupa mengukur jarak dan kecepatan lari agar menjadi tolak ukur. Hal ini saya lakukan agar di hari berikutnya bisa menjadi standar baru untuk berlari lebih cepat dan jauh. Tips penting dari saya jika Anda ingin mencoba berlari malam di mana pun, usahakan kondisi badan masih prima dan sediakan air putih yang cukup (biasanya saya setelah berlari bisa menghabiskan 2 liter air putih) karena olahraga ini bersifat kardio (memacu jantung) dan akan menguras keringat yang cukup banyak. Karena berlari di malam hari rentan dengan hembusan angin malam, sebaiknya setelah berlari ketika kondisi badan masih berkeringat, tunggu beberapa saat sambil mengolah pernapasan (deep inhale dan exhale) lalu jangan lupa mengganti pakaian yang sudah berkeringat dengan pakaian yang kering. jangan biarkan tubuh berlama lama terkena angin malam, untuk menghindari masuk angin dan flu akibat terkurasnya energi setelah berlari. Last but not least, beristirahat malam yang cukup ya agar besok dapat kembali beraktivitas dengan normal. Buat Anda yang ingin mencoba lari malam di GBK Senayan, boleh kok sesekali mengajak saya. Jangan lupa juga menceritakan pengalaman Anda ke christovelramot.aruan@gmail.com. Well, selamat mencoba!