Orang tua juga manusia. Ungkapan tersebut mewakili bahwa kita sebagai orang tua sangat bisa melakukan beragam kesalahan yang berdampak pada tumbuh kembang si Kecil. Namun, kesalahan terjadi untuk dipelajari. Agar tak terulang lagi, yuk simak kebiasaan apa saja yang nyatanya bisa mempemalukan si Kecil. 

 

1. Mempermalukan anak

Ketika si Kecil berbuat kesalahan, kekecewaan atau kekesalan orang tua tak selalu dikeluarkan dalam bentuk tindakan marah atau kasar. Orang tua bisa saja mempermalukan anak sebagai cara untuk mendisiplinkan anak. Dari sisi orang tua, cara ini mungkin membuat kita merasa telah memenangkan pertarungan, tetapi kenyataannya justru orang tua yang kalah perang.

 

Sebagai manusia, sudah fitrahnya seorang anak merasa perlu terhubung dan mencari penerimaan dari orang yang dicintai, yaitu orang tuanya. Namun ketika orang tua justru menggunakan rasa malu sebagai alat disiplin untuk mengontrol anak, dampak tindakan ini tak main-main.

 

Sebagai akibatnya, kepercayaan anak pada orang tuanya akan rusak dan meninggalkan masalah permanen seumur hidup. Perilaku orang tua yang kasar dan kritis juga membuat anak malu dan merusak harga dirinya. Bahkan, anak-anak yang dipermalukan akan tumbuh menjadi pribadi yang kerap meragukan diri sendirinya, depresi, dan memiliki gangguan kecemasan. 

 

Baca juga: Benarkah Mandi Setiap Hari Lebih Sehat? Ini Kata Ahli!

 

2. Memarahi anak di depan banyak orang atau tempat umum

Anak-anak sudah jelas membutuhkan batasan. Ia membutuhkan aturan yang jelas dan konsekuensi yang konsisten agar dapat tumbuh menjadi makhluk sosial yang beretika. Namun ingat, anak-anak butuh batasan dan aturan tersebut disampaikan dengan cara yang baik. Inilah mengapa sebaiknya menghindari membentak, memarahi, atau menghukum si Kecil di hadapan banyak orang hanya atas dasar untuk mendisiplinkan anak.

 

Perlu Mums pahami bahwa ada perbedaan jelas antara disiplin dan hukuman. Singkatnya, hukuman bersifat menghukum dan melibatkan sedikit komunikasi antara orang tua dan anak. Sebaliknya, disiplin bersifat mendidik. Ini melibatkan komunikasi terbuka dan langsung antara orang tua dan anak.

 

Baca juga: Apa Saja yang Bisa Dilakukan Anak Usia 3 Tahun?

 

 

3. Oversharing

Berbagi potongan kehidupan Mums sebagai orang tua di media sosial memang tak salah. Kendati demikian, coba pikirkan lagi, kira-kira apa ya komentar si Kecil saat besar nanti melihat hidupnya sangat diekspos di media sosial?

 

Perlu Mums sadari, si Kecil berhak menolak untuk tidak difoto, divideokan, atau ditampilkan di muka umum. Hanya karena ia belum menguasai dengan baik kemampuan komunikasi dua arah di usia dini, bukan berarti hak privasinya tak penting.

 

Padahal, ia akan beranjak besar dan bisa saja tidak menyukai setiap detail kehidupannya diketahui orang banyak. Ia berhak untuk marah jika kisah yang menurutnya memalukan diceritakan ke banyak orang oleh Mums.

 

Jadi, apakah ini berarti harus berhenti total menayangkan foto lucu si Kecil di media sosial? Tidak juga, kok. Mums boleh saja sesekali berbagi momen tumbuh kembang si Kecil, tetapi pertimbangkan hal ini terlebih dulu sebelum memencet tombol publish: “Apakah anakku akan senang melihat dirinya ditampilkan seperti ini?” Jika insting Mums berkata “tidak”, maka urungkan dan simpan momen itu untuk keluarga saja, bukan untuk media sosial.

 

Di usianya saat ini, si Kecil memang belum bisa menyuarakan perasaannya dengan jelas dan lugas. Namun, akan datang harinya ia menjadi pribadi yang dewasa dengan kepribadian hasil dari pola asuh kita selama ini. Siapkah kita disalahkan olehnya atas trauma masa kecil yang ia alami? Jika tidak, yuk mulai benahi diri agar menjadi orang tua yang bisa si Kecil banggakan nanti. Mums mau, kan? (AS)

 

Baca juga: Bisa Sebabkan Infeksi, Jangan Biasakan Menaruh Ikat Rambut di Pergelangan Tangan

 

Referensi

Family Friend HQ. Humiliate Your Child.

Motherly. Post Kids on Social Media

You Are A Mom. Tips for Raising Your Child.