Keguguran bukanlah hal yang dapat langsung diterima dengan mudah oleh Mums. Pasalnya, Mums tentu sudah menanti-nantikan kehadiran sang Buah Hati. Namun, Meli Agustin yang pernah menghadapi kejadian ini justru lebih memilih untuk ikhlas menerimanya.

 

“Hari pertama haid terakhir saya itu sekitar 23 Juni. Namun menuju akhir Juli, saya sadar kalau belum haid juga. Saya sebenarnya belum berencana untuk hamil lagi, tetapi saya tidak menggunakan KB. Saat itu, saya berpikir kalau memang hamil saya bersyukur. Tapi kalau tidak hamil, kenapa saya telat, ya?” jelas Meli saat menceritakan tentang pengalaman yang ia alami kepada TemanBumil.

 

Untuk memastikan kehamilannya itu, ia pun mencoba alat tes kehamilan. “Kebetulan saya masih simpan test pack, tetapi sudah expired tahun 2017. Lalu, saya coba pakai dan hasilnya samar. Saat lihat hasilnya itu, saya berpikir mungkin karena sudah expired dan tidak mungkin hamil,” tambahnya.

 

Masih ragu dengan hasil tersebut, Meli memutuskan untuk menunggu beberapa hari lagi. Namun, ia tak kunjung menstruasi juga. “Akhirnya saya cerita ke suami dan dia ajak untuk beli test pack. Nah, saat saya tes, hasilnya negatif. Anehnya, kok saya masih belum menstruasi juga? Saya merasa seperti hamil,” ungkapnya.

Baca juga: Ternyata Konsumsi Antibiotik saat Hamil dapat Menyebabkan Keguguran!

 

Tidak juga menyerah, ia kembali membeli test pack. Hasilnya akhirnya menunjukkan kalau ia memang tengah mengandung. “Karena takut salah lagi dan kebetulan belum haid juga, akhirnya memutuskan ke dokter kandungan untuk USG. Saat USG, janin di perut justru tidak terlihat,” cerita Meli.

 

Dokter kandungan Meli pun menyarankan untuk melakukan USG transvaginal. Namun saat melakukannya, tidak terlihat juga janin yang dikandungnya. “Oleh dokter, saya tetap diberikan resep vitamin dan penguat kandungan. Setelah 2 minggu, saya disarankan untuk kontrol ke dokter lagi agar terlihat hasilnya,” ungkapnya.

 

Selain menyarankan untuk kontrol kembali, dokter juga menyarankan untuk terus memeriksa kehamilannya dengan test pack. “Menurut dokter, kalau hasil test pack tetap positif tetapi di USG tidak terlihat, kemungkinan saya hamil di luar kandungan,” ujar Meli.

 

Khawatir dengan kondisi yang dialaminya, Meli pun memutuskan untuk bertanya di TemanBumil. “Saya bertanya, adakah yang pengalamannya sama seperti saya? Saya bingung karena saat USG kehamilan pertama, janin langsung terlihat. Kenapa kehamilan kedua seperti ini? Ternyata banyak banget tanggapan positif dari teman-teman lainnya,” jelasnya.

 

Hal itulah yang kemudian membuatnya mantap untuk tetap minum vitamin dan penguat kandungan hingga 1 minggu lamanya. “Satu minggu tidak terjadi apa-apa. Tidak ada bercak darah, tanda-tanda haid juga tidak ada. Setelah 2 minggu, obat habis dan saya cek lagi ke dokter karena kepikiran dan takut terjadi sesuatu,” ia menambahkan.

 

Saat ke dokter kandungan, Meli pun menjalani USG transvaginal untuk memastikan kembali tentang kondisi kehamilannya. “Di USG itu, terlihat kalau saya ternyata benar-benar hamil anak kembar. Namun, di dekat janin saya banyak komplikasi darah. Setelah USG transvaginal, dokter menyarankan saya untuk bed rest,” ujarnya.

 

Menjelang 2 bulan, peristiwa yang tak pernah disangka Meli pun terjadi. “Bangun tidur sekitar pukul 07.00, saya mau beraktivitas. Ternyata saat sampai kamar mandi, tiba-tiba keluar darah dan darahnya itu merah segar, bukan flek. Setelah itu, saya langsung balik lagi ke tempat tidur. Namun, perdarahannya tidak berhenti,” cerita Meli.

 

Dengan kondisinya saat itu, Meli pun berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum menuju ke rumah sakit. “Kebetulan suami kerja dan tidak ada yang bisa bawa kendaraan di rumah. Akhirnya, saya pesan taksi online. Sebelumnya, saya sudah tanya ke dokter dan ia menyarankan untuk segera ke IGD rumah sakit,” jelasnya.

 

Sayangnya, jalan yang dilaluinya tidaklah semudah yang diharapkan. “Saya ajak orang tua dan anak saya yang masih berusia 25 bulan ke IGD. Saat itu, darahnya tidak berhenti juga. Akhirnya, saya pakai pembalut supaya darahnya tidak tembus. Sampai IGD, saya diperiksa bidan. Ternyata harus diperiksa dokter. Kebetulan, dokter yang akan menangani saya sedang operasi. Jadi, saya harus menunggu lagi,” ungkap Meli.

 

Selama itu, ia merasakan darah yang terus keluar seperti kontraksi dan rasa nyerinya melebihi saat menstruasi. “Setelah dokter datang, akhirnya saya USG transvaginal lagi. Terlihat kalau kantong janin saya yang tadinya 2 tinggal 1. Dokter bilang, 1 janin sudah keluar bersamaan dengan darah. Sedangkan 1 janin lagi posisinya benar-benar di bawah dan denyut jantungnya sudah tidak ada. Setelah itu, saya operasi kuret pukul setengah 13.30 di hari yang sama,” jelasnya.

Baca juga: Kisah Wanita yang Memiliki 2 Rahim

 

Keguguran dan Hamil di Luar Kandungan

Terkait dengan janin yang tak kunjung terlihat dalam beberapa kali pemeriksaan USG, menurut dr. Rino Bonti Tri Hadma Shanti, Sp.OG., kemungkinan hal tersebut terjadi karena proses pembuahan hingga kehamilan lebih lambat dari perhitungan siklus haid yang dapat disebabkan masa subur wanita tersebut terlambat.

 

Lalu untuk memastikan kondisi yang dialami Meli apakah keguguran atau hamil di luar kandungan, dr. Bonti menjelaskan perbedaan di antara keduanya. “Kalau keguguran itu berasal dari kehamilan intra uterin (dalam rahim), maka sebelum terjadi keguguran pada pemeriksaan USG terlihat gambar kantong janin di dalam rahim,” papar dr. Bonti yang berpraktik di SamMarie Family Healthcare Jakarta.

 

Keguguran, ungkap dr. Bonti, dapat terjadi karena embrio cacat, kelainan kromosom, kelainan pengentalan darah, ataupun karena infeksi tertentu. “Sedangkan kalau hamil di luar kandungan, dari pemeriksaan USG tidak ada kantong kehamilan di dalam rahim dan ditemukan kehamilan di luar rahim, yang biasanya di tuba atau saluran telur kanan maupun kiri,” tambahnya.

 

“Ibu yang hamil di luar kandungan dikarenakan embrio berimplantasi atau menempel bukan di dalam rongga rahim. “Kehamilan dalam tuba biasanya akibat terdapat sumbatan atau penyempitan pada tuba tersebut,” ungkap dr. Bonti.

Baca juga: Tentang Keguguran dan Bagaimana Mengatasi Dampak Emosionalnya

 

Kapan Waktu Ideal untuk Hamil Lagi Setelah Keguguran?

Setelah keguguran, Meli mengaku kalau ia sempat merasa trauma. “Trauma pasti ada, karena tiba-tiba keluar darah yang membuat saya syok banget,” ungkapnya. Meski trauma, ia tetap optimis untuk hamil lagi. “Untuk hamil lagi pasti tetap mau. Saya berdoa dan berharap agar dikasih rezeki oleh Tuhan,” ujarnya.

 

Menurut dr. Bonti yang juga berpraktik di RS Hermina Jatinegara, jika tidak dilakukan kuretase, setelah siklus haid berikutnya seorang wanita boleh hamil kembali. “Namun bila dilakukan kuretase, sebaiknya menunda kehamilan dulu hingga 3 bulan atau 3 siklus haid,” jawab dr. Bonti saat ditanya tentang kondisi ideal seorang ibu dapat hamil lagi setelah keguguran.

 

Dengan kondisi Meli saat ini, ia bersyukur masih diberi kekuatan dan didukung oleh orang-orang di sekitarnya. “Support keluarga menurutku nomor satu. Keluarga menguatkan untuk sabar dan menerima. Semua perkataan anggota keluarga tidak ada yang menyakiti hati. Suami mendukung banget, masih membantu saya melalui masa pemulihan dan mendengarkan saya bercerita. Orang tua dan mertua saya juga mendukung,” tutupnya. Semoga cepat pulih ya, Mums Meli! (TI/AS)