Semua wanita hamil pastinya ingin kehamilannya berjalan dengan lancar sampai bayinya lahir secara sehat. Namun dalam kenyataannya, wanita hamil seringkali terserang virus dan infeksi karena sistem kekebalan tubuh harus bekerja lebih keras untuk menjaga agar tubuh ibu dan bayinya tetap sehat. Untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh wanita hamil, biasanya dianjurkan mengonsumsi antibiotik tertentu. Namun, sebuah penelitian baru di Universitas Montreal di Canada menunjukkan bahwa beberapa antibiotik berbahaya dan dapat menyebabkan keguguran. 

 

Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Canadian Medical Association Journal tersebut, para peneliti memeriksa catatan medis lebih dari 180.000 kehamilan wanita berumur 15-45 tahun dari tahun 1998 sampai 2009. Para peneliti menemukan adanya korelasi antara kehamilan yang berujung pada keguguran dengan para wanita yang mengonsumsi antibiotik mulai dari hari pertama kehamilan mereka ataupun wanita yang telah mengonsumsi antibiotik sebelum hamil namun tetap mengonsumsinya di awal kehamilan mereka. Penulis dari penemuan tersebut, Flory T. Muanda, M.D., mengatakan bahwa permasalahan utamanya ada pada fakta bahwa sejumlah antibiotik memengaruhi keselamatan janin.

 

Dalam penelitian tersebut disebutkan ada sejumlah antibiotik yang dapat membahayakan keselamatan janin. Bahkan, antibiotik-antibiotik tersebut dapat menimbulkan risiko keguguran di awal kehamilan, terutama bagi usia kehamilan di bawah 14 minggu. Adapun antibiotik yang patut diwaspadai adalah azithromycin (untuk radang tenggorokan), clarithromycin (untuk radang paru-paru), tetracyclines (untuk jerawat dan sifilis), doxycycline (untuk infeksi saluran kemih dan infeksi gusi), minocycline (untuk infeksi saluran kemih, jerawat dan chlamydia), quinolones (untuk bronkitis, sinus, dan radang paru-paru), ciprofloxacin (untuk diare menular dan infeksi kandung kemih), norfloxacin (untuk infeksi ginekologis), levofloxacin (untuk mengobati ginjal dan infeksi kandung kemih atau infeksi pernafasan), sulfonamides (untuk infeksi saluran kemih), dan metronidazole (untuk infeksi ragi). 

 

Lalu bagaimana kalau Mums sedang hamil dan mengalami infeksi? Professor Iffath Hoskins, M.D., dari departemen kebidanan dan ginekologi di Universitas New York Langone Medical Center mengatakan, Mums tidak perlu terburu-buru berhenti mengonsumsi antibiotik. Hoskins mengatakan, penelitian tersebut ditujukan kepada wanita hamil supaya lebih berhati-hati. Menurutnya, wanita hamil harus mengingat dan percaya bahwa antibiotik itu memang dapat membahayakan janin, maka itu mereka harus berhati-hati.

 

“Kalau Mums hamil dan hanya merasa atau menebak Mums mengalami infeksi, jangan jadikan antibiotik sebagai solusinya,” kata Hoskins. Namun, menurut Hoskins kalau Mums hamil dan memiliki infeksi yang aktif, tidak mengobatinya terkadang dapat lebih berisiko dibandingkan mengonsumsi antibiotik. “Jangan menghindar dari antibiotik kalau Mums benar-benar membutuhkannya,” kata Hoskins. “Bicarakan dengan dokter, karena banyak infeksi seperti infeksi saluran kemih dan infeksi pernapasan yang seringkali menyebabkan keguguran jika tidak diobati.” 

 

Menurut Hoskins, langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah mengobati infeksi-infeksi yang Mums miliki sebelum hamil. Maka itu, kalau Mums berencana untuk hamil, lebih baik periksakan terlebih dahulu kondisi fisik ke dokter. “Pergilah ke dokter dan katakan bahwa Mums berencana untuk hamil. Dokter akan memastikan Mums tidak memiliki infeksi tersembunyi, memeriksa tubuh secara keseluruhan, dan memberikan informasi terkait nutrisi yang dibutuhkan,” kata Hopkins. Menurutnya, langkah itulah yang terbaik, karena jika Mums terbukti memiliki infeksi, maka bisa langsung diobati. 

 

Pokoknya, yang terpenting adalah mengunjungi dokter jika Mums merasa memiliki infeksi tertentu. Mums tidak perlu khawatir dengan penemuan terkait bahaya antibiotik terhadap keselamatan janin. Dokterlah yang akan memutuskan jika manfaatnya lebih besar dibandingkan risikonya.