Apakah Geng Sehat pernah mendengar mengenai penyakit malaria? Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

 

Malaria dapat menyebabkan gejala demam tinggi dan menggigil. Jika tidak segera diobati, malaria dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti penurunan kesadaran, anemia berat, hingga kegagalan organ.

 

Indonesia sendiri masih termasuk salah satu negara yang merupakan endemis malaria. Dari data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada 41 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia yang menjadi daerah endemis malaria.

 

Daerah-daerah ini memang utamanya terletak di Indonesia bagian timur, seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan, tetapi beberapa kabupaten di Sumatra juga masuk ke dalam daerah endemis malaria.

 

Tanggal 25 April lalu diperingati oleh badan kesehatan dunia, WHO, sebagai World Malaria Day. Peringatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan perhatian negara-negara terhadap pencegahan dan pengobatan penyakit malaria.

 

Tahun ini, tema peringatan World Malaria Day yang diajukan oleh WHO adalah ‘Zero malaria starts with me’, sebagai upaya untuk mengeradikasi malaria. Saya ingin mengajak Geng Sehat untuk mengenal lebih jauh malaria, terutama dari sisi obat-obatan yang digunakan untuk pencegahan maupun terapi. Ini dia 7 fakta pengobatan malaria yang sebaiknya Kamu ketahui!

 

1. Pengobatan malaria diberikan sesuai jenis Plasmodium yang menginfeksi

Ada 5 spesies parasit Plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yakni P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P. malariae, dan P. knowlesi. Spesies yang disebutkan terakhir belum banyak dilaporkan di Indonesia, demikian menurut Kementerian Kesehatan RI.

 

Malaria falciparum dilaporkan paling sering menyebabkan malaria berat, hingga berujung kematian. Obat yang digunakan disesuaikan dengan jenis Plasmodium yang menginfeksi, karena kelima spesies Plasmodium tersebut memiliki mekanisme yang berbeda saat menginfeksi tubuh, serta memiliki profil sensitivitas yang berbeda terhadap obat anti malaria.

 

2. Obat anti malaria diberikan dalam bentuk kombinasi

Untuk malaria dengan derajat keparahan ringan hingga sedang, obat yang diberikan adalah kombinasi dihidroartemesinin dan piperakuin, biasa disingkat dengan DHP. Dihidroartemisinin memiliki kekuatan yang poten dalam membunuh parasit malaria.

 

Namun, obat ini hanya bertahan selama beberapa jam saja di dalam tubuh. Sedangkan piperakuin memiliki kemampuan membunuh yang lebih rendah, tetapi dapat bertahan hingga 60 hari di dalam tubuh. Oleh karena itu, kedua obat ini digabungkan untuk mendapatkan terapi malaria yang dapat membunuh parasit sekaligus bertahan lama dalam tubuh.

 

Pada terapi untuk malaria falciparum, vivax, dan ovale, obat DHP diberikan bersamaan dengan obat anti-malaria lain, yakni primakuin. Dosis dan durasi pengobatan tergantung dari jenis Plasmodium yang menginfeksi serta bobot badan pasien.

 

3. Karena resistensi, obat anti malaria golongan kina bukanlah lagi pilihan utama

Pada dekade yang lalu, mungkin obat anti malaria yang terkenal di Indonesia adalah kina. Kina memang sempat menjadi pilihan utama untuk pengobatan malaria di Indonesia. Namun karena terjadinya peningkatan resistensi dalam 10 tahun terakhir, maka sejak tahun 2004 pemerintah menetapkan penggunaan artemisinin base combination treatment (ACT) seperti halnya obat DHP yang tadi disebutkan untuk anti malaria. Hal ini juga sejalan dengan anjuran dari WHO secara global.

 

 

4. Terapi malaria harus dilakukan dengan tuntas untuk mencegah resistensi

Seperti yang sudah disebutkan, resistensi terhadap obat adalah salah satu ancaman global dalam memerangi malaria. Oleh karena itu, pengobatan dengan anti malaria harus dilakukan secara tuntas untuk mengurangi risiko parasit menjadi resisten.

 

5. Obat anti malaria dapat diakses secara gratis di Puskesmas

Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam memberantas malaria di Indonesia, maka obat-obatan anti malaria bisa didapatkan secara gratis di Puskemas seluruh Indonesia. Tentunya harus sesuai resep dokter, dengan melampirkan hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan pasien tersebut mengalami malaria.

 

6. Obat untuk mencegah malaria harus diminum sebelum, selama, dan sesudah berada di daerah endemis

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, demikian bunyi pepatah lama. Hal ini berlaku juga untuk malaria. Obat yang digunakan sebagai pencegahan (kemoprofilaksis) malaria adalah doksisiklin dengan dosis 100 mg per hari.

 

Obat ini dikonsumsi 1 hingga 2 hari sebelum bepergian ke daerah endemis, selama berada di daerah endemis, sampai 4 minggu setelah kembali dari daerah endemis. Perlu dicatat bahwa doksisiklin tidak dapat dikonsumsi oleh ibu hamil, anak di bawah usia 8 tahun, dan maksimal durasi penggunaannya adalah 6 bulan.

 

7. Pencegahan malaria tidak hanya melalui konsumsi obat

Pencegahan malaria yang terutama bukan hanya lewat konsumsi obat kemoprofilaksis. Yang tidak kalah penting adalah mencegah terjadinya gigitan nyamuk, serta menggunakan kelambu tidur, losion anti nyamuk, dan baju lengan panjang maupun celana panjang.

 

Geng Sehat, itu dia 7 fakta tentang pengobatan malaria di Indonesia yang perlu Kamu ketahui. Malaria memang mematikan jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. Namun, penanganan yang baik membuat kesembuhan dapat tercapai dengan baik pula.

 

Dan ingat, mencegah tetap lebih baik dari mengobati. Jika Kamu berencana bepergian ke daerah endemis malaria, sebaiknya lakukan tindakan pencegahan yang sudah disebutkan. Dan jika Kamu merasa demam dan tidak enak badan sepulang dari daerah endemis malaria, langsung periksakan dirimu ke dokter, ya! Salam sehat!

 

Referensi:

Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017.