Penyakit

Elephantiasis (Penyakit Kaki Gajah)

Deskripsi

Filariasis atau yang sering dikenal dengan istilah penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria (microfilaria) yang dapat menular dengan perantaraan nyamuk sebagai vektor. Filariasis dapat menyerang manusia dan hewan.



Cacing mikroskopik yang terbawa oleh nyamuk yang terinfeksi akan masuk melewati kulit manusia dan berpindah ke pembuluh dan kelenjar getah bening. Di pembuluh getah bening mereka tumbuh dan menjadi cacing dewasa yang dapat melepaskan jutaan cacing mikroskopis yang disebut mikrofilaria ke dalam darah dan dapat menularkan ke manusia lain melalui perantara nyamuk.



Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki yang menimbulkan dampak psikologis bagi penderita dan keluarga.

 

Baca juga: Bahaya, Ini Dia 3 Jenis Nyamuk Mematikan yang Perlu Kamu Tahu!

Pencegahan

Menghindari gigitan nyamuk adalah bentuk pencegahan terbaik. Nyamuk yang membawa cacing mikroskopik biasanya menggigit antara jam senja dan fajar. Jika kamu tinggal atau melakukan perjalanan ke daerah dengan filariasis limfatik maka disarankan untuk tidur di bawah kelambu, mengenakan lengan panjang dan celana panjang, serta gunakan obat nyamuk pada kulit yang terbuka.



Upaya pencegahan lain khususnya untuk orang-orang yang tinggal di daerah endemis penyakit filariasis yaitu dengan pemberian obat pencegahan massal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Obat yang dipakai yaitu DEC (diethylcarbamazine citrate) dikombinasikan dengan albendazole. Selain itu akan baik jika mengupayakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga dapat mengurangi vektor nyamuk yang dapat menyebarkan penyakit filariasis.

Gejala

Gejala yang timbul pada orang dengan filariasis biasanya bervariasi tergantung jenis parasitnya. Meskipun parasit merusak sistem getah bening, tetapi ada juga orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Penderita tidak tahu mereka memiliki filariasis kecuali diuji.



Penyakit filariasis mempunyai gejala dan tanda klinis akut serta kronis. Filariasis akut ditandai dengan gejala demam berulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat.

 

Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (limfadenitis) yang tampak kemerahan, panas, dan sakit. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kearah ujung kaki atau lengan. Abses filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan kelenjar getah bening dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.



Filariasis kronis memiliki gejala dan tanda klinis yang meliputi pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada, atau buah zakar. Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati.

 

Kadang pada filariasis juga dapat menyebabkan sindrom eosinofilia (tropical pulmonary eosinophilia syndrome) seperti batuk, sesak nafas, mengi, dan kadang juga disertai peningkatan kadar IgE (imunoglobulin E).

Penyebab

Filariasis atau kaki gajah disebabkan oleh cacing filaria (microfilaria). Spesies cacing filarial yang paling sering menyebabkan filariasis yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing ini dapat menular dengan perantaraan nyamuk sebagai vektor. Sudah ada banyak sekali spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Monsonia, dan Armigeres yang terbukti sebagai vektor filariasis.



Cacing jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung yang hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu tertentu saja yang mempunyai periodisitas.

 

Pada umumnya mikrofilaria Wucheria bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler dalam paru, jantung, ginjal, dan sebagainya.

 

Baca juga: Lima Jenis Cacing Penyebab Cacingan

Diagnosis

Filariasis tidak selalu menghasilkan gejala klinis sehingga diperlukan tes penunjang. Tes yang paling sering dilakukan adalah tes darah khususnya pada waktu malam hari (nocturnal periodicity) karena parasit filaria cenderung aktif pada malam hari.

 

Selain tes pada darah, beberapa jenis parasit filariasis dapat dideteksi pada urin, kulit (tes Mazzotti), mata (slit-lamp examination), dan uji pencitraan. Uji pencitraan dapat mendeteksi adanya perubahan atau gangguan sistem limfa maupun skrotum dan dapat melihat keberadaan cacing yang menginfeksi.

Penanganan

Penanganan filariasis dapat berupa terapi antiparasit, terapi pendukung (supportive clinical care), dan edukasi pasien. Obat-obatan yang paling sering digunakan pada filariasis adalah DEC (diethylcarbamazine citrate), ivermectin, dan albendazol.

 

Obat-obat lain yang sering digunakan adalah suramin, mebendazole, dan flubendazole. Bila obat-obatan tidak dapat digunakan, maka pilihan terapi lainnya adalah operasi bagi yang memiliki hidrosel.



Untuk menunjang keberhasilan terapi, perlu adanya terapi pendukung untuk mengatasi limfoedema yaitu menjaga higienitas daerah yang terkena dengan rutin membersihkan dengan sabun, olahraga ringan untuk bagian yang mengalami penumpukan cairan, dan mengenakan sepatu atau alas kaki yang nyaman.

 

Edukasi dan konseling penting untuk mendukung psikologis pasien yang mengalami kecacatan akibat filariasis serta mencegah penyebaran penyakit pada orang lain.

 

Baca juga: Cara Ampuh Basmi Nyamuk DBD Selain dengan Fogging

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...