Menurut data Global Nutrition Report tahun 2014, Indonesia termasuk negara yang kini menghadapi 3 permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting (malnutrisi), wasting (kurus), serta obesitas. Fakta ini diperkuat oleh data Riskesdas tahun 2013. Dilaporkan bahwa 30,7% anak usia 5-12 tahun di Indonesia mengalami malnutrisi, 11,2% berstatus kurang gizi (kurus), sedangkan 18,8% obesitas.

 

“Tingginya persentase obesitas anak-anak Indonesia ini, disebabkan oleh tidak terpenuhinya 3 pilar gizi, yaitu konsumsi pangan sehat yang seimbang, perilaku hidup bersih, dan aktivitas olahraga. Tak heran, prevalensi penyakit degeneratif seperti diabetes di Indonesia pun meningkat,“ demikian disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., pakar nutrisi sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor pada sebuah konferensi pers uang diselenggarakan Nestle, dengan brand Milo, di Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2018 lalu.

 

Makanan manis selalu disukai anak-anak. Inilah salah satu tantangan bagi ibu dan orang tua masa kini, bagaimana cara membatasi makanan manis pada si Kecil. Berapa sih asupan gula yang aman untuk anak?

Baca juga: Awas, Lonjakan Gula Darah karena Minuman Manis!

Tak Lebih 4 Sendok Makan Sehari

Ada dua standar batasan konsumsi gula yang bisa dijadikan acuan. Menurut standar BPOM, maksimal konsumsi gula dalam sehari adalah 50 gram atau 4 sendok makan per hari. Sementara WHO menganjurkan agar tidak mengonsumsi gula lebih dari 25 gram (2 sdm) atau kurang dari 10% total asupan energi setiap hari.

 

Acuan ini sebaiknya diperhatikan setiap kita ingin mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Sebagai contoh, dalam setiap donat terdapat 33 gram gula. Jadi, bila si Kecil sudah mengonsumsi 1 iris donat, maka kebutuhan gula hariannya sudah hampir mencapai batas yang disarankan WHO. Hal yang harus Mums waspadai, adalah jika si Kecil juga minum soft drink setelah tuntas menikmati donat. Ini dikarenakan, dalam sebotol soft drink terkandung 33 gram gula. Apa artinya? Konsumsi donat dan soft drink ini, sudah melampaui batasan kadar gula yang disarankan. 

Baca juga: Awas Lemak Perut Pemicu Diabetes!

 

Dampak Asupan Gula Berlebih bagi si Kecil

Secara umum, gula berfungsi untuk menyuplai setengah dari pasokan energi total yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas. Kekurangan gula dapat menimbulkan rasa kantuk. Sayangnya, gula merupakan kalori yang “kosong”. Dalam dosis berlebih, konsumsi gula justru dapat mencetus lonjakan produksi hormon leptin, yaitu hormon yang bertugas memberi sinyal pada otak bahwa kita sudah kenyang. Tak heran, orang yang senang makan makanan manis cenderung lebih cepat lapar dan makan lebih banyak daripada semestinya.

 

Inilah alasan utama mengapa asupan gula berlebih pada anak akan meningkatkan risiko obesitas yang dapat berkaitan erat sejumlah penyakit kronis. Salah satunya diabetes. Pola makan tinggi gula pada akhirnya hanya akan membebani kerja pankreas. Pankreas pun sulit mengubah seluruh gula yang diserap oleh tubuh, menjadi glukosa. Lambat laun kelebihan kadar gula dalam gula, justru mengendap menjadi lemak dan mencetus obesitas. Akibatnya, masalah resistensi insulin pun sulit untuk dihindari dan mencetus lonjakan kadar gula darah. 

 

 “Salah satu upaya pencegahan obesitas yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi konsumsi asupan manis, asin, dan tinggi lemak pada anak sejak dini,” ungkap Prof. Ali. “Ajarkanlah pada anak-anak kita untuk terbiasa menikmati cita rasa makanan yang tidak terlalu manis ataupun terlalu gurih. Penerapan pola makan sehat ini, akan memberi dampak positif yang signifikan pada kesehatan jangka panjang mereka,” pungkasnya. (TA/AY)

Baca juga: Selain Makanan, Apa Saja Sih yang Bisa Memengaruhi Kadar Gula Darah?