Penyakit keganasan atau kanker pada anak saat ini didominasi leukemia atau kanker darah. Namun, ada jenis kanker pada anak yang juga sering ditemui, terutama di Indonesia, yaitu retinoblastoma. Sederhananya, retinoblastoma adalah kanker pada mata. Sebelum dijelaskan lebih jauh tentang apa itu retinoblastoma, Mums perlu catat untuk segera membawa si Kecil ke dokter mata jika menemukan bintik putih di bola mata mirip manik-manik. 

 

Menurut data dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSCM, retinobalstoma menjadi kanker ketiga terbanyak pada anak. Masalahnya, pasien sering datang terlambat, dengan berbagai alasan. Sebagian orang tua menganggap keganasan di mata ini sebagai dianggap penyakit mata biasa. 

 

Selain itu karena akses fasilitas kesehatan sulit dijangkau maka banyak orang tua memilih pengobatan alternatif. Hal tersebut dijelaskan dr. Endang Windiastuti Sp(K), konsultan kanker anak dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam serial webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI), Sabtu, 13 November 2021.

 

“Pemeriksaan retinoblastoma bisa dilakukan di beberapa Puskesmas dengan alat yang bernama funduskopi. Dengan funduskopi, refleks fundus yang normal adalah bola mata berwarna merah. Jika refleksinya putih atau tidak merah, harus dirujuk ke dokter spesils mata," jelas dr. Endang.

 

Baca juga: Merawat Mata Si Kecil

 

Gejala Retinobalstoma Kerap Dianggap Penyakit Mata Lain

Retinoblastoma adalah keganasan di dalam bola mata atau intraokuler yang terjadi pada bayi dan anak. Pertumbuhan sel-sel kanker retinoblastoma umumnya sangat cepat. Gejala retinoblastoma mudah dikenali, yaitu ada manik mata putih di tengah bola mata yang akan berkilat di dalam gelap, seperti mata kucing di malam hari.

 

 

Prof. dr. Rita Sita Sitorus, PhD, Sp.M(K) dari FKUI/RSCM menambahkan, retinoblastma sebenarnya jarang, namun menjadi kasus yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Biasanya menimpa anak-anak di bawah usia 5 tahun.

 

Penyebabnya adalah mutasi genetik, sehingga tidak bisa dicegah. Retinoblastoma bisa menyebabkan kebutaan bahkan kematian.  Namun, jika ditemukan di stadium dini bisa disembuhkan.

 

Selain manik mata putih (leukoria), anak dengan retinoblastoma akan mengalami  gejala lain seperti mata juling, mata merah, peradangan mata, penglihatan buram dan mata menonjol.

 

“Manik tumor putih di mata ini menanadakan tumor masih berada di bola mata, namun ukurannya sudah cukup besar untuk diterapi dengan laser atau krioterapi. Sayangnya sering salah diagnosis terkait adanya manik putih di mata ini. Sering dianggap kelainan yang tidak berbahaya. Bahkan kadang dikira katarak atau penyakit mata lainnya. Harus dirujuk ke dokter spesialis mata setiap ada tanda leukoria ini untuk dievalusi dengan cepat penyebabnya,” jelas Prof. Rita.

 

Kekeliruan diagnosis juga kerap terjadi jika gejalanya adalah mata juling (strabismus). “Jangan meremehkan mata juling pada anak, perlu pemeriksaan apakah penyebabnya retinoblastoma atau penyebab lain,” tegas Prof. Rita.

 

 

Mata merah juga menjadi gejala retinoblastoma yang sering dianggap radang biasa, dan hanya diberi obat tetes mata. Orang tua harus waspada jika mata anak merah dan tidak kunjung sembuh dengan tetes mata. Apalagi jika disertai juling atau manik putih di mana, anak mengeluhkan pandangan buram, dan mata berpendar saat malam hari.  Menurut Prof. Rita, salah diagnosis ini kerap terjadi selama pemeriksaan di mantri atau dokter umum.

 

Baca juga: Kenali Tanda-tanda Mata Juling pada Anak dan Cara Mengatasinya

  

Terapi untuk Retinoblastoma

Tujuan terapi retinoblastoma adalah untuk membuat anak hidup tanpa kanker, menyelamatkan bola mata anak, atau mempertahankan fungsi penglihatan anak. Pengobatan dilakukan dengan operasi, kemoterapi, dan radiasi, tergantung stadium penyakitnya.

 

Menurut Prof. Rita, pada stadium awal dokter tidak perlu mengangkat bola mata, hanya mematikan sel-sel kanker di dalam bola mata. Jika kanker sudah lanjut maka dilakukan pengangkatan bola mata dilanjutkan kemoterapi dan radiasi.

 

Sayangnya, tambah Prof. Rita, banyak orang tua menolak terapi yang dianjurkan dokter. Misalnya ada ketakutan jika bola mata diangkat akan menyebabkan kecacatan. Padahal, setelah terapi bisa dipasangkan bola mata palsu (protesa) yang bisa bergerak-gerak bola matanya.

 

“Mereka memilih terapi alternatif, dan ketika tidak berhasil, datang lagi ke dokter dengan kondisi lebih parah di mana bola mata sudah menonjol di mana terapinya lebih sulit dilakukan,” jelas Prof. Rita.

 

Jadi bagi Mums, segera bawa anak ke dokter mata jika ditemukan bintik putih di mata dan gejala-gejala retinoblastoma lainnya.

 

Baca juga: 5 Masalah Kesehatan Mata yang Sering Terjadi Pada Anak