Belum lama ini viral di media sosial, seorang yang menyebutkan bahwa COVID-19 itu tidak ada, dan kematian pada pasien Covid itu adalah akibat interaksi obat. Sontak hal itu menimbulkan pertanyaan dan keresahan masyarakat, karena hal itu bertentangan dengan fakta-fakta tentang wabah Covid-19.

 

Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt., Guru Besar Farmasi UGM, melalui siaran pers yang diterima Guesehat, 11 Juli 2021 menjelaskan apa itu interaksi obat dan apakah benar bisa menyebabkan kematian?

 

Baca juga: Penjelasan Mengapa Saturasi Oksigen Pasien COVID-19 Turun


Apa itu Interaksi Obat?

Interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien. Interaksi ini dapat memperkuat efek obat lain (bersifat sinergis atau aditif), atau justru mengurangi efek obat lain (antagonis), atau meningkatkan efek yang tidak diinginkan dari obat yang digunakan.

 

Karena itu, sebenarnya interaksi ini tidak semuanya berkonotasi berbahaya, ada yang menguntungkan, ada yang merugikan. Jadi tidak bisa digeneralisasi, dan harus dikaji secara individual.



Kapan interaksi obat dapat menguntungkan?

Banyak kondisi penyakit yang membutuhkan lebih dari satu macam obat untuk terapinya, apalagi jika pasien memiliki penyakit lebih dari satu (komorbid). Bahkan satu penyakitpun bisa membutuhkan lebih dari satu obat. Contohnya hipertensi.

 

Pada kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat tunggal, dapat ditambahkan obat antihipertensi yang lain, bahkan bisa kombinasi 2 atau 3 obat antihipertensi. Dalam kasus ini, memang pemilihan obat yang akan dikombinasikan harus tepat, yaitu yang memiliki mekanisme kerja berbeda, sehingga ibarat menangkap pencuri, dia bisa dihadang dari berbagai penjuru.

 

Dalam hal ini, obat tersebut dapat dikatakan berinteraksi, tetapi interaksi ini adalah interaksi yang menguntungkan, karena bersifat sinergis dalam menurunkan tekanan darah. Memang tetap harus diperhatikan terkait dengan risiko efek samping, karena semakin banyak obat tentu risikonya bisa meningkat.


Bagaimana dengan terapi Covid-19? Covid-19 memang penyakit yang unik di mana kondisi satu pasien dengan yang lain dapat sangat bervariasi. Pada Covid-19 yang bergejala sedang sampai berat misalnya, maka dapat terjadi peradangan paru, gangguan pembekuan darah, gangguan pencernaan, dan lain-lain.

 

Karena itu, sangat mungkin diperlukan beberapa macam obat untuk mengatasi berbagai gangguan tersebut, di samping obat antivirus dan vitamin-vitamin.

 

Justru jika tidak mendapatkan obat yang sesuai, dapat memperburuk kondisi dan menyebabkan kematian. Dalam hal ini, dokter tentu akan mempertimbangkan manfaat dan risikonya dan memilihkan obat yang terbaik untuk pasiennya. Tidak ada dokter yang ingin pasiennya meninggal dengan obat-obat yang diberikannya.



Kapan interaksi obat dapat merugikan?

Interaksi obat dapat merugikan jika adanya suatu obat dapat menyebabkan berkurangnya efek obat lain yang digunakan bersama. Atau bisa juga jika ada obat yang memiliki risiko efek samping yang sama dengan obat lain yang digunakan bersama, maka akan makin meningkatkan risiko total efek sampingnya.

 

Jika efek samping tersebut membahayakan, tentu hasil akhirnya akan membahayakan. Seperti contohnya obat azitromisin dan hidroksiklorokuin yang dulu digunakan untuk terapi Covid-19, atau azitromisin dengan levofloksasin, mereka sama-sama memiliki efek samping mengganggu irama jantung. Jika digunakan bersama maka bisa terjadi efek samping total yang membahayakan.


Selain itu, interaksi obat dapat meningkatkan efek terapi obat lain. Pada tingkat tertentu, peningkatan efek terapi suatu obat akibat adanya obat lain dapat menguntungkan, tetapi juga dapat berbahaya jika efek tersebut menjadi berlebihan. Misalnya efek penurunan kadar gula darah yang berlebihan akibat penggunaan insulin dan obat diabetes oral, bisa menjadi berbahaya.

 

Baca juga: Jika Anak Terinfeksi COVID-19, Berikut Panduan Isolasi Mandiri untuk Anak dari IDAI



Bagaimana Menghindari Interaksi Obat?

Kadangkala dalam terapi tidak bisa dihindarkan untuk menggunakan kombinasi obat, bahkan bisa lebih dari 5 macam obat. Untuk itu, perlu dipilih obat yang paling kecil risiko interaksinya. Banyak buku-buku teks tentang Interaksi obat yang dapat digunakan sebagai panduan dalam memilih obat yang akan dikombinasikan untuk meminimalkan interaksi obat.

 

Faktanya, tidak semua obat yang digunakan bersama itu aman-aman saja untuk dikombinasikan atau digunakan bersama. Interaksi obat dapat dihindarkan dengan memahami mekanisme interaksinya. Kamu bisa membaca di kemasan obat, atau bertanya pada apoteker atau dokter saat akan mengonsumsi dua obat atau lebih. 



Interaksi Obat Tidak Semudah Itu Menyebabkan Kematian

Jadi, interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian. Jika ada penggunaan obat yang diduga akan berinteraksi secara klinis, maka pemantauan hasil terapi perlu ditingkatkan. Sehingga, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akibat interaksi obat, dapat segera dilakukan tindakan yang diperlukan, misal menghentikan atau mengganti obatnya.

 

Dan hal ini menunjukkan juga perlunya kerjasama antar tenaga kesehatan dalam memberikan terapi kepada pasien (dokter, perawat, apoteker, dll) sehingga dapat memantau terapi dengan lebih cermat, sehingga tidak berdampak membahayakan bagi pasien.

 

Jadi, jika ada yang menyebutkan bahwa kematian pasien Covid-19 adalah semata-mata akibat interaksi obat, maka pernyataan itu tidak berdasar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

 

Baca juga: Tak Perlu Pilih-pilih Vaksin Covid-19! Kata Ahli, Semuanya Aman