Kehamilan merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan setiap wanita. Selama sembilan bulan ini, tubuh wanita mengalami banyak perubahan. Tak jarang perubahan ini menyebabkan berbagai masalah atau keluhan.

 

Di antara perubahan tersebut, ada kemungkinan penglihatan ikut terpengaruh. Miopia, atau kita mengenalnya dengan mata minus, adalah salah satu komplikasi yang mungkin terjadi akibat perubahan hormonal selama kehamilan.

 

Bagi Mums yang sudah memiliki miopia, ada kemungkinan mengalami perburukan miopia. Kacamata dengan lensa minus pun terpaksa ditambah ketebalannya. Namun, tidak perlu khawatir, mengingat kondisi ini bisa bersifat sementara. Penglihatan akan kembali normal ke keadaan aslinya setelah persalinan.

 

Baca juga: Persalinan Normal pada Ibu Hamil Bermata Minus Menyebabkan Kebutaan?

 

Apa itu Miopia pada Kehamilan?

Penglihatan ini adalah salah satu fungsi tubuh yang harus dipertahakan tetap sehat. Hal ini karena 83% informasi yang diproses di otak itu berasal dari penglihatan. Sayangnya, banyak orang mengalami gangguan penglihatan, mulai dari yang ringan sampai yang berat, bahkan hingga kehilangan penglihatan.

 

Khusus untuk miopia, jumlah penderitanya di seluruh dunia terus meningkat. Saat ini diperkirakan 30% penduduk dunia memiliki miopia. “Angkanya meningkat drastis sejak pendemi, di mana banyak orang yang menghabiskan waktu di depan layar elektronik selama work from home,” ujar dr. Damara Andalia, SpM, Wakil Ketua Layanan Myopia Control Care dari Jakarta Eye Center, dalam sesi webinar, 23 Februari 2021.

 

Meskipun bukan faktor risiko langsung, namun kehamilan bisa memicu hadirnya miopia. “Saat hamil terjadi perubahan hormon yang memengaruhi seluruh fungsi tubuh, salah satunya di mata. Kehamilan bisa memperpanjang bola mata sehingga memengaruhi penglihatan,” jelas dr. Damara.

 

Menurut beberapa penelitian, beberapa wanita hamil mungkin mengalami pergeseran miopik selama kehamilan. Kemungkinan penyebabnya karena terjadi perubahan ketebalan kornea atau kelengkungan lensa. Selain itu, kehamilan juga dapat menyebabkan intoleransi lensa kontak karena masalah mata kering yang disebabkan oleh terganggunya sel asinar lakrimal. Dalam kasus-kasus seperti ini, kacamata bisa menjadi solusi sementara selama kehamilan.

 

Perubahan pada kondisi mata ini biasanya hilang pascapersalinan. Dr. Damara menegaskan, sebaiknya ibu hamil tidak melakukan tindakan untuk mengoreksi penglihatan selama hamil. “Tindakan pada mata sebaiknya dilakukan usai persalinan,” ujarnya.

 

Jika miopa tetap bertahan usai persalinan, ada beberapa pilihan terapi yang bisa dipilih Mums. “Pasien miopia mempunyai beragam pilihan penanganan untuk mengatasi kondisinya. Tentunya, pilihan penanganan didasarkan pada level miopia serta didahului dengan pemeriksaan yang mendalam,” ujarnya.

 

Pilihan pertama adalah penggunaan lensa kontak khusus Ortho-K yang dikenakan pada malam hari untuk membantu pasien terbebas dari penggunaan kacamata selama aktivitas keesokan harinya. Pilihan selanjutnya adalah LASIK, untuk menipiskan kornea mata sehingga mengurangi derajat miopia. “Tapi, LASIK hanya disarankan jika minus tinggi dan pasien berusia di atas 18 tahun, “ tambah dr. Damara.

 

Untuk ibu hamil dan menyusui, opsi lensa kontak dengan orto K adalah yang terbaik, karena ini adalah metode non invasif dan lebih praktis.

 

Baca juga: Prosedur Ortho-K, Mengoreksi Mata Minus dan Silinder Tanpa Tindakan Bedah

 

Punya Miopia Bolehkah Melahirkan Normal?

Ini adalah pertanyaan paling sering diajukan ibu hamil dengan mata minus. Dulu, baik dokter kandungan maupun dokter mata berpendapat bahwa bahwa miopia (terutama miopia tinggi) adalah kontraindikasi untuk persalinan normal. Alasannya, ada risiko ablasi retina atau lepasnya retina yang bisa menyebabkan kebutaan.

 

Namun saat ini ada rekomendasi bahwa semua ibu hamil dengan mata minus harus melakukan cek terlebih dahulu ke dokter mata, untuk melihat kondisi retinanya. Setelah itu baru diputuskan apakah Mums bisa melahirkan normal atau harus dengan operasi caesar.

 

Ketua Layanan Myopia Control Care di Jakarta Eye Center, dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), menjelaskan, keputusan metode parsalinan ditentukan dari kondisi retina. “Kalaupun ibu hamil memiliki miopia atau minus tinggi, namun tidak ditemukan tanda-tanda spesifik risiko retina lepas, maka tidak dilarang untuk melahirkan normal. Sebaliknya, jika ada titik lemah di retina, tidak disarankan melahirkan normal. Karena saat mengejan ada peregangan atau perubahan tekanan bola mata dan memicu retina lepas,” tambahnya.

 

Penelitian juga mematahkan mitos bahwa ibu hamil dengan mata minus harus melahirkan secara caesar. Data dari sebuah penelitian yang pernah dilakukan pada kelompok wanita dengan -4,5 hingga -15,0 dioptri, yang memiliki riwayat robekan atau detasemen yang sudah dipulihkan dengan laser atau pembedahan, ternyata tetap aman setelah persalinan normal. Tidak ditemukan kemunduran atau masalah lama yang muncul kembali setelah kelahiran normal.

 

Baca juga: Mengobati Mata Minus, Plus, dan Silinder dengan Operasi LASIK

 

 

Referensi:

Webinar Jakarta Eye Center tanggal 23 Februari 2021

Eyeclinic.com.gr. Eyesight and Pregnancy

Myopiaprofile.com. Does Pregnancy Influence Myopia?

Ncbi.nlm.nih.gov. Delivery in Myopic Women