“Semangat dan Senang Hidup Tanpa Narkoba” “Satu yang tak bisa lepas, percayalah hanya kau yang mampu mencuri…” -Reza Artamevia-

Sepenggal lirik lagu yang dilantunkan oleh Reza Artamevia, penyanyi yang amat sangat terkenal di akhir 90-an hingga 2000-an. Saya teringat semasa kecil, pertama kali mendengar single pertamanya yang kebetulan berjudul ‘Pertama’ membuat hati kanak-kanak saya langsung menyukainya, dan hingga saat ini sosok Reza adalah penyanyi yang memiliki kualitas suara cukup unik dan prima. Saya ingat lagu-lagu Reza menjadi top list yang kerap saya nyanyikan saat berkaraoke, maupun menemani waktu-waktu hening saya saat mengerjakan tugas kuliah dan bekerja mengejar deadline di kantor. Selain kualitas suara, Reza adalah sosok penyanyi wanita yang memiliki penampilan cantik dan selalu memesona.

Sayangnya…….

Tetapi sejak kemunculannya di dunia infotainment karena terjerat kasus penggunaan narkoba belakangan ini, membuat hati saya cukup bertanya “Mengapa seorang diva sekelas Reza yang kerap memberikan image positif, kini dalam sekejap seperti menunggu kehancuran dirinya?” Jujur saja, kasus narkoba Reza Artamevia menjadi topik yang hangat dibicarakan saat saya melakukan brainstorming bersama rekan kerja di kantor mengenai personal branding. Saya sempat berujar tentang ketidakpercayaan mengenai kasus penggunaan narkoba yang sedang melibat mantan istri Alm. Adjie Masaid tersebut. Namun seorang rekan kerja saya mengeluarkan opininya, “Chris, nyabu ngebong mah udah jadi konsumsi wajar kali dikalangan selebriti. Apalagi untuk kerja, mereka kalau gak pake begituan, ya gak kenceng lah tampil. Itu bikin badan semangat dan happy tau.” Well, dua point yang saya tangkap dari perbincangan bersama rekan kerja di kantor saat itu adalah “Semangat dan Senang” tapi apakah harus dengan narkoba? Sebenarnya konsumsi obat-obat terlarang dan illegal seperti penenang dosis tinggi sering saya temui pada beberapa rekan kerja ketika saya berkerja di media. Beberapa dari mereka saat saya investigasi mengenai alasan menggunakan obat-obatan tersebut berpendapat bahwa dengan mengonsumsinya mereka kerap bekerja lebih semangat, masalah berat jadi lebih ringan dirasa hingga membantu mereka untuk tidur dan tidak jarang mereka menyebut “You only live once, enjoy your life deh Chris”. Okay, hingga detik ini saya pun belum mengerti dan menerima alasan “lebih semangat, lebih senang dan mengurangi beban” menjadi dasar untuk seseorang mengonsumsi narkoba atau obat penenang illegal. Saya memang pernah coba mengonsumsi salah satu obat tidur legal yang dijual di Indonesia. Ketika itu kuliah semester akhir, sedang dikejar deadline skripsi, entah karena stress dan merasa tidak mampu mengerjakan skripsi dengan baik maka saya sering mengalami insomnia. Saat itu pengetahuan saya sangat minim mengenai efek samping obat tidur, maka tanpa piker panjang saya mengonsumsinya secara rutin. Namun yang terjadi, karena saya tersugesti tentang efek obat tersebut, akhirnya saya menambah dosisnya. Sebelumnya mengonsumsi satu, kemudian menjadi dua dan menjadi tiga. Hal itu saya lakukan hampir tiap malam. Sampai suatuketika tanpa disadari saya merasa tubuh menjadi mudah lemas, berkeringat lebih, hingga sangat mudah lemah. Satu yang tidak bisa dimungkiri adalah ketergantungan obat tidur membuat saya menjadi pribadi yang lebih tertutup, dan sulit mengontrol emosi. Hingga saya memutuskan untuk berhenti setelah hampir sebulan mengonsumsinya. Membaca situasi di atas, kesimpulan saya saat ini adalah penggunaan obat penenang legal pada diri saya saja membawa beberapa tingkah dan efek yang cukup negatif, menurut saya. Mungkin bisa anda bayangkan bagaimana efek samping yang terjadi pada orang-orang yang menggunakan obat penenang ilegal bahkan narkoba.

Sehat dan Senang Tanpa Narkoba

Tanpa bermaksud menggurui, saya kerap berpikir bahwa “Semesta telah menyiapkan segala sesuatu untuk membantu kita menylesaikan masalah.” Sesederhana ketika anda haus kemudian merasa lemas dan sedikit pusing tindakan pertama yang dilakukan adalah minum air putih dan menunggu beberapa saat sampai cairan diserap tubuh, tidak malah buru-buru mengonsumsi obat sakit kepala, bukan? Lalu bagaimana penggunaan narkoba atau obat penenang ilegal yang kerap dikonsumsi dengan tujuan “lebih semangat dan lebih senang”? Saya ingin mengajak anda untuk tidak pernah mencobanya, rasa penasaran pun jangan dikembangkan menjadi rasa ingin tahu lalu mencoba. Biarkan tubuh menikmati caranya bekerja secara natural. Banyak sekali cara agar tubuh anda menjadi rileks untuk mencapai titip semangat tertentu sehingga lebih senang dan ceria saat mengerjakan bahkan menghadapi masalah sekali pun. Saya pernah menulis di artikel ini saat saya menghadapi masalah kesehatan akibat kegemukan, menyadari betul hal tersebut maka saya memutuskan untuk berolahraga teratur. Hasilnya, kini hidup terasa lebih sehat dan bugar, pikiran lebih positif, lebih semangat rasanya. Begitu juga saat menghadapi masalah di kantor, jika ternyata beban kerja membuat penat, rekan kerja kerap menjengkelkan, jalan keluar yang saya lakukan adalah mengambil cuti sejenak, mencari kegiatan positif yang menyenangkan seperti nonton ke bioskop, liburan ke luar kota hingga karaoke. Tidak jarang juga ketika saya sedang menghadapi pergumulan hidup yang cukup pelik saya justru berusaha tenang sambil lari malam hingga melakukan yoga untuk mengasah otak agar dapat berpikir lebih jernih dalam mencari solusi. Intinya “Shortcut would never work”, andalkan sesuatu yang lebih aman dan nyaman dilakukan.