Air ketuban atau cairan amnion adalah cairan putih kekuningan yang berada di dalam kantong amnion sekitar 12 hari setelah sel telur dibuahi. Air ketuban menyelubungi janin yang terus tumbuh di dalam rahim. Air ketuban memiliki banyak fungsi dan sangat penting bagi perkembangan janin. Jika jumlah air ketuban di dalam rahim terlalu sedikit atau terlalu banyak, komplikasi bisa terjadi.

 

Sebagai ibu yang sedang mengandung, Mums perlu mengetahui fakta-fakta tentang air ketuban. Selain mengetahui tentang kondisi-kondisi air ketuban tidak normal, Mums juga perlu tahu tentang fungsi-fungsinya. Berikut penjelasannya!

 

Baca juga: Ibu Hamil, Waspada dan Antisipasi Ketuban Pecah Dini!

 

Apa Itu Air Ketuban?

Ketika bayi berada di dalam kandungan, ia berada di dalam kantong amnion. Kantong amnion dibentuk oleh 2 membran, yakni amnion dan korion. Di dalam kantong amnion, janin akan dikelilingi oleh air ketuban selama ia tumbuh dan berkembang sampai dilahirkan.

 

Sebenarnya, air ketuban adalah cairan yang diproduksi oleh tubuh ibu. Namun seiring waktu, air ketuban akan tercampur dengan urine janin. Pergantian cairan tersebut biasanya terjadi ketika kehamilan memasuki usia 20 minggu. Air ketuban juga mengandung komponen-komponen penting, seperti nutrisi, hormon-hormon, dan antibodi yang bisa melawan infeksi.

 

Jika air ketuban berwarna hijau atau cokelat, hal tersebut mengindikasikan bahwa bayi di dalam kandungan sudah mengeluarkan mekonium (feses pertama bayi) sebelum ia lahir. Ini bisa menyebabkan sindrom meconium aspirasi, kondisi di mana mekonium masuk ke paru-paru bayi.

 

Baca juga: Kenali Tanda Anemia pada Ibu Hamil

 

Fungsi-Fungsi Air Ketuban

Adanya air ketuban bukan tanpa alasan. Cairan ini memiliki banyak fungsi, seperti:

  • Melindungi janin: Air ketuban mengelilingi, membantali, dan melindungi bayi dari tekanan yang berasal dari luar.
  • Mengontrol suhu di dalam rahim: Air ketuban juga melindungi bayi dengan cara menjaga suhu di dalam kandungan tetap hangat.
  • Mengontrol infeksi: Air ketuban atau cairan amnion mengandung antibodi, yang bisa melawan dan melindungi bayi dari infeksi.
  • Membantu perkembangan sistem pernapasan dan pencernaan: Dengan menghirup dan menelan air ketuban, bayi berlatih menggunakan otot-otot sistem pernapasan dan pencernaannya.
  • Membantu perkembangan otot dan tulang: Karena bayi mengapung atau mengambang di dalam kantong amnion, ia memiliki kebebasan untuk bergerak. Hal tersebut memberikan kesempatan pada otot dan tulang bayi untuk tumbuh dengan optimal.
  • Lubrikasi: Air ketuban mencegah beberapa bagian tubuh bayi, seperti jari tangan dan kaki untuk saling menempel. Pada kondisi di mana air ketuban terlalu sedikit, bayi sering kali lahir dengan kedaan jari tangan dan kaki saling menempel.
  • Menopang tali pusar: Air ketuban di dalam rahim mencegah tali pusar tertekan. Tali pusar sendiri memiliki fungsi mentransfer makanan dan oksigen dari plasenta ke janin.

 

Pada kondisi normal, kadar air ketuban berada di titik tertinggi pada kehamilan usia 34-36 minggu. Pada saat itu, rata-rata jumlah air ketuban mencapai 800 ml. Kadar cairan tersebut akan menurun hingga sekitar 600 ml ketika mendekati kelahiran atau ketika kehamilan memasuki usia 40 minggu.

 

Ketika air ketuban pecah, itu berarti kantong amnion Mums robek. Ketika kantong amnion robek, air ketuban pun akan keluar lewat serviks dan vagina. Ini bisa menandakan kalau Mums sudah siap dan akan segera melahirkan.

 

Pada beberapa kasus, ada kondisi-kondisi di mana ibu hamil memiliki air ketuban yang terlalu sedikit atau terlalu banyak. Kondisi air ketuban yang terlalu sedikit disebut dengan istilah oligohidramnion. Sementara polihidramnion atau hidramnion adalah kondisi ketika air ketuban terlalu banyak.

 

Baca juga: Senam Hamil untuk Janin yang Sehat

 

Air ketuban sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Mums harus rajin memeriksakan kandungan ke dokter untuk memastikan air ketuban masih dalam batas normal. (GS/AS)