Selama di dalam rahim, janin dikelilingi oleh cairan ketuban. Tak hanya sebagai “perisai pelindung”, air ketuban juga ikut berperan untuk pertumbuhan janin. Namun gawatnya, air ketuban bisa saja berkurang tanpa Mums sadari karena merembes sedikit demi sedikit. Sebelum itu terjadi, yuk kenali ciri-cirinya.

 

Air Ketuban, Sang Pelindung Janin

Dalam setiap pemeriksaan dokter menggunakan alat USG, jumlah dan kualitas air ketuban tak pernah terlewat untuk diperiksa. Dokter akan mengukur jumlah cairan di sekitar janin dengan metode maximum vertical pocket (MVP). Normalnya, tinggi air ketuban berada di rentang 2-8 cm. Jika hasil pengukuran ternyata di bawah 2 cm, artinya jumlah air ketuban tergolong sedikit (oligohidramnion). 

 

Selanjutnya, memasuki usia kehamilan di atas 24 minggu, pengukuran air ketuban menggunakan indeks cairan ketuban atau amniotic fluid index (AFI). Sedikit berbeda dengan MVP yang mengukur tingkat cairan di area terdalam, AFI memeriksa kedalaman cairan di empat area rahim. Indeks air ketuban yang normal berkisar antara 5-25 cm. Jika hasilnya di bawah 5, artinya air ketuban bayi di dalam kandungan sangat sedikit.

 

Memasuki trimester tiga dan mendekati persalinan, jumlah ideal air ketuban adalah sekitar satu liter pada usia kehamilan 36 minggu. Dari 36 minggu dan seterusnya, level cairan otomatis berkurang hingga akhirnya nanti pecah yang menandakan persalinan siap dilakukan. 

 

Lalu dari mana air ketuban berasal? Pada minggu-minggu awal kehamilan, cairan ketuban sebagian besar berasal dari tubuh Mums. Baru ketika kehamilan menginjak usia 20 minggu, air ketuban merupakan air seni janin. 

 

Terdengar menjijikkan? Hehe, bukan Mums saja kok, yang merasa seperti itu. Namun, itulah kehebatan Yang Maha Kuasa sudah merancang kehamilan dengan sempurna, sehingga air ketuban yang merupakan air seni, nyatanya mengandung nutrisi, hormon, dan antibodi untuk melawan infeksi.

 

Baca juga: Stres dan Trauma Pasca-Melahirkan Bisa Juga Dialami Suami 

 

Jika dijabarkan, ragam manfaat air ketuban untuk janin adalah sebagai berikut:

1. Melindungi janin ketika terjadi benturan atau tekanan.

2. Menjaga suhu bayi agar tetap hangat.

3. Mencegah infeksi karena mengandung antibodi.

4. Membantu pertumbuhan paru-paru janin karena janin bernapas dalam cairan.

5. Membantu sistem pencernaan janin si Kecil “belajar makan” dengan cara menelan air ketuban.

6. Membantu pertumbuhan otot dan tulang janin karena si Kecil aktif bergerak di dalam air ketuban.

7. Menjaga tali pusat (saluran yang membawa makanan dan oksigen dari plasenta ke janin) agar tidak terjepit atau berada di posisi normal.

 

Baca juga: Tips Menjaga Kulit Bayi Tetap Sehat

 

 

Kenali yuk, Ciri-ciri Air Ketuban Merembes

Kantung ketuban yang berisi air ketuban dan janin di dalamnya, serupa seperti balon berisi air. Lubang kecil pun, bisa menyebabkan air ketuban merembes perlahan hingga volume air ketuban kurang. Lho, kok bisa sih, air ketuban merembes tanpa diketahui?

 

Ya, terkadang sulit untuk memastikan mengatakan apakah cairan yang keluar dari vagina adalah air ketuban. Pasalnya, air ketuban berwarna bening, tidak berbau, dan tidak kentara di pakaian dalam. Berbeda dengan urine yang berwarna dan berbau khas.

 

Walau begitu, ada ciri khas untuk mengenali air ketuban merembes yang bisa Mums rasakan, yaitu: 

1. Terasa ada air hangat mengalir dari vagina yang tidak bisa Mums hentikan alirannya. Berbeda dengan urine yang bisa Mums tahan dengan menggerakkan otot panggul bawah.

2. Cairan yang keluar berwarna bening.

3. Cairan tidak berbau pesing layaknya urine, atau berbau mineral seperti air mani.

 

Untuk memastikannya, cobalah buang air kecil hingga tuntas dan gunakan pantyliner untuk melihat apakah masih ada cairan yang keluar selama beberapa jam ke depan. Jika pantyliner atau pakaian dalam terus terasa basah, namun tidak berbau dan berwarna, bisa dipastikan itu adalah air ketuban yang merembes.

 

Jika hal ini terjadi. Tak ada cara terbaik lain yang bisa Mums lakukan selain segera ke dokter kandungan. Jangan menunda dengan alasan apa pun karena ada berisiko serius untuk Mums dan janin. Hindari pula untuk berhubungan intim atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina karena meningkatkan risiko infeksi.

 

Merembesnya air ketuban hingga menyebabkan jumlah air ketuban berkurang dapat menyebabkan komplikasi. Di trimester pertama, kurangnya air ketuban dapat menyebabkan cacat janin, keguguran, persalinan prematur, dan kematian janin. Sementara jika berlangsung di trimester ketiga, kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan selama persalinan akibat tali pusat yang tertekan dan mengurangi aliran oksigen ke janin, peningkatan risiko kelahiran Caesar, dan pertumbuhan janin melambat.

 

Baca juga: Bercinta di Depan Bayi, Haruskah Merasa Bersalah?

 

Sumber:

Medical News Today. Signs of Leaking Amniotic Fluid.

Baby List. Amniotic Fluid.

Healthline. Leaking Amniotic Fluid.