Perkembangan otak, emosi dan intelektual anak berkembang pesat di usia satu tahun ke atas. Maka penting bagi orang tua untuk mengasah kebesaran hati si Kecil sejak dini agar mereka tumbuh dengan melihat permasalahan dari hatinya.

 

Roslina Verauli, Mpsi, psikolog anak dan keluarga menjelaskan, kebesaran hati atau empati saja tidak cukup, namun dibutuhkan aksi sosial. “Mums harus bisa mengembangkan empati anak dan kemudian mendorongnya menjadi aksi yang hebat,” ujarnya dalam acara kegiatan Bebelac Ramadan Campaign, tentang Mengasah Kebesaran Hati si Kecil Seiring Perkembangan Pola Pikirnya, di Jakarta, 14 Mei 2019.

 

Bagaimana cara mengembangkan empati anak melalui berbagai pendekatan, termasuk nutrisi?

 

Baca juga: Nola AB Three Ajarkan Anak Berbagi Cinta



Mengembangkan Empati Anak

Empati atau rasa peduli, menurut Verauli, berkembang secara bertahap mengikuti perkembangan pola pikir anak. Tetapi sebenarnya empati ini sudah muncul sejak bayi. “Secara alamiah bayi punya refleks empati. Contohnya ketika mendengar satu bayi menangis, dia ikutan menangis. Biasanya ini dialami oleh bayi di bawah usia 1 tahun,” jelasnya.

 

Namun empati di bawah usia 1 tahun ini belum bisa ditindaklanjuti. Tetapi tidak ada salahnya Mums mulai mengasah rasa peduli. Hal ini dapat dilakukan orang tua sejak dini sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dengan stimulasi yang bervariasi.

 

Stimulasi yang diberikan tentu berbeda sesuai tahapan usia anak. Dimulai pada usia 1-2 tahun, 3-4 tahun, 5-6 tahun, hingga usia 7 tahun ke atas.

 

“Pada usia 3-4 tahun, misalnya, ajak anak untuk membantu atau menolong orang lain, atau saat anak berusia 5-6 tahun, libatkan si Kecil dalam ‘emotional talk’ di mana mereka bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan dan berikan pujian dan penghargaan untuk setiap hal baik yang mereka lakukan.” tambah Verauli.

 

Baca juga: Ingin si Kecil Tangguh dan Miliki Karakter Kuat? Lakukan ini Mums!

 

Tiga Faktor yang Memengaruhi Kecerdasan Emosi

Untuk mengembangkan empati anak agar terasah sejak dini, dibutuhkan tiga faktor utama, yaitu nutrisi yang tepat, kecerdasan emosional, dan kesempatan.

 

“Kecerdasan berpikir ini butuh nutrisi yang tepat. Nutrisi seimbang dibutuhkan agar anak-anak tumbuh optimal. Tapi ada juga namanya nutrisi spesifik karena spesifik dibutuhkan organ tertentu,” jelas Prof.Dr.dr Saptawati Bardosono,Msc, Guru Besar Ilmu Gizi dari FKUI/RSCM Jakarta.

 

Misalnya nutrisi yang spesifik untuk perkembangan fungsi otak, mulai dari kemampuan otak mengontrol kecerdasan intelektual, sosial dan emosional. Karena tugas otak banyak, maka dia butuh nutrisi yang spesifik.



Selain otak, faktor penting dalam mengambangkan empati anak adalah nutrisi yang mendukung kesehatan saluran cerna. “Saluran cerna ini menjadi kunci untuk penyerapan nutrisi yang optimal. Saluran cerna adalah otak kedua kita. Karena sering kali apa yang kita rasa bereaksi lebih dulu dibanding apa yang kita pikir,” tambah Bardosono.

Otak dan saluran cerna butuh nutrisi spesifik. Nutrisi spesifik untuk otak adalah asam lemak, yaitu AHA dan DHA untuk perkembangan serabut-serabut saraf di otak agar cepat mengolah informasi.

Sedangkan nutrisi spesifik yang dibutuhkan saluran cerna adalah Vitamin A dan D, mineral besi dan seng serta serat dan prebiotik. Prebiotik adalah bakteri baik untuk usus.

“Makanan anak yang semakin beragam dengan nutrisi yang seimbang dan dilengkapi dengan nutrisi spesifik akan membuat otak tak hanya berkembang optimal, tapi juga membuat mikrobiota usus menjaga usus tetap sehat,” tegas Bardosono.

 

Baca juga: 6 Kesalahan Umum saat Menangani Gangguan Pencernaan pada Si Kecil

 

Emosi Dipengaruhi Kesehatan Saluran Cerna

Menjaga kesehatan saluran cerna tidak hanya menjadi kunci dari kesehatan tubuh, namun ikut memengaruhi emosi seseorang. Dalam saluran pencernaan manusia, ada sekitar 60-70 persen sel imun dan 100 triliyun bakteri mikrobiota.

 


“Kenapa semua emosi diatur oleh perut (saluran cerna)? Karena apa yang terjadi di usus akan dilaporkan oleh otak. Begitu mendengar laporan yang baik-baik, otak akan mengirimkan respon. Ini disebut gut brain crosstalk. Jadi kenapa saluran cerna harus terjaga, semata-mata agar kemampuan emosinya juga terjaga,” ungkap Bardosono.



Mikrobiota berperan pada perkembangan otak terutama dalam perkembangan sinaps. Pada saat bayi, mikrobiota dalam usus belum terlalu berkembang. Namun, semakin ia tumbuh dengan stimulasi dan nutrisi yang optimal maka sinaps sarafnya berkembang sangat kompleks.

 

Jadi mumpung sekarang bulan Ramadan, lakukan stimulasi emosi anak dengan mengajaknya berempati dan beraksi mewujudkannya. Mums bisa ajak si Kecil beramal, atau membagikan makanan pada yang kurang mampu. Jangan lupa penuhi kebutuhan nutrisi anak yang menyehatkan saluran pencernaannya ya!

 

Baca juga: Mums, Ajarkan si Kecil Mengelola Emosi dengan Melukis

 

 

 

Sumber:

Peluncuran Bebelac Ramadan Campaign, "Mengasah Kebesaran Hati si Kecil Seiring Perkembangan Pola Pikirnya", di Jakarta, 14 Mei 2019.