Beredar kabar yang menyatakan bahwa sejumlah game di perangkat elektronik dinyatakan berbahaya bagi perkembangan anak. Pasalnya, sejumlah game tersebut mengandung unsur kekerasan yang diduga dapat memengaruhi kepribadian anak untuk melakukan kekerasan hingga kehilangan empati. Namun, apakah benar jika game tersebut berbahaya bagi anak-anak? Simak penjelasannya berikut.

 

Baca juga: Kids Zaman Now: Tips Jaga Kesehatan Mata bagi Pengguna Gadget

 

Game Berbahaya untuk Anak? Hoaks atau Fakta?

Anak-anak dan permainan memang dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Jika anak-anak kelahiran tahun 90-an ke belakang lebih banyak menghabiskan waktu dengan permainan di luar ruangan, berbeda dengan anak-anak generasi Z saat ini.

 

Anak-anak generasi Z sendiri merupakan mereka yang terlahir antara tahun 1994 hingga tahun 2009. Pada periode ini, tentu tekonologi sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Enggak heran kalau anak-anak kelahiran tahun ini sudah begitu akrab dengan teknologi ataupun gadget.

 

Tak hanya sekadar akrab, anak-anak generasi Z juga terbilang sudah mahir menggunakan gadget, termasuk menggunakan fasilitas permainan seperti video games di perangkat elektronik mereka.

 

Namun, beberapa waktu belakangan, sempat beredar kabar yang mengungkapkan bahwa sejumlah game di perangkat tersebut justru memberikan pengaruh yang buruk pada anak. Ini diduga karena muatan konten kekerasan dalam game yang bisa membuat anak lebih mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati.

 

Berikut bunyi pesan yang sempat beredar:

 

Mohon bisa diteruskan ke para Ortu:
(Dari Dir.Dik)

Bapak Ibu Yth.

Untuk kita tahu bersama:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui kanal Sahabat Keluarga-nya mengeluarkan daftar 16 game yg dianggap berbahaya bagi anak.
Yaitu:

1.World of Warcraft
2. Call of Duty
3.Point Blank
4.Cross Fire
5.War Rock
6.Counter Strike
7.Mortal Kombat
8.Future Cop
9.Carmageddon
10.Shelshock
11.Raising Force
12.Atlantica
13.Conflict Vietnam
14.Bully
15.Grand Theft Auto
16. Mobile legend
17. Pub-G

Sebuah penelitian di Iowa State University Amerika Serikat mengungkapkan bhw bermain game yg mengandung unsur kekerasan selama 20 menit dpt menyebabkan seorang anak “mati rasa”.

Anak akan mudah melakukan kekerasan dan kehilangan empati, Tidak bisa menghormati orang tuanya/ kpd orang lain.Tidak bisa fokus belajar, apa lagi yg ada iming2 hadiah game 7 Milyard, sangat mengganggu pikiran anak, tidak pernah bisa tidur malam sd jam 03.00, shgga sulit bangun pagi apalagi subuhan !

#Ayo selamatkan anak dan cucu kita. Dan dampingi Anak Cucu kita dlm bermain game tsb.

 

Dilansir dari Kompas.com yang telah melakukan penelusuran terkait pemberitaan ini, pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melakukan klarifikasi. Kepala Sub Bagian Layanan Informasi Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, Anandes Langguana menegaskan bahwa isu tersebut bukanlah dari Kemendikbud.

 

"Kami dari Kemendikbud tidak (pernah) membuat statement seperti itu. Jadi bisa dikonfirmasikan bahwa informasi itu tidak benar alias palsu," ujar Andes saat dihubungi Kompas.com.

 

Andes juga mengungkapkan bahwa informasi tersebut hanyalah hoaks lama yang telah beredar sejak tahun 2017 dari salah satu akun palsu yang mengatasnamakan Kemendikbud.

 

Baca juga: Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

 

Tak Ada Salahnya Membatasi Waktu Anak Bermain Game

Terlepas dari berita yang bersifat hoaks tersebut, namun tidak ada salahnya juga bagi setiap orang tua untuk membatasi waktu anak dalam bermain game. Dian Ibung, psikolog sekaligus expert editor GueSehat, mengungkapkan bahwa ada beberapa ketentuan dan batas waktu yang direkomendasikan bagi anak saat bermain game di gadgetnya setiap hari.


"Untuk anak usia di bawah 2 tahun sebenarnya tidak disarankan. Lalu, untuk anak berusia 2-5 tahun, diperbolehkan bermain game sekitar 1 jam. Sedangkan, untuk anak yang lebih besar berusia 5-18 tahun, dibatasi hanya sekitar 2 jam," ujar Dian.

 

Dalam pemilihan game yang dimainkan oleh anak-anak pun sebaiknya orang tua melakukan pengawasan. Hindari memberikan game yang belum dipahami oleh mereka. Menurut Dian, artinya jangan berikan game yang mengandung unsur kekerasan, kejahatan (nyata atau terselubung), dan seksual.

 

Pemahaman yang masih kurang terhadap konten-konten tersebut bisa menimbulkan dampak yang buruk pada anak. "Penting untuk memberikan game dengan materi yang tepat sesuai usia dan juga sesuaikan batas waktu penggunaannya. Jangan lupa juga untuk selalu mendampingi anak. Gunanya agar orang tua dapat memberi pemahaman yang tepat terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dimainkan anak." ungkap Dian.

 

Baca juga: Asik Bermain Gadget Picu Kerusakan Saraf

 

Sumber:

"[HOAKS] Kemendikbud Rilis Daftar 16 "Game" yang Berbahaya bagi Anak" - Kompas

Interview dengan Dian Ibung