Erotomania adalah bentuk delusi di mana individu yang mengalami kondisi ini sangat percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta padanya. Khayalan ini bisa terus berkembang meskipun ada bukti yang jelas bahwa orang yang dimaksud sebenarnya tidak menaruh perasaan apa-apa. Erotomania sebenarnya merupakan kondisi yang jarang terjadi, dan lebih sering menyerang wanita daripada pria.

 

Erotomania bisa muncul secara tiba-tiba, dan gejalanya sering kali bertahan lama. Uniknya, objek erotomania biasanya adalah individu dengan status yang lebih tinggi dan tidak dapat diakses atau mungkin memiliki sedikit kontak.

 

Erotomania sering kali dikaitkan dengan gangguan kejiwaan lain, tetapi dapat juga terjadi dengan sendirinya. Untuk mengetahui lebih jauh tentang erotomania, simak baik-baik pembahasannya di sini.

 

Baca juga: Ini Tandanya Kalau Kamu Terlalu Terburu-buru dalam Menjalin Hubungan
 

Apa itu Erotomania?

Saat seseorang mengidap gangguan delusi, individu tersebut mungkin tidak dapat memproses isyarat sosial dengan benar, seperti salah membaca wajah atau bahasa tubuh seseorang. Sehingga, orang tersebut mungkin mengira orang lain diam-diam tertarik padanya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Kondisi ini bisa berkembang, utamanya jika individu menghabiskan banyak waktu sendirian.

 

Kondisi ini lebih berpotensi terjadi pada individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah, untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik. Stres juga bisa memicu erotomania, untuk memicu perasaan aman.

 

1. Gejala erotomania

Gejala utama erotomania adalah keyakinan yang kuat bahwa orang lain jatuh cinta padanya. Perilaku yang terkait dengan erotomania adalah upaya terus-menerus untuk melakukan kontak, seperti menguntit, berkirim pesan, hingga perilaku melecehkan. Lebih buruk lagi, individu dengan erotomania bisa menjadi ancaman bagi objek mereka. Hal ini sering dianggap remeh sebagai faktor risiko saat menilai kondisi.

 

Untuk mendiagnosis erotomania bisa jadi sangat menantang, karena ini adalah kondisi yang langka. Bahkan, terkadang psikiater pun tidak dapat mengenali kasus erotomania saat sedang menjalani praktik.

 

Diagnosis delusi erotomania biasanya dibuat setelah kondisi berikut dipenuhi:

  • Melibatkan peristiwa yang mungkin terjadi, bahkan jika kemungkinannya sangat kecil;
  • Khayalan hanya berlaku untuk masalah yang relevan;
  • Jika suasana hati terganggu atau episode manik juga muncul, durasi periode delusi jadi lebih lama daripada episode suasana hati atau manik;
  • Skizofrenia, gangguan mood, dan intoksikasi harus disingkirkan.

 

Baca Juga: Merasa Insecure saat Menjalani Hubungan? Begini Tips Menyikapinya!

 

2. Individu yang lebih berisiko mengalami erotomania

Erotomania sedikit lebih umum terjadi pada wanita. Tetapi, bukan tidak mungkin pria juga bisa mengalami erotomania. Kondisi ini bisa muncul setelah pubertas, tetapi biasanya terjadi sekitar paruh baya atau lebih.

 

Gen juga mungkin memiliki kaitan dengan erotomania, di mana terdapat riwayat delusi dalam keluarga. Tetapi lingkungan, gaya hidup, dan kesehatan mental secara keseluruhan juga berperan. Ciri-ciri umum penderita erotomania meliputi:

  • Tingkat percaya diri yang rendah;
  • Perasaan ditolak atau kesepian;
  • Isolasi sosial;
  • Kesulitan melihat sudut pandang orang lain;
  • Erotomania mungkin merupakan gejala dari suatu kondisi yang memengaruhi cara berpikir, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, tumor otak, kecanduan narkoba atau alkohol, dan demensia.

 

3. Pengobatan

Mengobati gangguan delusi bisa jadi sulit karena individu dengan kondisi tersebut mungkin tidak mampu untuk melihat bahwa keyakinan mereka tidak berdasar. Relatif sedikit orang yang terkena erotomania akan mencari pengobatan atas kesadaran diri sendiri.

 

Perawatan erotomania harus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang mengalami hal ini. Prioritas harus fokus pada pemeliharaan fungsi sosial, meminimalkan risiko perilaku bermasalah, dan meningkatkan kualitas hidup orang yang terpengaruh.

 

Manajemen erotomania harus fokus pada pengobatan gangguan yang mendasari, termasuk pengobatan, terapi, dan rawat inap. Satu atau semua pendekatan ini dapat diterapkan, tergantung pada individu yang bersangkutan dan penyebab yang mendasarinya.

 

Agar berhasil, terapis juga harus membantu individu untuk mematuhi rencana perawatan yang disepakati dan mendidik mereka tentang gangguan yang mereka alami. Rawat inap mungkin diperlukan jika pengidap erotomania memiliki perilaku yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Untuk memanajemen erotomania, penggunaan media sosial juga perlu diawasi dengan hati-hati.

 

Demikianlah beberapa informasi seputar delusi erotomania. Diagnosis dan pengendalian gejala sangat penting untuk membantu mengatasi kondisi erotomania. Pengobatan erotomania juga sering kali berhasil dan jarang terulang kembali.

 

Baca juga: Fetisisme Seksual, Normal atau Tidak?

 

 

Sumber:

Healthline.com. Symptoms erotomania

WebMD.com. What is erotomania

Medicalnewstoday.com. Erotomania.