Ada saatnya anak akan beranjak dewasa, menyelesaikan pendidikan, memasuki dunia kerja, kemudian menikah, dan meninggalkan rumah. Nah, pada saat inilah orang tua rentan mengalami empty nest syndrome. Apa itu empty nest syndrome dan bagaimana cara membantu orang tua menghadapi kondisi tersebut?

 

Apa Itu Empty Nest Syndrome?

Saat anak mulai dewasa dan meninggalkan rumah, orang tua mungkin merasakan berbagai emosi, seperti sedih, kesepian, hingga kehilangan. Kondisi yang dialami tersebut disebut juga dengan empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong.

 

Empty nest syndrome sebenarnya bukanlah diagnosis klinis. Namun sindrom ini ialah fenomena yang mana orang tua merasa sedih, kehilangan, dan kesepian saat anak mulai dewasa, dan pergi meninggalkan rumah. Meski orang tua sering kali ingin anaknya mandiri, namun melepaskan anaknya tentu membuat orang tua sedih.

 

Jika biasanya ada anak yang meramaikan suasana rumah dan menjadi teman mengobrol, perubahan suasana dan rasa kehilangan sangat lazim dialami oleh orang tua yang merasa kesepian. Orang tua juga mungkin merasa khawatir akan keamanan anak, khawatir anak tidak bisa hidup mandiri, atau punya ketakutan kalau anak akan sulit beradaptasi.

 

Baca juga:Jangan Diabaikan, Ini Gejala Tak Biasa yang Muncul Saat Stres!

 

Apakah Ada Dampaknya?

Pada penelitian sebelumnya, orang tua yang mengalami empty nest syndrome atau sindrom sarang kosong akan merasakan kehilangan yang mendalam. Hal ini mungkin akan membuat mereka lebih rentan terhadap depresi, krisis identitas, konflik dalam pernikahan, hingga kecanduan alkohol.

 

Tidak hanya dampak negatif seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penelitian lain menunjukkan bahwa empty nest syndrome juga dapat memberikan dampak positif, seperti mengurangi konflik pekerjaan serta keluarga. Orang tua juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas hubungan pernikahan dengan pasangan dan melakukan kegiatan yang selama ini belum sempat terlaksana atau dilakukan.

 

Baca juga:Tips Menjadi Pribadi yang Optimis!

 

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Ada berbagai hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan meredakan kesedihan, kehilangan, atau perasaan kesepian yang dialami orang tua. Berikut cara mengatasi empty nest syndrome yang bisa dilakukan orang tua!

  • Terima dan berhenti membandingkan atau mempertanyakan jadwal anak. Cobalah untuk fokus pada apa yang bisa orang tua bantu agar anak bisa mandiri dan sukses.
  • Tetap berhubungan atau kontak dengan anak, baik melalui telepon, sms, chatting, ataupun berkunjung sesekali ke rumah anak. Untuk anak, sebaiknya jangan tutup akses kontak dengan orang tua. Hubungi dan kunjungi rumah orang tua beberapa kali dan habiskan waktu bersama mereka.
  • Minta bantuan dan dukungan jika orang tua mengalami masa-masa sulit menghadapi kesedihan dan kesepian mereka. Ajak berkonsultasi dengan ahli, seperti dokter, psikolog, ataupun berkumpul bersama keluarga agar orang tua bisa berbagi cerita dengan kerabat.
  • Sebaiknya hindari pikiran-pikiran yang negatif. Pikirkan berbagai manfaat dari kepergian anak, seperti anak bisa lebih mandiri dan sukses, serta pikirkan bahwa sekarang punya waktu bersama dengan suami/istri. Hal ini tentu baik untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

 

Baca juga:  Selalu Merasa Cemas, Lakukan 8 Cara Ini!

 

Untuk menghindari sindrom ini, orang tua bisa melakukan antisipasi dengan menyesuaikan diri dan waktu terlebih dahulu sebelum kepergian anak, baik karena anak harus melanjutkan studi maupun menikah. Lakukan hobi serta isi waktu luang dengan bersosialisasi ataupun melakukan perjalanan bersama suami/istri, anggota keluarga lain, serta kerabat. Dengan menyibukkan diri, orang tua pun dapat terhindar dari empty nest syndrome.

 

 

 

 

Referensi

Mayo Clinic. 2020. Empty nest syndrome.

Very Well Family. 2019. 5 signs and symptoms of empty nest syndrome.

Psychology Today. 2019. Empty nest syndrome.