Semua orang tua tentu tidak ingin anaknya jatuh sakit. Namun, ada kalanya kondisi sakit menjadi tidak terelakkan bagi buah hati kesayangan Anda. Dan di saat sakit, penggunaan obat menjadi salah satu cara untuk membantu memulihkan kesehatan anak. Kebanyakan formulasi obat untuk anak hadir dalam bentuk sirup untuk penggunaan oral, agar anak dapat menelannya dengan lebih mudah. Selain itu, dengan membuat obat dalam bentuk larutan, akan lebih mudah untuk menyamarkan rasa obat yang pahit dan tidak enak, misalnya dengan menambahkan zat rasa buah-buahan. Sebagai seorang apoteker, memberikan informasi penggunaan obat kepada orang tua atau pengasuh anak adalah suatu tantangan tersendiri buat saya. Cara meminum obat sirup memang terlihat cukup simple, namun sebenarnya ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua dan pengasuh anak. Nah, apa saja hal yang harus diperhatikan tersebut? Yuk simak poin-poin cara meminum obat sirup di bawah ini!
  • Kocok botol terlebih dahulu sebelum diminum

Anda pasti sudah akrab sekali dengan jargon ‘kocok dahulu sebelum diminum’. Hal ini terdengar sepele, namun sebenarnya sangat penting lho! Pengocokkan dimaksudkan untuk membuat larutan di dalam botol menjadi lebih homogen. Artinya, setiap mililiter larutan obat memiliki jumlah zat aktif (komponen dalam obat yang memberikan efek terapi) yang sama. Nah, jika pengocokkan tidak dilakukan, jangan-jangan larutan yang Anda berikan kepada buah hati adalah bagian yang tidak memiliki kandungan zat aktif. Jadi, jangan lupa kocok dahulu sebelum diminum, ya!
  • Berikan obat hanya dengan alat ukur yang disediakan

Apoteker Anda pasti akan menyerahkan obat sirup untuk anak Anda disertai dengan alat ukur untuk pemberiannya, biasanya berupa sendok ataupun cup kecil. Dan untuk bayi, biasanya akan diberikan pipet. Semua alat ukur tersebut memiliki penanda ukuran, biasanya berupa garis dengan keterangan volume. Untuk sendok obat, satu takaran penuh biasanya memiliki volume 5 mililiter, sedangkan cup memiliki volume maksimal 15 mililiter. Nah, Anda sebaiknya hanya gunakan alat ukur yang tersedia ini untuk memberikan obat kepada buah hati Anda, ya! Saya sangat tidak menganjurkan penggunaan sendok makan atau sendok teh biasa untuk memberikan obat, karena ukuran sendok-sendok tersebut  tidaklah standar. Jika Anda membeli obat berbentuk sirup tapi tanpa disertai alat ukur yang sesuai, Anda berhak kok memintanya kepada apotek tempat Anda membeli obat.
  • Hanya berikan obat sesuai petunjuk

Semua obat yang diberikan kepada anak Anda pasti disertai dengan petunjuk mengenai penggunaannya, biasanya di label yang menempel di botol obat. Berapa kali dalam sehari obat tersebut harus diminum, berapa banyak yang harus diminum dalam sekali pemberian, serta kapan anak harus minum obat tersebut. Berikanlah obat kepada anak Anda sesuai petunjuk yang tertera tersebut, dan tidak disarankan melakukan ‘modifikasi’ dosis. Dari pengalaman saya, beberapa orangtua terkadang menambah, atau malah mengurangi frekuensi atau dosis pemberian obat, misalnya karena merasa anaknya tak kunjung sembuh. Hal ini sebaiknya dikonfirmasikan terlebih dahulu kepada dokter, karena penambahan dan pengurangan dosis berpotensi menurunkan efektivitas terapi dan meningkatkan risiko terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.
  • Perhatikan cara penyiapan sirup kering

Pernah mendengar tentang sirup kering? Obat dalam bentuk ini biasanya berbentuk serbuk dalam sebuah botol, yang harus dilarutkan dengan sejumlah air sebelum digunakan. Contoh obat yang bentuknya sirup kering adalah antibiotik, misalnya amoksisilin dan cefiksim. Batas pelarutannya kadang dinyatakan dalam tanda batas yang tertera di botolnya, namun ada juga yang menginstruksikan untuk menambah sejumlah air. Ada beberapa sediaan yang menginstruksikan untuk menambah 48 mL air ke dalam serbuk. Nah, kalau untuk kasus begini, biasanya saya selalu menawarkan kepada pasien untuk melarutkan sirup kering tersebut untuk mereka karena instalasi farmasi kami memiliki alat gelas ukur yang ukurannya cukup presisi.
  • Perhatikan suhu penyimpanan dan beyond use date

Dari pengalaman saya, masalah penyimpanan dan beyond use date ini terkadang kurang diperhatikan. Padahal, jika obat tidak disimpan secara benar, efek terapinya bisa berkurang. Contoh klasik yang sering saya jumpai pada praktik pelayanan saya adalah untuk obat berbentuk sirup kering seperti yang saya jelaskan di poin ke-4 tadi. Setelah dilarutkan, kebanyakan obat tersebut hanya bertahan 7 sampai 14 hari setelah tanggal dilarutkan. Jadi ada baiknya Anda menuliskan tanggal pelarutan di kemasan botolnya. Sesudah lewat dari tanggal batas penyimpanan, sediaan obat tidak bisa digunakan kembali dan sebaiknya Anda buang. Penyimpanan obat sirup juga perlu diperhatikan, karena beberapa obat mensyaratkan penyimpanan pada suhu kulkas (sekitar 2 hingga 4 °C). Nah, kalau obat untuk anak Anda disimpan dalam suhu kulkas, saat hendak digunakan sebaiknya suhunya sedikit ‘dihangatkan’, saran saya dengan membungkus botol obat dengan kain selama beberapa saat. Hal ini dilakukan agar anak Anda tidak ‘kaget’ saat meminum obat yang suhunya masih dingin tersebut. Jangan lupa, setelah selesai digunakan, kembalikan lagi obat ke kulkas.
  • Menyamarkan rasa obat

Siapapun, bahkan orang dewasa, pasti setuju kalau obat itu rasanya enggak enak dan cenderung pahit. Hal ini yang kadang membuat anak menolak minum obat. Anda bisa mengakalinya dengan memberikan madu, susu, atau sari buah segera setelah anak minum obat, agar rasa tidak enaknya dapat tersamarkan. Banyak pasien yang bertanya pada saya, bagaimana jika obat langsung saja dicampurkan dengan makanan atau minuman si anak? Well, sebenarnya hal ini tergantung pada masing- masing jenis obat. Ada yang bisa dicampur dengan makanan, ada pula yang tidak. Untuk lebih pastinya, silakan Anda tanyakan pada apoteker Anda, ya!
  • Bagaimana jika anak muntah setelah minum obat sirup?

Jika hal ini terjadi, saya sarankan Anda memerhatikan waktu anak muntah. Jika hal tersebut terjadi dalam jangka waktu 30 menit setelah anak minum obat, maka sebaiknya Anda memberikan kembali dosis obat terakhir yang diminum anak sebelum ia muntah. Hal ini dikarenakan umumnya dalam rentang waktu itu, obat belum terserap ke dalam tubuh dan ikut keluar saat muntah. Oleh karena itu, pemberian ulang disarankan agar anak tetap mendapat efek terapi dari obat tersebut. Ternyata banyak juga ya hal yang harus diperhatikan dalam memberikan obat sirup kepada anak! Mulai dari penggunaan dan penyimpanannya, semuanya sebaiknya Anda perhatikan demi tercapainya efek yang paling maksimal dari obat tersebut. Sehingga, buah hati Anda pun dapat segera pulih dari sakitnya.Salam sehat!