Tahap perkembangan anak sangatlah cepat. Baru saja si kecil belajar membalikkan badan, sekarang dia sudah bisa berjalan. Dia juga sudah bisa memanggil “ayah” dan “bunda”. Namun, ada juga orang tua yang terlalu sibuk atau membesarkan anak tanpa memahami perkembangan anak. Ketika si kecil masih muda mungkin efeknya tidak terlalu berasa. Namun semakin bertambahnya usia si kecil, orang tua mungkin akan menyesalinya.

 

Nah, agar Mums dan Dads tidak salah menerapkan pola asuh yang salah di masa tumbuh kembangnya, ada baiknya memahami penjelasan berikut!

 

Baca juga: Inilah 6 Jenis Pola Asuh Anak, Mana yang Mums Pilih?

 

7 Contoh Pola Asuh yang Salah

Berikut ini adalah contoh penerapan pola asuh yang salah di masa perkembangan anak, berikut bahayanya:


1. Sibuk dan kurang memperhatikan si kecil

Orang tua yang memberikan sedikit atau tidak perhatian sama sekali karena sibuk membangun karier atau bisnis biasanya menitipkan anaknya ke pengasuh yang mungkin tidak ada gambaran membesarkan anak dengan baik.

 

Akibatnya si kecil bertumbuh besar tanpa arahan yang benar dan cukup, dan mereka akan belajar bersikap dari teman-teman sebayanya atau lingkungan di mana ia sering bergaul. Bahayanya adalah kelakuan-kelakuan yang dia pelajari belum tentu benar. Misalnya, pelecehan seksual yang bisa saja terjadi tanpa sepengetahuan orang tua.



2. Menerapkan pendidikan agama dengan kaku 

Banyak orang berpikir berdoa saja cukup untuk membesarkan anak-anak mereka. Anak-anak juga selalu dibawa ke tempat ibadah dengan harapan mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.

 

Faktanya, anak-anak yang dibesarkan di tempat ibadah pun bisa depresi, meninggalkan keyakinan, atau memiliki pola pikir yang tidak toleran. Kekangan yang mereka rasakan juga membuat mereka berubah liar ketika mereka terlepas dari orang tua atau tempat ibadah. Jadi, orang tua tetap perlu memberikan instruksi dan bergaul dengan anak-anak tanpa mengabaikan nilai-nilai agama.

 

Baca juga; Mums, Hindari 5 Pola Asuh yang Salah Ini!



3. Menyimpan informasi penting

Salah satu informasi yang sering sekali sungkan disampaikan orang tua adalah masalah pendidikan seks. Mereka berpikir informasi seperti ini akan merusak anak-anak sehingga dianggap tabu.

 

Namun, sikap yang satu ini boleh dibilang kesalahan fatal karena anak-anak pasti akan mempelajari dari teman-teman sebayanya, mesin pencarian atau pengalaman pribadi. Survei membuktikan, sebagian besar orang tua baru akan menginformasikan soal seksualitas hingga anak akan menikah.

 


4. Lupa bahwa tindakan lebih kuat dari kata-kata

Orang tua suka kontradiktif. Mereka berharap anak-anak tidak melakukan atau melakukan apa yang mereka lakukan. Sikap seperti ini mengajarkan kepada anak kalau orang tua tidaklah tulus. Selain itu, anak-anak akan berpikir kalau tindakan yang orang tua minta hanyalah sebuah opsi atau tidak penting.

 

Berbagai teori perkembangan anak telah membuktikan kalau anak-anak adalah peniru. Mereka akan mengobservasi dan mengikuti apa yang Mums dan Dads lakukan. Bila orang tua kasar, maka anak pun bersikap kasar. Namun, orang tua yang respek dan mengasihi satu sama lain akan menghasilkan anak yang respek dan mengasihi satu sama lain.

 

5. Membesarkan anak sesuai ambisi orang tua

Setiap orang tua memiliki impian untuk anak-anaknya. Bahkan, orang tua sudah memikirkan hal ini sejak anak masih di dalam kandungan. Mereka juga berharap anak-anak akan seperti mereka  dan tentunya lebih pintar. Mereka mau menjadi pembimbing si kecil dan si kecil bisa menggunakan pengalaman orang tua dengan bijak.

 

Namun beberapa orang tua memaksakan impian mereka ke si kecil dan mengabaikan kemampuan natural mereka. Mereka akan rela memberikan segalanya agar si kecil bisa menjadi apa yang mereka idam-idamkan. Tetapi tahukah para orang tua bahwa si kecil akhirnya bisa menjadi tertekan dan frustrasi? Justru sebagai orang tua, kita perlu mencocokkan kelebihan si kecil dan mendukung perkembangannya.

 

Baca juga: Mums, Terapkan Pola Asuh Penuh Humor, Empati, dan Diplomasi

 

6. Tidak mengajarkan kegagalan

Orang tua perlu mengajarkan si kecil untuk menerima kegagalan atau mereka akan gagal menghadapi stres dan kegagalan di kemudian hari. Sedikit kekecewaan akan menguntungkan si kecil selama orang tua mengajarkan cara untuk mengatasi dan bangkit kembali dari kegagalan. Anak-anak seperti ini akan kuat menghadapi tekanan dan bahkan berkreasi, pantang menyerah, untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita mereka.

 

7. Kurangnya rasa percaya

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tidak bisa memegang janji akan tumbuh agresif, nakal, dan aktif berlebihan. Beberapa orang tua suka berkata, “Kalau kamu naik kelas, papa akan memberikan hadiah.” Namun, pada akhirnya tidak memberikannya atau malah tiba-tiba menaikkan permintaannya. Akibatnya, anak menjadi orang yang sulit percaya orang lain dan kelak akan mengganggu hubungan dia dengan keluarga, persahabatan, atapun bisnis.

 

Nah, Mums dan Dads, jika melakukan salah satu di antaranya, belum terlambat kok memperbaikinya, sekalipun butuh waktu. Semangat ya!

 

Baca juga: 5 Ciri Kepribadian Anak yang Berbeda