It takes two to tango. Artinya, kehamilan tidak akan terjadi tanpa kerja sama antara pihak istri dan suami. Selain Mums wajib sehat dan subur agar bisa hamil, kesehatan Dads sama pentingnya agar program hamil yang direncanakan berhasil. Namun siapa sangka, salah satu cara yang terlihat simpel namun efektif menjaga kesuburan pria, adalah tidak tidur menggunakan celana dalam! Wahai calon ayah, tertarik untuk tahu lebih banyak?

 

Penggunaan Celana Dalam Memengaruhi Kesuburan

Tahukah Mums dan Dads, bahwa pakaian dalam yang digunakan pria, sudah lama diduga dapat memengaruhi kualitas sperma? Kecurigaan tersebut lalu diteliti lebih lanjut dalam berbagai penelitian, terutama hubungannya dengan jumlah sperma dan kesehatan testis.

 

Hasil penelitian yang ditemukan cukup mengejutkan. Menurut sebuah studi baru-baru ini, pria yang mengenakan celana pendek longgar (boxer) di siang hari dan tidak menggunakan celana dalam saat tidur, memiliki tingkat kerusakan DNA pada sperma yang jauh lebih rendah, dibanding mereka yang mengenakan celana dalam ketat pada siang dan malam hari. Hasil tersebut didapatkan dengan memperhatikan pilihan pakaian dalam yang digunakan oleh lebih dari 500 pria selama setahun dan bagaimana kualitas sperma mereka.

 

Bagaimana bisa pakaian dalam memengaruhi kesuburan? Mengenakan celana yang longgar atau tidak menggunakan celana dalam sama sekali saat tidur, akan membuat aliran udara di sekitar testis lebih mengalir lancar. Ya, testis sebagai organ yang memproduksi sperma, memang tidak semestinya dibiarkan terlalu lama dalam tempat yang panas.

 

Perlu diketahui, butuh 10 hingga 11 minggu untuk menghasilkan sperma. Agar testis dapat menghasilkan sperma yang berkualitas dan kuantitasnya cukup, temperatur testis harus lebih rendah dari temperatur inti tubuh. Sementara, penggunaan celana dalam yang ketat dengan bentuk yang konvensional, cenderung menahan testis lebih dekat ke tubuh, yang dapat menghambat produksi sperma karena suhu yang lebih tinggi. Tentu sangat disayangkan dong, ketika sudah merencanakan untuk berhubungan intim di masa subur, namun ternyata kualitas dan kuantitas sperma kurang maksimal.

 

"Itulah sebabnya testis berada di luar tubuh, karena ia diciptakan untuk senantiasa mendapatkan aliran udara yang lancar agar bisa berfungsi dengan baik," jelas Celia E. Dominguez, ahli endokrinologi reproduksi, Pusat Pengobatan Reproduksi di Fakultas Kedokteran Universitas Emory. Jika suhu di sekitar testis terlalu panas dari suhu yang seharusnya, maka organ ini tidak dapat menghasilkan cukup sperma, sehingga mengakibatkan jumlah sperma rendah. 

 

Serupa dengan penggunaan celana dalam yang ketat, berendam di dalam air panas atau melakukan sauna, juga tidak disarankan dilakukan oleh para pria. Pasalnya, kedua aktivitas tersebut menyebabkan kenaikan suhu di sekitar testis yang dapat memengaruhi produksi dan kualitas sperma.

 

Baca juga: Ini Lho Alasan Pintu Kamar Sebaiknya Ditutup di Malam Hari!

 

Jumlah Sperma yang Rendah, Penyebab Infertilitas 

Berbicara tentang gangguan fertilitas, sudah jelas bukan hanya berada di bahu wanita. Infertilitas sama-sama memengaruhi pria dan wanita. Jika dipetakan, 1/3 kasus infertilitas terkait dengan faktor pria, 1/3 terkait dengan faktor wanita, dan 1/3 sisanya terkait dengan faktor pria dan wanita, atau tidak dapat dijelaskan. Artinya, peran suami sama besar dan sama pentingnya ketika berencana memiliki buah hati.

 

Ketika seorang pria berejakulasi, normalnya sekitar 250 juta sperma dilepaskan. Untuk bisa membuahi sel telur, sel sperma harus berenang ke atas dari vagina, melalui serviks dan rahim, dan masuk ke tuba falopi untuk mencapai sel telur yang telah diovulasi. 

 

Dari jutaan sperma, hanya ratusan yang berhasil mencapai saluran tuba. Semua sperma itu melepaskan enzim yang membantu membersihkan jalan menuju sel telur. Jika semuanya berjalan lancar, satu sperma akan berenang melalui jalur itu dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi akan bergerak ke bawah tuba falopi dan melakukan perjalanan ke rahim, yang menjadi lokasi ia dapat ditanamkan dan tumbuh.

 

Itulah kenapa, analisis air mani adalah tes pertama yang dilakukan pria saat dievaluasi untuk masalah kesuburan. Ini melibatkan pengujian sampel air mani untuk memperkirakan berapa banyak sperma yang ada (jumlah total), berapa persentase sperma yang bergerak (motilitas) dan apakah sperma memiliki bentuk normal (morfologi). Konsentrasi sperma per mililiter air mani adalah salah satu ukurannya. Perhitungan jumlah sperma total didapat dari konsentrasi sperma dikali dengan volume semen dalam sampel.

 

Baca juga: 5 Dampak Rokok Terhadap Kehidupan Seksual Kamu

 

 

Dari situ, dapat diketahui apakah kualitas dan kuantitas sperma cukup baik untuk mewujudkan kehamilan. Dan dari sekian banyak penyebab infertilitas pada pria, sebagian besar kasus infertilitas pria disebabkan oleh jumlah sperma yang rendah (oligospermia). 

 

Jangan salah, jumlah sperma yang rendah bukan berarti tidak bisa hamil. Jika sperma sehat dan bergerak dengan baik, kehamilan tetap bisa terwujud, namun memang perlu lebih banyak upaya dan waktu untuk hamil.

 

Penyebab umum jumlah sperma yang rendah antara lain:

  • Sekresi hormonal yang tidak normal.
  • Adanya pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis yang disebut varikokel.
  • Terjadi masalah dengan kemampuan testis untuk membuat sperma. 
  • Faktor gaya hidup, seperti merokok dan obesitas. Jika Dads masih berusia di bawah 35 tahun dan tidak memiliki masalah kesuburan lainnya, mengubah gaya hidup dapat membantu meningkatkan jumlah sperma.

 

Terkait dengan mengubah gaya hidup, membiasakan memberi “ruang lebih” untuk testis dengan mengenakan celana pendek longgar serta tidak mengenakan celana dalam saat tidur, juga patut dicoba, lho. Toh, cara tersebut sangat mudah, tidak merugikan, dan teruji berefek baik untuk kesehatan reproduksi suami. Colek pak suami yuk Mums, supaya ia tahu hal ini. :)

 

Baca juga: Usia Memasuki 40 Tahun, Gairah Seksual Pria Semakin Meredup?

 

Sumber:

Web MD. Increasing Sperm Count.

The Sun. Sleep in Underwear.

Med Broadcast. Male Infertility.