Penyakit

Spondilitis TB (Infeksi Tulang Belakang)

Deskripsi

Spondylitis tuberculosis adalah suatu kondisi infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri Mycobaterium tuberculosis. Kondisi ini dapat menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit neurologis dan deformitas tulang belakang yang permanen. Oleh karena itu pentingnya diagnosa dini, untuk pencegahan perparahan kondisi tersebut.

Pencegahan

Tidak ada pencegahan khusus untuk kondisi tersebut. Deteksi dini serta penegakan diagnosa yang tepat, sangat bermanfaat untuk mencegah perparahan prognosis.

Gejala

Pada awal infeksi, umumnya kondisi spondilitis TB tidak menimbulkan gejala klinis yang khas bahkan relatif tidak menimbulkan nyeri. Gejala klinis umumnya akan muncul pada kondisi infeksi lanjut. Umumnya pasien merasakan nyeri lokal dan tidak spesifik pada daerah tulang belakang yang terinfeksi.

 

Nyeri punggung belakang adalah keluhan yang paling awal, sering tidak spesifik dan membuat diagnosis yang dini menjadi sulit. Namun, jika tidak segera ditangani nyeri lokal akan menyebabkan perparahan nyeri yang disertai gangguan motorik, sensorik dan sfingter distal dari lesi vertebra. Selain itu beberapa gejala klinis yang muncul adalah:


- Demam subfebril.
- Menggigil.
- Malaise.
- Berat badan berkurang secara cepat atau pada pasien anak berat badan tidak sesuai dengan umur anak.
- Sekitar 12-50% penderita spondilitis TB mengalami defisit neurologis, seperti: paraplegia, paresis, hipestesia, nyeri radikular, dan sindrom kauda equina.
- Jika kondisi spondilitis TB tidak segera ditangani dengan tepat, ada kemungkinan untuk terjadinya deformitas tulang belakang.

Penyebab

Spondilitis TB disebabkan adanya infeksi dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada kasus anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer, yaitu droplet Mycobacterium tuberculosis masuk melalui saluran pernapasan dan akan menimbulkan fokus infeksi di jaringan paru, sedangkan pada kasus pasien dewasa, umumnya infeksi berasal dari ekstrapulmoner (selain organ paru seperti usus, ginjal, dan tonsil).

 

Penyebaran spondylitis tuberculosis dapat terjadi melalui sistem peredaran darah (hematogen) maupun sistem peredaran limfatik (limfogen) melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus tuberkulosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada. Lesi tuberkulosis pada tulang belakang diawali dengan adanya inflamasi paradiskus.

Diagnosis

Diagnosa spondilitis TB sulit ditegakan dan sering kali keliru dengan kondisi neoplasma spinal atau spondilitis piogenik lainnya.


Penegakan diagnosis seperti pada penyakit pada umumnya yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, diikuti dengan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara umum dapat menunjukkan adanya fokus infeksi TB di paru atau di tempat lain.

 

Proses ini dapat dilakukan dengan menanyakan keluhan pasien seperti ada tidaknya demam, nyeri, sesak nafas, dan beberapa manifestasi klinis lainnya. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan gangguan neurologis untuk mengetahui apakah terdapat gangguan motorik, sensorik, maupun autonomy. Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat digunakan antara lain:
1. Sinar X: merupakan pemeriksaan radiologis awal yang paling sering dilakukan dan berguna untuk penapisan awal
2. CT Scan: CT-scan dapat memperlihatkan dengan jelas sklerosis tulang, destruksi badan vertebra, abses epidural, fragmentasi tulang, dan penyempitan kanalis spinalis
3. MRI: dilakukan untuk mendapatkan hasil pencitraan terbaik untuk menilai jaringan lunak
4. Pencitraan lain: pemeriksaan penunjang lainnya meliputi bone scan, ultrasonografi, dan juga Gadolinium untuk mendeteksi infeksi TB diseminata. Namun pemeriksaan kurang begitu lazim untuk pemeriksaan spondilitis TB.
5. Biopsi dan mikrobiologis lain: pemeriksaan ini meliputi biopsi tulang belakang atau aspirasi abses. Kemudian dilakukan uji laboratorium meliputi pemeriksaan histologi, uji kultur dan pewarnaan terhadap spesimen untuk memastikan kebenaran infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
6. Pemeriksaan penunjang lain dapat berupa uji hematologis seperti uji laju endap darah (LED) atau uji kadar CRP.

Penanganan

Penanganan kondisi spondilitis TB dapat diberikan pengobatan OAT (obat anti tuberkulosis) dan memberikan hasil yang baik jika diagnosa ditegakan lebih awal dimana belum terdapat deformitas dan destruksi tulang belakang. Seperti pada terapi TB lainnya, terapi spondilitis TB diberikan multidrug therapy.

 

Dari hasil penelitian, pengobatan spondilitis TB menggunakan regimen lini pertama yaitu rifampisin dan insoniazid selama 9 bulan, menunjukkan hasil yang baik. Selama dua bulan pertama (fase inisial), obat-obat tersebut dapat dikombinasikan dengan pirazinamid, etambutol dan streptomisin sebagai obat lini pertama.

 

Pada kasus resistensi pengobatan, terapi yang dipilih adalah regimen lini kedua yang meliputi levofloksasin, moksifloksasin, etionamid, tiasetazon, kanamisin, kapreomisin, amikasin, sikloserin, dan klaritomisin. Selain itu, terapi pembedahan dimungkinan untuk perbaikan deformasi tulang belakang.

 

Baca juga: Batuk Lebih dari 3 Minggu, Waspadai Gejala TBC!

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...