Siapa di antara Anda yang belum pernah bertemu dengan dokter? Dokter biasanya banyak ditemui ketika seseorang sedang dalam kondisi tidak sehat. Sebagian orang bahkan menganggap dokter sebagai orang yang dapat menyelesaikan segala masalah bukan hanya mengobati penyakit. Mungkin dapat dikatakan bahwa sebagian masyarakat Indonesia menganggap dokter sebagai manusia super. Hal ini juga saya alami dalam keluarga saya. Mungkin persepsi setiap orang berbeda mengenai dokter, meskipun demikian bagi mereka yang memiliki pengalaman buruk tentunya akan menganggap dokter sebagai seseorang yang sangat menyeramkan dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu dengannya. Terkadang mereka sampai berusaha untuk tidak mencari pertolongan dokter meski sedang sakit.

Dokter Belajar Tiada Henti

Dokter adalah sebuah profesi yang mengharuskan seseorang untuk senantiasa belajar dan melakukan riset sepanjang hidupnya. Hal ini terutama karena teknologi kedokteran yang senantiasa berkembang pesat disertai dengan ditemukannya berbagai penyakit baru oleh karena mutasi dan sebagainya. Pembelajaran seorang dokter yang dimaksud terdiri atas berbagai macam cara, baik yang formal maupun informal. Belajar dapat berarti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (mengenyam pendidikan spesialis), mengikuti kursus atau seminar, dan lain sebagainya. Hal yang sering kali tidak disadari adalah setiap kali seorang dokter menangani pasien, pada dasarnya ia sedang belajar untuk dapat mengenali berbagai macam kasus pasiennya. Tidak hanya mempelajari tentang penyakit pasien yang ia tangani, obat apa yang harus digunakan, tapi juga belajar bagaimana caranya melakukan pendekatan/ komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga pasien, bahkan dengan sejawat dokter dan paramedis yang lain. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak pasien yang ditangani seorang dokter, semakin banyak pula ia akan belajar. Bukan berarti bahwa pasien digunakan sebagai obyek untuk belajar, namun ilmu kedokteran pada dasarnya berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Tidak ada penyakit yang benar-benar sama dengan apa yang tertulis dalam buku. Perkembangan zaman senantiasa diikuti dengan ditemukannya penyakit baru oleh karena mutasi dan pengaruh perilaku dan lingkungan lain. Pemikiran matematis tidak dapat digunakan dalam ilmu kedokteran. Tidak ada lagi 1+1=2, karena 1+1 bisa menjadi 2 atau 3. Sebagai contoh sel telur yang dibuahi oleh sperma dapat menghasilkan zigot (calon embrio) yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang menjadi kehamilan tunggal, kembar dua, tiga, atau bahkan lebih.

Pengalaman menjadi Guru yang Berharga bagi Seorang Dokter

Perlu banyak pengalaman menjadi dokter yang professional, praktek dan belajar menjadi rangkaian yang terus dilakukan oleh calon dokter. Seorang dokter diharapkan dapat berbagi ilmu dengan profesi dokter yang lain agar dapat semakin mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan. Bahkan penyakit yang sama pada individu yang berbeda tidak selalu dapat ditatalaksana dengan cara yang sama. Hal yang mudah untuk diambil contohnya adalah saat seseorang batuk. Tidak semua orang bisa sembuh menggunakan obat batuk A meskipun obat tersebut adalah obat yang terbaik di antara obat sejenis. Terkadang perlu ditambahkan antibiotik atau antihistamin (obat alergi), karena batuk bisa disebabkan oleh infeksi atau juga bisa karena alergi. Oleh karena itu, penting bagi seorang dokter untuk bisa melakukan implikasi dari Ilmu kedokteran dasar yang ia miliki, seperti pengetahuan tentang anatomi tubuh, bagaimana suatu organ bisa berfungsi baik (fisiologi organ), karakteristik suatu penyakit, bagaimana dengan perjalanan penyakit tersebut, pengetahuan terhadap dosis obat, efek samping, interaksi obat, dan bagaimana obat itu bisa dikeluarkan tubuh menjadi sangat penting bagi seorang dokter. Seperti yang sebelumnya sudah dikatakan, sebagian besar masyarakat terutama di pedesaan menganggap bahwa seorang dokter pasti serba tahu, seorang dokter sama dengan manusia setengah dewa. Asumsi seperti ini menjadikan profesi dokter sebagai profesi yang disegani dan ditinggikan sehingga menyebabkan para orang tua akan menjadi sangat bangga jika anaknya bersekolah di sekolah kedokteran, menjadi seorang dokter, atau menikah dengan seorang dokter. Oleh karena itu para orang tua banyak yang berlomba-lomba mendaftarkan anaknya di sekolah kedokteran. Banyak institusi pendidikan kedokteran pun didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan dokter di masyarakat, lalu bagaimana dengan kualitas pendidikannya? Apakah akan sama kualitas pendidikan pada satu pusat pendidikan dengan yang lain?

Hal Penting menjadi Seorang Dokter

Tentunya kualitas dokter tidak berbanding lurus dengan nilai yang dihasilkan. Bukan berarti dokter yang punya nilai yang cumlaude akan lebih pintar dan lebih ahli menangani pasien daripada dokter yang nilainya standar saja. Salah seorang guru saya pernah mengatakan, bahwa ada tiga hal yang penting dari seorang dokter, di antaranya adalah knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan) and attitude (perilaku). Seorang dokter yang baik adalah dokter yang senantiasa belajar, mengikuti perkembangan teknologi kedokteran yang terbaru, senantiasa berusaha berlatih untuk mengasah keterampilannya, dan memunyai empati terhadap pasien. Keterampian yang dimaksudkan dalam hal ini tidak hanya keterampilan dalam melakukan tindakan operasi, namun juga keterampilan berkomunikasi dengan pasien, dan keterampilan dalam pemilihan obat yang sesuai untuk pasiennya. Semuanya itu baru bisa tercapai jika sang dokter sudah berpengalaman dengan berbagai pasien, dengan berbagai jenis penyakit, dengan berbagai latar belakang sosial, dan dengan berbagai cara pendekatan terhadap pasien, serta yang paling penting adalah dokter tersebut senantiasa mencari tahu apa yang terjadi pada pasiennya, karena dasar dari pengetahuan adalah keinginan untuk tahu. Jadi jika disimpulkan, bukan institusi yang berpengaruh terhadap kualitas dokter yang dihasilkan, tapi kembali pada pribadi calon dokter itu sendiri. Apakah ia cukup ingin tahu terhadap segala hal yang terjadi disekitarnya, terhadap pasiennya dan bagaimana cara mereka membina komunikasi yang baik dengan pasiennya. Bukan berarti seseorang yang menyelesaikan pendidikan kedokterannya di luar negeri lebih pintar dibanding dengan dokter dari pusat pendidikan dalam negeri.