Selamat pagi, semuanya.

Saya ingin menceritakan penyakit yang saya derita selama kurang lebih 8 bulan terakhir ini. Saya merasa resah dengan pembengkakan di leher kanan saya. Suatu hari ketika bangun tidur, saya tidak merasakan hal aneh yang terjadi pada tubuh saya. Ketika pukul 17.00, saya hendak pergi ke kota Jambi. Namun di tengah perjalanan menuju Jambi, tepatnya di desa Sipin, ketika hendak menoleh ke kanan, saya merasakan sakit dan tidak bisa menggerakan leher. Saya pun jadi tidak bisa menoleh ke arah kanan. Akhirnya saya berhenti untuk mengecek melalui kaca spion motor. Betapa terkejutnya saya, tidak tahu darimana asalnya, sebuah benjolan muncul hampir sebesar buah jeruk muda di bagian leher. Kalau kata orang-orang Betung di Jambi sih bengkak seperti ini disebut dengan babagus.

Akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan dengan kondisi tidak bisa menolehkan kepala ke kanan. Tadinya saya berpikir untuk kembali ke rumah orangtua, akan tetapi karena keesokan harinya saya harus bekerja, maka saya membatalkan niat tersebut. Maklum lah, saya bekerja sebagai operator SPBU. Jadi, saya hanya mendapatkan jatah libur 2 kali saja dalam sebulan. Kesokan harinya ketika masuk kerja, saya mendadak menjadi selebriti. Hahaha. Setiap konsumen yang mampir untuk mengisi bensin penasaran dengan kondisi leher saya, mengapa bisa sampai bengkak seperti itu. Saya pun menjawab tidak tahu dan menjelaskan kronologis kejadian saat menyadari masalah ini. Ada beberapa dari mereka mengatakan kemungkinan itu terjadi karena posisi tidur yang salah. Saya hanya mengangguk-angguk, bisa jadi juga, ya.

Seminggu kemudian saya akhirnya mendapatkan jadwal libur. Saya memutuskan kembali ke rumah orangtua untuk berobat di sana dengan Bibi saya. Saya mencoba pengobatan dengan metode diurut. Setelah 4 kali diurut, terjadi perubahan. Bengkak pada leher saya mengecil hingga sebesar telur puyuh. Tetapi hampir 6 bulan berlalu, bengkaknya tidak kunjung hilang. 

Tidak lama kemudian, saya mendapatkan tawaran kerja di sebuah PT. Saya lalu memutuskan untuk pindah kerja dari tempat yang lama. Selang 2 bulan bekerja, rekan kerja saya menyarankan agar saya berkonsultasi ke dokter atau pergi ke puskesmas untuk menangani benjolan di leher yang belum juga kempes. Alhamdulillah, bos saya baik betul. Ia juga menyarankan saya mendapatkan penanganan khusus seputar penyakit saya ini. Ia beranggapan, uang bisa dicari, tapi nyawa tidak bisa dibeli. Saya pun diberikan dispensasi untuk cek ke puskesmas.

Saat berkonsultasi ke puskesmas, dokter memberi tahu bahwa saya harus dirujuk ke rumah sakit. Dalam kondisi yang sedih, saya sempat bingung saat ditanya rumah sakit mana yang akan saya pilih. Akhirnya, saya memutuskan untuk dirujuk ke RS Arafah, sebab ada keluarga yang bekerja di sana. Hari itu juga saya langsung dirujuk ke rumah sakit. Masih dalam keadaan gagah, saya mengendarai motor sendiri menuju ke rumah sakit. Setelah sampai di rumah sakit, tibalah tahap mengantre. Saya mengantre cukup lama, yaitu mulai pukul 09.00 hingga pukul 13.22. Saat dipanggil, petugas langsung menanyakan seputar kondisi saya. Dua puluh menit berlalu, saya diberikan berkas untuk diisi dan diminta datang kembali ke rumah sakit 1 minggu kemudian.

Tepat 1 minggu, saya datang kembali ke RS Arafah. Oleh petugas, saya diminta mengantre di depan ruang dokter bedah. Setelah menunggu sekian lama, nama saya dipanggil dan saya pun masuk ke dalam ruangan. Dokter menyilakan saya untuk duduk, lalu mulai menanyakan kondisi kesehatan saya. Dokter juga mengecek dan meraba bagian leher yang bengkak. Ia lalu berkata kalau saya harus mengikuti tes laboratorium. Saat hasil tes keluar, dokter mengatakan saya dalam kondisi yang baik dan dapat melakukan operasi minggu depan. Saya kaget sekali sebab seumur hidup saya tidak pernah dioperasi. Tetapi saya harus mengikuti prosedurnya kalau memang itu jalan yang terbaik. Setelah mengisi beberapa dokumen administrasi, saya kembali ke rumah.

Sesuai jadwal yang ditentukan, saya datang ke rumah sakit bersama teman saya. Saya memang sengaja untuk tidak memberi tahu orangtua atau keluarga karena takut mereka panik dan cemas. Sesampainya di rumah sakit, saya langsung dibawa ke ruang rawat inap untuk menunggu jadwal operasi pukul 16.00. Sayangnya, jadwal operasi mundur sekitar 1,5 jam. Barulah pada pukul 17.30, saya diminta mengenakan baju pasien dan masuk ke sebuah ruangan. Saya diminta berbaring di bawah lampu yang besar. Dalam hati, saya tidak putus-putusnya berdoa agar Tuhan menyelamatkan saya.

Ketika dokter datang, saya diminta berbaring miring ke arah kiri. Leher kanan saya dioleskan dengan cairan antiseptik untuk membersihkan kuman. Tubuh saya amat lemas dan jantung berdebar tidak keruan. Dokter mengimbau agar saya menahan sakit. Ia lalu memberikan suntik bius sebanyak 4 kali di bagian leher. Tidak berapa lama, saya mendengar suara-suara dari arah leher, seolah dokter sedang merobek bagian kulit saya. Dan ketika dokter mengangkat sebuah daging berukuran kecil, hanya Tuhan yang tahu bagaimana rasanya. Saya hampir pingsan karena kesakitan. Tetapi dokter mengatakan bahwa saya harus menahannya dan tidak boleh pingsan. Ketika proses operasi selesai, perawat mendudukkan saya di kursi roda dan mengantarkan saya ke ruang rawat inap. Sampai saat ini, hasil dari kondisi saya belum keluar juga.

Kondisi pasca-operasi

Untuk teman teman, mohon biasakanlah pola hidup sehat dan berolahraga secara teratur. Bagi yang merokok, hentikanlah kebiasaan tersebut, sebelum rokok menghentikan kamu! Untuk Indonesia yang sehat. Untuk masa depan yang sehat.